Liputan6.com, Semarang: Peringatan Isra Miraj di Semarang, Jawa Tengah, dirayakan dengan parade kentongan dari 11 grup kentongan asal Banyumas, Jateng. Kesebelas grup kentongan itu adalah hasil seleksi 60 grup dalam Kejuaraan Kentongan Nasional di Purworejo. Acara unik ini pertama kalinya diselenggarakan di Semarang. Parade itu mengambil rute di jalan-jalan protokol hingga memacetkan arus lalu lintas. Demikian laporan SCTV di Semarang Ahad (12/9) malam.
Dalam parade itu, para seniman memperdengarkan alunan lagu-lagu, baik tradisional, pop, campur sari, dangdut, dan lagu lainnya yang dapat menggugah semangat. Tak ketinggalan, sejumlah lagu bernada syiar Islam juga dilantunkan para pemusik. Selain sarana hiburan alternatif bagi masyarakat, acara ini juga untuk mengangkat budaya tradisional.
Kesenian grup kentongan ini bermula dari kegiatan kelompok ronda malam dengan alat musik yang didominasi dari bambu. Biasanya, tema lagu bernuansa tradisional dan menggugah semangat untuk menjaga keamanan. Seiring waktu berlalu, kesenian ini mulai berkembang dengan beragam modifikasi. Baik dari tambahan alat musik lain maupun dari tema lagu. Kini, para personel grup juga dilengkapi dengan seragam.
Peringatan Isra Miraj juga tak pernah dilewatkan masyarakat pesisir di Desa Muarareja, Tegal, Jateng. Masyarakat Muarareja memperingati Isra Miraj dengan menyajikan sebuah seni musik khas tegal yang dikolaborasikan dengan wayang. Metode acara Isra Miraj ini menarik simpati pengunjung dari berbagai kalangan.
Acara yang diadakan malam hari itu dibuka dengan sejumlah lagu-lagu islami berbahasa Tegal yang diiringi musik gamelan kontemporer. Mendekati tengah malam, seorang kiai naik ke atas panggung dan mulai berdakwah dengan menggunakan sejumlah wayang golek. Dalam khutbahnya, iringan musik wayang golek tetap berkumandang. Sesekali pedalang juga mengeluarkan lelucon segar yang mengundang gelak tawa penonton.
Penyampaian dakwah dengan cara penampilan seni tradisional ini sebenarnya sudah berjalan sejak lama. Metode ini diambil dari pendekatan Sembilan Wali yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Wali yang terkenal dengan pendekatan kebudayaan ini adalah Sunan Kalijaga.(OZI/Tim Liputan 6 SCTV)
Dalam parade itu, para seniman memperdengarkan alunan lagu-lagu, baik tradisional, pop, campur sari, dangdut, dan lagu lainnya yang dapat menggugah semangat. Tak ketinggalan, sejumlah lagu bernada syiar Islam juga dilantunkan para pemusik. Selain sarana hiburan alternatif bagi masyarakat, acara ini juga untuk mengangkat budaya tradisional.
Kesenian grup kentongan ini bermula dari kegiatan kelompok ronda malam dengan alat musik yang didominasi dari bambu. Biasanya, tema lagu bernuansa tradisional dan menggugah semangat untuk menjaga keamanan. Seiring waktu berlalu, kesenian ini mulai berkembang dengan beragam modifikasi. Baik dari tambahan alat musik lain maupun dari tema lagu. Kini, para personel grup juga dilengkapi dengan seragam.
Peringatan Isra Miraj juga tak pernah dilewatkan masyarakat pesisir di Desa Muarareja, Tegal, Jateng. Masyarakat Muarareja memperingati Isra Miraj dengan menyajikan sebuah seni musik khas tegal yang dikolaborasikan dengan wayang. Metode acara Isra Miraj ini menarik simpati pengunjung dari berbagai kalangan.
Acara yang diadakan malam hari itu dibuka dengan sejumlah lagu-lagu islami berbahasa Tegal yang diiringi musik gamelan kontemporer. Mendekati tengah malam, seorang kiai naik ke atas panggung dan mulai berdakwah dengan menggunakan sejumlah wayang golek. Dalam khutbahnya, iringan musik wayang golek tetap berkumandang. Sesekali pedalang juga mengeluarkan lelucon segar yang mengundang gelak tawa penonton.
Penyampaian dakwah dengan cara penampilan seni tradisional ini sebenarnya sudah berjalan sejak lama. Metode ini diambil dari pendekatan Sembilan Wali yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Wali yang terkenal dengan pendekatan kebudayaan ini adalah Sunan Kalijaga.(OZI/Tim Liputan 6 SCTV)