16 Pembantu rumah tangga (PRT) diduga disekap istri purnawirawan polisi berpangkat brigadir jenderal berinisial MS di Bogor, Jawa Barat.
Juru bicara keluarga, Victor Nadapdap, menyatakan ada 17 PRT yang dipekerjakan di rumah tersebut. 5 orang di antaranya adalah laki-laki, sisanya perempuan. Awalnya, para PRT laki-laki ini akan dipekerjakan untuk mengurusi peternakan ikan lele milik keluarga MS.
"Pada saat saya tanya kepada PRT tersebut, sebenarnya para pembantu ini tidak melakukan pekerjaan seperti pembantu. Karena untuk kebutuhan makan, istri Pak MS sendiri yang masak. Sedangkan untuk nyuci ada mesin cuci dan menggosok itu hanya dilakukan tiga pembantu saja," ucapnya di Bogor, Jumat (21/2/2014).
"Nanti bisa dibuktikan di persidangan, sekarang polisi masih memproses penyelidikan. Kita harus tunggu hasilnya nanti," pungkas Victor.
Kasus ini terungkap setelah salah seorang korban, Yuliana, berhasil keluar dari rumah sang majikan pada Kamis 13 Februari lalu dengan dijemput kakak sepupunya. Ia sembunyi-sembunyi mengambil handphone rekannya.
Pada kesempatan yang sama, Victor menyatakan keluarga itu tidak pernah melakukan penganiayaan dan penyekapan terhadap mereka.
"Itu tidak benar. Penganiayaan tidak pernah terjadi. Tapi hak untuk Yuliana (salah satu PRT) untuk melaporkan hal tersebut. Sekarang proses masih berjalan, kita ikuti saja," kata Victor.
Pihaknya juga menegaskan, MS tidak pernah melakukan penyekapan. Hal ini dibuktikan dengan diizinkannya para pembantu untuk keluar rumah. Misalnya, membeli roti pada pagi hari dan bakso pada sore hari. (Yus)
Juru bicara keluarga, Victor Nadapdap, menyatakan ada 17 PRT yang dipekerjakan di rumah tersebut. 5 orang di antaranya adalah laki-laki, sisanya perempuan. Awalnya, para PRT laki-laki ini akan dipekerjakan untuk mengurusi peternakan ikan lele milik keluarga MS.
"Pada saat saya tanya kepada PRT tersebut, sebenarnya para pembantu ini tidak melakukan pekerjaan seperti pembantu. Karena untuk kebutuhan makan, istri Pak MS sendiri yang masak. Sedangkan untuk nyuci ada mesin cuci dan menggosok itu hanya dilakukan tiga pembantu saja," ucapnya di Bogor, Jumat (21/2/2014).
"Nanti bisa dibuktikan di persidangan, sekarang polisi masih memproses penyelidikan. Kita harus tunggu hasilnya nanti," pungkas Victor.
Kasus ini terungkap setelah salah seorang korban, Yuliana, berhasil keluar dari rumah sang majikan pada Kamis 13 Februari lalu dengan dijemput kakak sepupunya. Ia sembunyi-sembunyi mengambil handphone rekannya.
Pada kesempatan yang sama, Victor menyatakan keluarga itu tidak pernah melakukan penganiayaan dan penyekapan terhadap mereka.
"Itu tidak benar. Penganiayaan tidak pernah terjadi. Tapi hak untuk Yuliana (salah satu PRT) untuk melaporkan hal tersebut. Sekarang proses masih berjalan, kita ikuti saja," kata Victor.
Pihaknya juga menegaskan, MS tidak pernah melakukan penyekapan. Hal ini dibuktikan dengan diizinkannya para pembantu untuk keluar rumah. Misalnya, membeli roti pada pagi hari dan bakso pada sore hari. (Yus)