Perasaan kecewa terlihat di mata para petani cabai di Sleman, DI Yogyakarta saat mendapati cabenya yang siap dipetik ternyata rusak akibat ditimpa debu vulkanik Gunung Kelud.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (17/2/2014), akibat debu vulkanik cabai menjadi keriput dan layu. Bahkan tidak sedikit tanaman cabai yang mati.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menyelamatkan cabai siap panen, termasuk dengan menyemprotkan air. Namun upaya itu tidak membuahkan hasil. Akibat gagal panen, petani cabai di Sleman menderita kerugian hingga jutaan rupiah.
Sementara lahan pertanian melon di Bulak Srikayangan, Desa Demangrejo, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo juga rusak akibat debu vulkanik.
Puluhan hektar melon siap panen terkena dampak debu vulkanik Gunung Kelud, sehingga para petani harus segera membersihkannya. Jika tak segera dibersihkan, buah melon akan kepanasan sehingga busuk dalam beberapa hari. Namun penghasilan dari penjualan melon kali ini tak sebanding dengan biaya perawatan dan sewa lahan yang mencapai Rp 30 juta.
Debu vulkanik dari erupsi Gunung Kelud yang terbang hingga Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah juga membuat para petani sayur di Ngargoyoso kelimpungan. Pasalnya, tanaman sayur mereka tertutup debu vulkanik yang harus dibersihkan karena dapat merusak tanaman. Ancaman gagal panen pun membayang di benak mereka karena seluruh tanaman sayur tertutup debu vulkanik.
Debu vulkanik akibat letusan Gunung Kelud juga berdampak pada lahan pertanian yang berada di Malang dan Kediri. Akibatnya harga sayuran di Pasar Tradisional Kabupaten Jombang, Jawa Timur melambung tinggi.
Kenaikan harga sayur di Jombang ini karena sebagian besar sayuran dipasok dari Malang dan Kediri. Harga wortel dan kubis dijual Rp 17 ribu per kilogram atau naik Rp 10 ribu dibanding sebelum letusan.
Demikian pula dengan harga cabai yang naik dari Rp. 20 ribu menjadi Rp. 48 ribu. Akibat kenaikan harga ini, omset para pedagang jadi turun. (Nfs/Adm)
Baca juga:
Kerugian Lahan Pertanian Akibat Abu Kelud Capai Ratusan Milyar
Abu Kelud Dibersihkan, Jadwal Perjalanan Kereta Kembali Normal
Menunggu Aksi SBY di Kelud
Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Senin (17/2/2014), akibat debu vulkanik cabai menjadi keriput dan layu. Bahkan tidak sedikit tanaman cabai yang mati.
Berbagai upaya sudah dilakukan untuk menyelamatkan cabai siap panen, termasuk dengan menyemprotkan air. Namun upaya itu tidak membuahkan hasil. Akibat gagal panen, petani cabai di Sleman menderita kerugian hingga jutaan rupiah.
Sementara lahan pertanian melon di Bulak Srikayangan, Desa Demangrejo, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo juga rusak akibat debu vulkanik.
Puluhan hektar melon siap panen terkena dampak debu vulkanik Gunung Kelud, sehingga para petani harus segera membersihkannya. Jika tak segera dibersihkan, buah melon akan kepanasan sehingga busuk dalam beberapa hari. Namun penghasilan dari penjualan melon kali ini tak sebanding dengan biaya perawatan dan sewa lahan yang mencapai Rp 30 juta.
Debu vulkanik dari erupsi Gunung Kelud yang terbang hingga Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah juga membuat para petani sayur di Ngargoyoso kelimpungan. Pasalnya, tanaman sayur mereka tertutup debu vulkanik yang harus dibersihkan karena dapat merusak tanaman. Ancaman gagal panen pun membayang di benak mereka karena seluruh tanaman sayur tertutup debu vulkanik.
Debu vulkanik akibat letusan Gunung Kelud juga berdampak pada lahan pertanian yang berada di Malang dan Kediri. Akibatnya harga sayuran di Pasar Tradisional Kabupaten Jombang, Jawa Timur melambung tinggi.
Kenaikan harga sayur di Jombang ini karena sebagian besar sayuran dipasok dari Malang dan Kediri. Harga wortel dan kubis dijual Rp 17 ribu per kilogram atau naik Rp 10 ribu dibanding sebelum letusan.
Demikian pula dengan harga cabai yang naik dari Rp. 20 ribu menjadi Rp. 48 ribu. Akibat kenaikan harga ini, omset para pedagang jadi turun. (Nfs/Adm)
Baca juga:
Kerugian Lahan Pertanian Akibat Abu Kelud Capai Ratusan Milyar
Abu Kelud Dibersihkan, Jadwal Perjalanan Kereta Kembali Normal
Menunggu Aksi SBY di Kelud