Letusan Gunung Kelud terbilang sangat mepet dengan penetapan status Awas. Letusan pada Kamis 13 Februari itu terjadi 1,5 jam setelah status Kelud dinaikkan dari Siaga menjadi Awas.
Sebelum Gunung Kelud meletus pada Kamis malam itu, warga Desa Sugih Waras menggelar doa bersama untuk keselamatan. Doa ini memang sudah direncanakan sejak status Gunung Kelud dinaikkan dari Waspada menjadi Siaga pada Senin 10 Februari.
Maka dipilihlah tanggal 13 Februari untuk melaksanakan doa bersama itu. Doa bersama itu digelar setelah salat isya. Tak disangka, saat sedang khusyuk berdoa, sebuah pesan singkat dari pos pemantauan diterima warga. Isinya: status Kelud naik jadi Awas.
"Saya lagi berdoa tiba-tiba dapat SMS dari teman kalau sudah Awas. Setelah doa selesai saya langsung pulang terus siap-siap," kata salah satu warga Sumini di Posko pengungan kantor Desa Tawang, Minggu (16/2/2014).
Sejak status Siaga, Sumini memang sudah memindahkan perabot rumah tangga ke tempat yang lebih aman. Jadi saat Gunung Kelud meletus, tinggal pergi meninggalkan rumah menuju tempat yang lebih aman.
Dan ternyata waktu terasa begitu singkat. Setelah status Awas diterapkan, 1,5 jam kemudian Kelud meletus. "Saya sudah siapkan. Jadi pas meletus langsung lari pakai sepeda motor sama suami dan anak saya," lanjut dia.
Setibanya di posko, tangis haru tak bisa dibendungnya. Air mata itu lantas keluar membasahi pipinya yang sudah mulai dihiasi kerutan.
"Sampai di sini yo nangis. Alhamulillah ya Allah bisa selamet semua," ucap Sumini.
Kejadian ini bukan yang pertama kali dialami Sumini. Letusan tahun 1990 dan 2007 pun dirasakannya. Beruntung, letusan tahun ini tak separah 1990.
"Ya waktu 1990 itu lebih parah dari sekarang. Cuma sekarang abunya terbangnya memang lebih jauh. Tapi kalau efeknya ya parah 1990," tandas Sumini. (Eks)
Sebelum Gunung Kelud meletus pada Kamis malam itu, warga Desa Sugih Waras menggelar doa bersama untuk keselamatan. Doa ini memang sudah direncanakan sejak status Gunung Kelud dinaikkan dari Waspada menjadi Siaga pada Senin 10 Februari.
Maka dipilihlah tanggal 13 Februari untuk melaksanakan doa bersama itu. Doa bersama itu digelar setelah salat isya. Tak disangka, saat sedang khusyuk berdoa, sebuah pesan singkat dari pos pemantauan diterima warga. Isinya: status Kelud naik jadi Awas.
"Saya lagi berdoa tiba-tiba dapat SMS dari teman kalau sudah Awas. Setelah doa selesai saya langsung pulang terus siap-siap," kata salah satu warga Sumini di Posko pengungan kantor Desa Tawang, Minggu (16/2/2014).
Sejak status Siaga, Sumini memang sudah memindahkan perabot rumah tangga ke tempat yang lebih aman. Jadi saat Gunung Kelud meletus, tinggal pergi meninggalkan rumah menuju tempat yang lebih aman.
Dan ternyata waktu terasa begitu singkat. Setelah status Awas diterapkan, 1,5 jam kemudian Kelud meletus. "Saya sudah siapkan. Jadi pas meletus langsung lari pakai sepeda motor sama suami dan anak saya," lanjut dia.
Setibanya di posko, tangis haru tak bisa dibendungnya. Air mata itu lantas keluar membasahi pipinya yang sudah mulai dihiasi kerutan.
"Sampai di sini yo nangis. Alhamulillah ya Allah bisa selamet semua," ucap Sumini.
Kejadian ini bukan yang pertama kali dialami Sumini. Letusan tahun 1990 dan 2007 pun dirasakannya. Beruntung, letusan tahun ini tak separah 1990.
"Ya waktu 1990 itu lebih parah dari sekarang. Cuma sekarang abunya terbangnya memang lebih jauh. Tapi kalau efeknya ya parah 1990," tandas Sumini. (Eks)