Usaha Agus Lewier (60) untuk menemui anak dan istrinya, Yulianan dan Marlinda, yang berada di rumah tersangka dugaan penyekapan pembantu rumah tangga, Mutiara Situmorang, gagal. Meski sudah datang dari pulau seberang, Agus tak mendapati satu orang pun keluar dari rumah Brigjen Pol (Purn) Mangisi Situmorang.
Agus terbang dari Doka Barat Kepulauan Aru Selatan, Maluku Tenggara. Agus ditemani anggota Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Keadilan Bogor Raya (KBR) datang sekitar pukul 17.00 WIB di Perumahan Bogor Baru, Jalan Danau Mantana Kelurahan Tegal Lega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Di balik pagar tinggi yang selalu tertutup, Agus berkali-kali memanggil penghuni rumah untuk keluar. Segala usaha dicoba, dari memencet bel hingga menggedor-gedor pintu sudah dilakukan. Sayangnya, tidak ada satu orang pun penghuni rumah keluar. Dirinya jelas merasa kecewa karena tidak bisa menemui istrinya dan anaknya.
"Saya berangkat dari Aru dan tiba di Jakarta tadi pagi. Ke sini mau jemput istri dan anak saya," ujar Agus dengan mata berkaca-kaca, Senin (25/2/14).
Agus mengatakan, dirinya tidak mengetahui bila istri dan anaknya pergi ke Jakarta. Awalnya, ia hanya mengetahui bila istri dan anaknya bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit, di Lampung.
"Saya tahunya di Lampung itu dia digajinya nggak benar makanya mereka mau pulang, tapi kenapa malah ke Jakarta, sejak di sana (Jakarta) mereka tidak ada kabar," tutur Agus sambil menunjukkan foto Yuliana dan Marlinda.
Suatu hari, ia mendapat kabar dari keluarga kalau istri dan anaknya bekerja di Bogor. Hal tersebut membuat Agus kaget, terlebih Yuliana mengirim pesan singkat yang berisi permintaan untuk membantu mengeluarkan dirinya dari rumah Mutiara. "Yuli SMS saya bilang kalau papa sayang saya suruh orang datang jemput saya," ungkapnya.
Atas permintaan Yuliana, ia meminta bantuan sepupunya yang tinggal di Bogor, yaitu Jemy Kumbela Lumba untuk menjemput anaknya, tapi hasilnya juga nihil. Selain mengirim SMS, Agus juga sempat berbicara lewat telepon genggam, tapi tidak boleh sampai terdengar sang majikan. "Anak saya dilarang bicara kuat-kuat (dengan suara keras) karena takut ditampar," ucapnya.
Hingga kini Agus belum bisa menemui istri dan anaknya. Ia berharap agar bisa bertemu dan bisa membawa pulang keduanya ke kampung halaman di Maluku Selatan. (Don/Eks)
Agus terbang dari Doka Barat Kepulauan Aru Selatan, Maluku Tenggara. Agus ditemani anggota Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Keadilan Bogor Raya (KBR) datang sekitar pukul 17.00 WIB di Perumahan Bogor Baru, Jalan Danau Mantana Kelurahan Tegal Lega, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Di balik pagar tinggi yang selalu tertutup, Agus berkali-kali memanggil penghuni rumah untuk keluar. Segala usaha dicoba, dari memencet bel hingga menggedor-gedor pintu sudah dilakukan. Sayangnya, tidak ada satu orang pun penghuni rumah keluar. Dirinya jelas merasa kecewa karena tidak bisa menemui istrinya dan anaknya.
"Saya berangkat dari Aru dan tiba di Jakarta tadi pagi. Ke sini mau jemput istri dan anak saya," ujar Agus dengan mata berkaca-kaca, Senin (25/2/14).
Agus mengatakan, dirinya tidak mengetahui bila istri dan anaknya pergi ke Jakarta. Awalnya, ia hanya mengetahui bila istri dan anaknya bekerja sebagai buruh di perkebunan kelapa sawit, di Lampung.
"Saya tahunya di Lampung itu dia digajinya nggak benar makanya mereka mau pulang, tapi kenapa malah ke Jakarta, sejak di sana (Jakarta) mereka tidak ada kabar," tutur Agus sambil menunjukkan foto Yuliana dan Marlinda.
Suatu hari, ia mendapat kabar dari keluarga kalau istri dan anaknya bekerja di Bogor. Hal tersebut membuat Agus kaget, terlebih Yuliana mengirim pesan singkat yang berisi permintaan untuk membantu mengeluarkan dirinya dari rumah Mutiara. "Yuli SMS saya bilang kalau papa sayang saya suruh orang datang jemput saya," ungkapnya.
Atas permintaan Yuliana, ia meminta bantuan sepupunya yang tinggal di Bogor, yaitu Jemy Kumbela Lumba untuk menjemput anaknya, tapi hasilnya juga nihil. Selain mengirim SMS, Agus juga sempat berbicara lewat telepon genggam, tapi tidak boleh sampai terdengar sang majikan. "Anak saya dilarang bicara kuat-kuat (dengan suara keras) karena takut ditampar," ucapnya.
Hingga kini Agus belum bisa menemui istri dan anaknya. Ia berharap agar bisa bertemu dan bisa membawa pulang keduanya ke kampung halaman di Maluku Selatan. (Don/Eks)