Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo atau Jokowi mengaku disadap. Hal itu membuat Wakilnya, Basuki Tjaha Purnama atau Ahok khawatir dirinya juga ikut disadap. Untuk itu, Ahok meminta Kepala Biro Daerah dan Kerjasama Luar Negeri Heru Budi Hartono untuk memeriksa kendaraan dinas ataupun pribadinya.
"Pak Wagub pernah menyampaikan, Pak Heru mobil saya ada penyadapnya nggak ya?" ungkap Heru di kantor Walikota Jakarta Utara, Jumat (21/2/2014).
Mendengar instruksi tersebut, Heru pun langsung melakukan penyisiran di kedua mobil Ahok. Lantas Heru mengingatkan kepada orang nomor 2 di DKI itu untuk mau memasang alat pendeteksi alat sadap di dalam mobil. Dia juga meminta Ahok untuk menjaga ketat pengamanan di mobilnya.
"Saya periksa dan saya sterilisasi, tidak ada penyadapnya. Terus saya tunjukkan dan bilang ke Pak Wagub, saya punya alat kecil yang bisa memonitor kalau mobil saya dipakai. Saya bisa tahu dari HP saya dan mendengarkan apa yang dibicarakan di mobil saya. Mobil saya itu ada nomor HP, speaker itu saya bisa dengar, mobil saya semuanya saya pasangin nomor HP," jelas Heru.
Menurut Heru, dengan adanya alat pendeteksi, maka penyadap akan berpikir 2 atau 3 kali sebelum melancarkan aksinya. Dengan begitu, pelaku juga menjadi segan untuk menyadap.
"Sampaikan saja biar lawan saya tahu kita kan lagi perang spionase. Kalau mau saya komentar lagi di Balaikota dan di sekitar situ juga ada. Jadi gini, kantor Balaikota itu kan kantor untuk umum, jadi tidak seperti kantor yang lain, jadi untuk mensterilisasinya juga lebih sulit," terang Heru.
Dia menambahkan, alat-alat penyadapan saat ini makin canggih. Untuk itu, ia berharap di Balaikota diterapkan pengamanan yang lebih baik lagi. Apalagi jika diperlukan, setiap orang yang datang dan memiliki keperluan di Balaikota harus menggunakan kartu identitas.
"Apalagi menggunakan alat canggih, bisa juga dia berpura-pura jadi jurnalis atau ada orang pura-pura lewat mau ketemu saya, kepala biro, serta dia bawa alat sebesar HP ditaruh di pinggang, repeater yang bisa memancarkan suara, tapi dia ambilnya di IRTI (Lapangan IRTI Monas)," tutur Heru. (Riz/Sss)
Baca juga:
"Pak Wagub pernah menyampaikan, Pak Heru mobil saya ada penyadapnya nggak ya?" ungkap Heru di kantor Walikota Jakarta Utara, Jumat (21/2/2014).
Mendengar instruksi tersebut, Heru pun langsung melakukan penyisiran di kedua mobil Ahok. Lantas Heru mengingatkan kepada orang nomor 2 di DKI itu untuk mau memasang alat pendeteksi alat sadap di dalam mobil. Dia juga meminta Ahok untuk menjaga ketat pengamanan di mobilnya.
"Saya periksa dan saya sterilisasi, tidak ada penyadapnya. Terus saya tunjukkan dan bilang ke Pak Wagub, saya punya alat kecil yang bisa memonitor kalau mobil saya dipakai. Saya bisa tahu dari HP saya dan mendengarkan apa yang dibicarakan di mobil saya. Mobil saya itu ada nomor HP, speaker itu saya bisa dengar, mobil saya semuanya saya pasangin nomor HP," jelas Heru.
Menurut Heru, dengan adanya alat pendeteksi, maka penyadap akan berpikir 2 atau 3 kali sebelum melancarkan aksinya. Dengan begitu, pelaku juga menjadi segan untuk menyadap.
"Sampaikan saja biar lawan saya tahu kita kan lagi perang spionase. Kalau mau saya komentar lagi di Balaikota dan di sekitar situ juga ada. Jadi gini, kantor Balaikota itu kan kantor untuk umum, jadi tidak seperti kantor yang lain, jadi untuk mensterilisasinya juga lebih sulit," terang Heru.
Dia menambahkan, alat-alat penyadapan saat ini makin canggih. Untuk itu, ia berharap di Balaikota diterapkan pengamanan yang lebih baik lagi. Apalagi jika diperlukan, setiap orang yang datang dan memiliki keperluan di Balaikota harus menggunakan kartu identitas.
"Apalagi menggunakan alat canggih, bisa juga dia berpura-pura jadi jurnalis atau ada orang pura-pura lewat mau ketemu saya, kepala biro, serta dia bawa alat sebesar HP ditaruh di pinggang, repeater yang bisa memancarkan suara, tapi dia ambilnya di IRTI (Lapangan IRTI Monas)," tutur Heru. (Riz/Sss)
Baca juga:
Siapa Sadap Jokowi?
Ruang Kerja Jokowi di Balaikota Juga Disadap
Alat Sadap di Rumah Dinas Jokowi Berbentuk Pulpen