Liputan6.com, Jakarta: Kepala Polri Jenderal Polisi Da`i Bachtiar menyatakan, ledakan bom di depan Gedung Kedutaan Besar Australia di Jalan H.R. Rasuna Said, Kavling C15-16, Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (9/9) pagi, modusnya sama dengan Bom Bali dan Bom J.W. Marriott, Jakarta Selatan. Pasalnya, pelaku sama-sama menggunakan mobil untuk meledakkan bom itu.
Tragedi Bom Bali terjadi 12 Oktober 2002, serangkaian bom meledak di Sari Club, Paddy`s Club di Jalan Legian, Kuta, dan di depan gedung milik Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Renon, Denpasar, tepatnya pukul 23.15 WITA [baca: Teror Menghajar Pulau Dewata]. Bom yang tergolong high explosive ini dipasang di sebuah minibus Mitsubishi L-300. Ledakan menewaskan sedikitnya 201 orang dan ratusan korban lainnya mengalami luka-luka. Korban dalam insiden itu kebanyakan warga negara Australia. Sementara sekitar 22 negara menyatakan bahwa warganya meninggal dalam tragedi itu.
Beberapa bulan kemudian polisi menangkap para pelaku peledakan seperti Amrozi, Imam Samudra, Muklas, dan Ali Imron [baca: Amrozi: Hambali dan Imam Samudra Terlibat]. Mereka kini telah divonis hukuman mati dan seumur hidup [baca: Membui Pelaku Bom Bali, Mengakhiri Terorisme]. Namun tidak semua dari para pelaku ini tertangkap. Soalnya, sebagian dari mereka seperti Noordin Mohammad Thop dan Doktor Azhari yang ikut berperan dalam peristiwa ini masih buron.
Serangkaian ledakan bom itu juga sempat melumpuhkan industri pariwisata di Pulau Dewata [baca: Kuta dan Luka Kita]. Apalagi, beberapa saat setelah peledakan, pemerintah AS dan Australia langsung mengeluarkan travel warning agar warga mereka tidak berkunjung ke Indonesia. Sampai sekarang tragedi itu masih menyisahkan duka yang dalam bagi warga yang daerahnya terkenal dengan keindahan alamnya.
Belum usai tragedi Bom Bali, 5 Agustus satu tahun silam, sebuah ledakan bom kembali menggetarkan Tanah Air. Kali ini bom meledak di Hotel JW Marriott di Jaksel. Sama halnya dengan bom di Bali, bom yang menghancurkan hotel ini menggunakan mobil dan dikendalikan oleh para pelaku dari jarak jauh.
Ledakan bom yang berskala besar ini menewaskan 12 orang dan 147 orang lainnya mengalami luka-luka. Pelaku peledakan Asmar Latin Sani, tewas di tempat. Selain menghancurkan bangunan hotel, perkantoran Plaza Mutiara juga ikut rusak [baca: Ledakan Bom Hebat Mengguncang Plaza Mutiara].
Dari hasil penyelidikan polisi, otak dari pelaku pengeboman adalah dua warga Malaysia yakni Noordin dan Azhari. Selain itu ada dugaan Hambali warga negara Indonesia yang ditangkap pihak keamanan AS di Thailand. Ia ditangkap karena diduga pernah mengirimkan sejumlah uang kepada para pelaku untuk melakukan pengeboman di sejumlah lokasi di Tanah Air. Sampai saat ini polisi masih memburu Noordin dan Azhari [baca: Dadang Garnida: Noordin M. Thop Masih Buron].(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)
Tragedi Bom Bali terjadi 12 Oktober 2002, serangkaian bom meledak di Sari Club, Paddy`s Club di Jalan Legian, Kuta, dan di depan gedung milik Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Renon, Denpasar, tepatnya pukul 23.15 WITA [baca: Teror Menghajar Pulau Dewata]. Bom yang tergolong high explosive ini dipasang di sebuah minibus Mitsubishi L-300. Ledakan menewaskan sedikitnya 201 orang dan ratusan korban lainnya mengalami luka-luka. Korban dalam insiden itu kebanyakan warga negara Australia. Sementara sekitar 22 negara menyatakan bahwa warganya meninggal dalam tragedi itu.
Beberapa bulan kemudian polisi menangkap para pelaku peledakan seperti Amrozi, Imam Samudra, Muklas, dan Ali Imron [baca: Amrozi: Hambali dan Imam Samudra Terlibat]. Mereka kini telah divonis hukuman mati dan seumur hidup [baca: Membui Pelaku Bom Bali, Mengakhiri Terorisme]. Namun tidak semua dari para pelaku ini tertangkap. Soalnya, sebagian dari mereka seperti Noordin Mohammad Thop dan Doktor Azhari yang ikut berperan dalam peristiwa ini masih buron.
Serangkaian ledakan bom itu juga sempat melumpuhkan industri pariwisata di Pulau Dewata [baca: Kuta dan Luka Kita]. Apalagi, beberapa saat setelah peledakan, pemerintah AS dan Australia langsung mengeluarkan travel warning agar warga mereka tidak berkunjung ke Indonesia. Sampai sekarang tragedi itu masih menyisahkan duka yang dalam bagi warga yang daerahnya terkenal dengan keindahan alamnya.
Belum usai tragedi Bom Bali, 5 Agustus satu tahun silam, sebuah ledakan bom kembali menggetarkan Tanah Air. Kali ini bom meledak di Hotel JW Marriott di Jaksel. Sama halnya dengan bom di Bali, bom yang menghancurkan hotel ini menggunakan mobil dan dikendalikan oleh para pelaku dari jarak jauh.
Ledakan bom yang berskala besar ini menewaskan 12 orang dan 147 orang lainnya mengalami luka-luka. Pelaku peledakan Asmar Latin Sani, tewas di tempat. Selain menghancurkan bangunan hotel, perkantoran Plaza Mutiara juga ikut rusak [baca: Ledakan Bom Hebat Mengguncang Plaza Mutiara].
Dari hasil penyelidikan polisi, otak dari pelaku pengeboman adalah dua warga Malaysia yakni Noordin dan Azhari. Selain itu ada dugaan Hambali warga negara Indonesia yang ditangkap pihak keamanan AS di Thailand. Ia ditangkap karena diduga pernah mengirimkan sejumlah uang kepada para pelaku untuk melakukan pengeboman di sejumlah lokasi di Tanah Air. Sampai saat ini polisi masih memburu Noordin dan Azhari [baca: Dadang Garnida: Noordin M. Thop Masih Buron].(JUM/Tim Liputan 6 SCTV)