Sukses

L.B. Moerdani Tutup Usia

Mantan Menhankam/Pangab ini meninggal dunia setelah dirawat beberapa bulan di RSPAD Gatot Soebroto, Jakpus, akibat menderita stroke dan infeksi paru-paru. Jenazahnya akan dimakamkan di TMP Kalibata, Jaksel.

Liputan6.com, Jakarta: Kalangan tentara Indonesia, khususnya TNI Angkatan Darat berkabung. Mantan Menteri Pertahanan dan Keamanan/Panglima ABRI Jenderal Purnawirawan Leonardus Benjamin Moerdani meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Ahad (29/8) sekitar pukul 01.20 WIB. Almarhum mengembuskan napas terakhir setelah dirawat beberapa bulan di rumah sakit akibat menderita penyakit stroke dan infeksi paru-paru. Rencananya, jenazahnya akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan, siang ini sekitar pukul 12.30 WIB.

Saat ini jenazahnya masih disemayamkan di rumah duka di Jalan Terusan Hang Lekir IV/43, Kebayoran Baru, Jaksel. Rencananya, jasad mendiang L.B. Moerdani yang meninggalkan seorang istri dan seorang putri ini juga akan disemayamkan di Markas Besar TNI Angkatan Darat, Jalan Veteran, Jakpus. Upacara penghormatan jenazah ini akan dipimpin langsung Kepala Staf TNI AD Jenderal Ryamizard Ryacudu. Setelah itu, jenazah baru dimakamkan di TMP Kalibata, Jaksel, dengan inspektur upacara Panglima TNI Jenderal Endriartono Sutarto.

Semasa hidupnya jenderal bintang empat itu pernah menjadi orang yang paling disegani di negeri ini. Pada saat menjabat Menhankam/Panglima ABRI, pria kelahiran Cepu, Jawa Tengah, ini disebut-sebut sebagai orang nomor dua terkuat setelah Presiden Soeharto. Benny--begitu L.B. Moerdani disapa--juga dikenal prestasinya dalam menata organisasi intelijen di tubuh militer. Benny dikenal sebagai penggagas Badan Intelijen Strategis (Bais) pada 1983. Lembaga intelijen ini melengkapi lembaga serupa yang sudah dulu ada yakni Badan Koordinasi Intelijen Negara (1969).

Tak hanya itu, mantan Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban ini juga sukses dalam sejumlah operasi militer. Di antaranya Operasi Seroja di Timor Timur pada 1975 dan Operasi Woyla 1981. Selain itu, pria kelahiran 2 Oktober 1932 ini juga sukses mereorganisasi sejumlah komando daerah militer semasa menjadi Pangab.

Di balik kesuksesan itu, Benny juga tak luput dari catatan hitamnya. Sebut saja, tragedi berdarah Tanjung Priok 12 September 1984. Benny yang saat itu menjabat sebagai Panglima ABRI diduga bertanggung jawab atas kasus pelanggaran berat hak asasi manusia itu. Namun, hingga akhir hayatnya keterlibatan Benny dalam kasus tersebut tak terungkap.(ORS/Tim Liputan 6 SCTV)
    Video Terkini