Selama 4 jam, 6 anak korban Panti Asuhan Samuel Tangerang menjalani pemeriksaan di unit perlindungan Anak dan Perempuan Polda Metro Jaya, Jakarta. Anak-anak tersebut didampingi kuasa hukumnya dari LBH Mawar Saron.
Salah satu kuasa hukum dari LBH Mawar Saron, Gading Nainggolan, mengatakan kecurigaan tidak beresnya pengelolaan Panti Asuhan Samuel berawal dari donatur panti asuhan itu.
"Pertama karena ada donatur yang curiga. Mereka sering menyumbang tapi tidak ada perubahan. (Anak-anak) lesu, tidak terurus, memar di kepala. Habis itu donatur nanya, apa yang terjadi? Di situ banyak kekerasan dan penyimpangan," jelas Gading di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (24/2/2014).
"Bahkan sumbangan tidak disalurkan dengan baik. Mereka diduga memperkaya diri sendiri," sambungnya.
Selama di panti, jelas Gading, anak-anak itu tidak mendapatkan pendidikan. "Mereka ini tidak dapat pendidikan, keterampilan juga tidak ada. Mereka bebas di panti, tidak ada kegiatan. Mereka baru dikumpulkan kalau ada donatur yang menyumbang," tegas Gading.
Ia juga menambahkan, anak-anak panti itu tidak ada yang tahu di mana, kapan, mereka lahir. Termasuk juga siapa orangtua mereka.
"Mereka ini tidak tahu siapa orang tuanya. Mereka diambil saat masih bayi. Ada di antara mereka yang tidak tahu kapan lahirnya. Akta kelahiran juga tidak ada," ungkap Gading.
Pengelola Membantah
Pemilik dan pengelola Panti Asuhan Samuel, Pendeta Chemuel Watulingas menepis semua tudingan dari LBH Mawar Sharon. Chemuel membantah adanya penyiksaan, apalagi mengakibatkan anak panti yang meninggal dunia.
"Penganiayaan dari mana? LBH Mawar Saron pernah datang ke sini secara tiba-tiba. Mana buktinya? Kalau terbukti, saya, Pendeta Chemuel, siap dipenjara," jelas Pendeta Chemuel saat dihubungi Liputan6.com. (Ali/Yus)
Baca juga:
Salah satu kuasa hukum dari LBH Mawar Saron, Gading Nainggolan, mengatakan kecurigaan tidak beresnya pengelolaan Panti Asuhan Samuel berawal dari donatur panti asuhan itu.
"Pertama karena ada donatur yang curiga. Mereka sering menyumbang tapi tidak ada perubahan. (Anak-anak) lesu, tidak terurus, memar di kepala. Habis itu donatur nanya, apa yang terjadi? Di situ banyak kekerasan dan penyimpangan," jelas Gading di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Senin (24/2/2014).
"Bahkan sumbangan tidak disalurkan dengan baik. Mereka diduga memperkaya diri sendiri," sambungnya.
Selama di panti, jelas Gading, anak-anak itu tidak mendapatkan pendidikan. "Mereka ini tidak dapat pendidikan, keterampilan juga tidak ada. Mereka bebas di panti, tidak ada kegiatan. Mereka baru dikumpulkan kalau ada donatur yang menyumbang," tegas Gading.
Ia juga menambahkan, anak-anak panti itu tidak ada yang tahu di mana, kapan, mereka lahir. Termasuk juga siapa orangtua mereka.
"Mereka ini tidak tahu siapa orang tuanya. Mereka diambil saat masih bayi. Ada di antara mereka yang tidak tahu kapan lahirnya. Akta kelahiran juga tidak ada," ungkap Gading.
Pengelola Membantah
Pemilik dan pengelola Panti Asuhan Samuel, Pendeta Chemuel Watulingas menepis semua tudingan dari LBH Mawar Sharon. Chemuel membantah adanya penyiksaan, apalagi mengakibatkan anak panti yang meninggal dunia.
"Penganiayaan dari mana? LBH Mawar Saron pernah datang ke sini secara tiba-tiba. Mana buktinya? Kalau terbukti, saya, Pendeta Chemuel, siap dipenjara," jelas Pendeta Chemuel saat dihubungi Liputan6.com. (Ali/Yus)
Baca juga:
Anak Panti Samuel: Ayah-Bunda Tidur di Apartemen Bukan di Panti
Warga Bersyukur Anak Panti Asuhan Samuel Diamankan KPAI
Donatur: Anak Panti Asuhan Samuel Alami Pelecehan Seksual
Advertisement