Sukses

Tidur Beralas Abu Gunung Kelud

Para pengungsi korban letusan Gunung Kelud harus berjubel di lokasi pengungsian.

Hening, suasana itu yang tertangkap saat masuk ke kantor Desa Tawang, Kecamatan Nngancar, Kediri, Jawa Timur. Hampir semua orang sudah tertidur lelap. Bukan di atas kasur empuk, para korban letusan Gunung Merapi itu harus rela tidur beralas abu vulkanik.

Begitu menginjakkan kaki di halaman kantor, abu setebal 4 centimeter hingga 5 centimeter terlihat menghampar. Abu juga masih beterbangan saat kaki melangkah lebih dalam.

Hanya berjarak beberapa meter, ada 2 tenda sedang yang dibangun tepat di halaman kantor. Ukurannya tak besar. Hanya sekitar 4X6 meter. Satu tenda berwarna hijau, satu lagi bernuansa biru.

Melongok ke dalam tenda, terlihat sudah banyak orang meringkuk di balik selimut kain. Mereka tampak tidur dengan pulas. Antara tubuh dan abu vulkanik, mereka hanya dipisahkan tikar tipis. Meski tak seempuk kasur di kamar, mereka tetap terlelap. Tanpa suara, sunyi, senyap.

Menengok ke sebelah kiri, tepatnya di pelataran ruang kantor, kondisi serupa pun nyata terlihat. Manusia yang tidur berjubel. Satu tubuh dengan tubuh lainnya saling berdempet. Jika boleh dikatakan: menyerupai pepes ikan.

Mereka tak peduli walau wajah harus berhadapan dengan telapak kaki. Dinginnya lantai tak dirasakan meski tubuh hanya dibalut kain sarung kotak-kotak.

Sudah 2 malam, kondisi ini harus dilalui warga yang mengungsi akibat letusan Gunung Kelud. Posko yang hanya berjarak 12 kilometer dari Gunung Kelud ini memang jadi posko terdekat.

Tak kurang dari 600 orang mengungsi di tempat itu. Pada Sabtu malam 15 Februari 2014 ini terbilang sudah lumayan baik. Di malam pertama, setelah Gunung Kelud meletus, 1.000 orang berada di kantor seluas sekitar 10X50 meter itu.

"Nggak ada pilihan lain selain di sini. Rumah belum aman karena gunung masih awas," kata Muslimin warga Suguh Waras yang ditemui Liputan6.com di balai desa itu, Sabtu malam (15/2/2014).

Warga Desa Sugih Waras itu mengaku tidak masalah harus tidur berjubel di pengungsian. Sebab, kondisi saat ini sedang tidak pasti. "Mending di sinilah, daripada nggak pasti," tambah dia.

Muslimin tak mau ikut dengan warga lainnya tinggal di rumah. Dia tak ingin ambil risiko jika sewaktu-waktu Gunung Kelud kembali meletus. "Memang enak di rumah, tapi kalai kayak kemarin harus buru-buru takut juga," ujar Muslimin. (Eks)
Video Terkini