Belakangan ini Indonesia kerap 'digoyang' beberapa masalah kedaulatan. Mulai dari protes KRI Usman-Harun oleh Singapura, masalah pelanggaran batas wilayah oleh Australia, hingga pembakaran kapal nelayan WNI oleh Papua Nugini.
Menurut salah satu Anggota Konvensi Capres Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo, masalah tersebut hanya kebetulan belaka. Ia meyakini tidak ada maksud dari ketiga negara tetangga tersebut mengusik wilayah kedaulatan Indonesia.
"Ndak ada kebetulan, itu terjadi begitu saja. Penggiringan kembali pencari suaka dari Australia, coba lihat aturannya demikian atau nggak? Melanggar kedualatan itu yang harus ditanyakan. Tapi Australia sudah minta maaf," ujar Pramono Edhie di Denpasar, Bali, Senin (17/2/2014).
"Begitu juga pembakaran Papua Nugini, menurut saya ada yang kurang tepat," sambung mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.
Mantan Pangdam Siliwangi itu juga mengatakan, selama lebih dari 33 tahun menjalani karier di dunia militer, jarang melihat adanya gesekan antarwarga di kawasan perbatasan. Justru sebaliknya, warga di perbatasan bisa hidup saling berdampingan."Saya sudah keliling Indonesia, kalau di perbatasan tidak ada gesekan. Hampir di semua perbatasan, di Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste dan lainnya," ujarnya.
Adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menegaskan, kedaulatan suatu negara baik yang besar ataupun kecil tidak boleh dilanggar oleh negara lainnya. "Prinsip kita jika inginkan negara damai maka kita harus siap perang. Kita harus kuat menjaga kedaulatan. Kalau kita garang negara lain sudah takut duluan. Tapi nggak boleh menakut-nakuti," kata mantan Danjen Kopassus itu.
Terkait adanya isu perang yang akan terjadi pada 5-10 tahun mendatang yang melibatkan tentara Indonesia, Edhie tidak membantahnya. Namun yang jelas kata dia, bangsa Indonesia harus tetap waspada. "Kita harus tetap waspadai, jangan sampai kita nggak siap, kita harus kuat. Alutsista perlu diperbarui, tapi kita perlu didukung," tandas Edhie. (Gen/Mvi)
Baca Juga:
Menurut salah satu Anggota Konvensi Capres Partai Demokrat Pramono Edhie Wibowo, masalah tersebut hanya kebetulan belaka. Ia meyakini tidak ada maksud dari ketiga negara tetangga tersebut mengusik wilayah kedaulatan Indonesia.
"Ndak ada kebetulan, itu terjadi begitu saja. Penggiringan kembali pencari suaka dari Australia, coba lihat aturannya demikian atau nggak? Melanggar kedualatan itu yang harus ditanyakan. Tapi Australia sudah minta maaf," ujar Pramono Edhie di Denpasar, Bali, Senin (17/2/2014).
"Begitu juga pembakaran Papua Nugini, menurut saya ada yang kurang tepat," sambung mantan Kepala Staf Angkatan Darat itu.
Mantan Pangdam Siliwangi itu juga mengatakan, selama lebih dari 33 tahun menjalani karier di dunia militer, jarang melihat adanya gesekan antarwarga di kawasan perbatasan. Justru sebaliknya, warga di perbatasan bisa hidup saling berdampingan."Saya sudah keliling Indonesia, kalau di perbatasan tidak ada gesekan. Hampir di semua perbatasan, di Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste dan lainnya," ujarnya.
Adik ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu menegaskan, kedaulatan suatu negara baik yang besar ataupun kecil tidak boleh dilanggar oleh negara lainnya. "Prinsip kita jika inginkan negara damai maka kita harus siap perang. Kita harus kuat menjaga kedaulatan. Kalau kita garang negara lain sudah takut duluan. Tapi nggak boleh menakut-nakuti," kata mantan Danjen Kopassus itu.
Terkait adanya isu perang yang akan terjadi pada 5-10 tahun mendatang yang melibatkan tentara Indonesia, Edhie tidak membantahnya. Namun yang jelas kata dia, bangsa Indonesia harus tetap waspada. "Kita harus tetap waspadai, jangan sampai kita nggak siap, kita harus kuat. Alutsista perlu diperbarui, tapi kita perlu didukung," tandas Edhie. (Gen/Mvi)
Baca Juga:
Pramono Edhie: Pecundang dan Pahlawan Beda Tipis
Pramono Edhie: Bom Bali Jangan Sampai Terulang
Pramono Edhie dan Ruhut Sitompul Gabung di Satgas Joko Tingkir
Advertisement