Liputan6.com, Toba Samosir: Warga Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara, kini menjadikan pohon rami atau haramai sebagai usaha baru yang cukup menjanjikan. Sebab, serat rami sangat diperlukan dalam industri teksil sebagai pengganti benang atau kompos dan bahan baku kertas.
Dari pemantauan SCTV, baru-baru ini, sedikitnya tercatat 20 warga desa di wilayah Kabupaten Toba Samosir yang memanfaatkan lahannya untuk ditanami pohon rami. Sebab, pohon itu setiap hektarenya mampu menghasilkan sekitar 20 ton serat rami. Setiap kilogramnya, serat rami mampu dijual dengan harga sekitar Rp 22 ribu. Dalam setahun, pohon rami dapat dipanen antara lima hingga enam kali.
Ketua Koperasi Serba Usaha Megoro Pardede mengakui bahwa para petani di Toba Samosir kembali bergairah setelah mendapat kepastian harga dan penampungan hasil pertanian mereka. Maklum, selama ini, harga sayur mayur menurun. Padahal, sebelumnya produk itu menjadi andalan di wilayah tersebut. Pardede berharap tingkat kesejahteraan petani membaik setelah beralih dari petani sayur menjadi petani pohon rami.
Pardede menambahkan, upaya mengubah areal sayur menjadi pertanian rami dilakukan secara bertahap dan sudah berjalan selama sekitar tiga tahun terakhir. Tak disangka, selama itu pula hasilnya mampu meningkatkan perekonomian rakyat pedesaan. Namun begitu, saat ini, para petani membutuhkan bantuan pemerintah. Semua itu dengan tujuan agar bibit rami dari Bondowoso, Jawa Timur, dapat diperoleh dengan harga murah. Selain itu, petani juga membutuhkan pabrik atau industri di sekitar wilayah Toba Samosir agar ongkos produksi dapat ditekan.(AIS/Chaerul Dharma dan Cuk Arbianto)
Dari pemantauan SCTV, baru-baru ini, sedikitnya tercatat 20 warga desa di wilayah Kabupaten Toba Samosir yang memanfaatkan lahannya untuk ditanami pohon rami. Sebab, pohon itu setiap hektarenya mampu menghasilkan sekitar 20 ton serat rami. Setiap kilogramnya, serat rami mampu dijual dengan harga sekitar Rp 22 ribu. Dalam setahun, pohon rami dapat dipanen antara lima hingga enam kali.
Ketua Koperasi Serba Usaha Megoro Pardede mengakui bahwa para petani di Toba Samosir kembali bergairah setelah mendapat kepastian harga dan penampungan hasil pertanian mereka. Maklum, selama ini, harga sayur mayur menurun. Padahal, sebelumnya produk itu menjadi andalan di wilayah tersebut. Pardede berharap tingkat kesejahteraan petani membaik setelah beralih dari petani sayur menjadi petani pohon rami.
Pardede menambahkan, upaya mengubah areal sayur menjadi pertanian rami dilakukan secara bertahap dan sudah berjalan selama sekitar tiga tahun terakhir. Tak disangka, selama itu pula hasilnya mampu meningkatkan perekonomian rakyat pedesaan. Namun begitu, saat ini, para petani membutuhkan bantuan pemerintah. Semua itu dengan tujuan agar bibit rami dari Bondowoso, Jawa Timur, dapat diperoleh dengan harga murah. Selain itu, petani juga membutuhkan pabrik atau industri di sekitar wilayah Toba Samosir agar ongkos produksi dapat ditekan.(AIS/Chaerul Dharma dan Cuk Arbianto)