Liputan6.com, Soe: Bila suatu waktu Anda berkunjung ke Nusatenggara Timur, sempatkanlah untuk mengunjungi Suku Boti yang letaknya sekitar 60 kilometer dari Kota Soe. Selain unik, Suku Boti juga sangat arif dalam menjaga lingkungan sehingga
tetap utuh dan lestari.
Suku Boti tinggal di salah satu desa di Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Desa Boti dihuni lebih dari 300 jiwa. Seperti disaksikan SCTV, baru-baru ini, nuansa keakraban dan kesahajaan sebagai suku terpencil masih terasa di desa ini.
Dalam kepercayaan Suku Boti alam dikuasai dua penguasa yang harus ditaati. Kedua penguasa itu adalah Uis Pah sang penguasa alam dunia dan Uis Neno sang penguasa alam baka. Uis Pah bertugas mengatur, mengawasi, dan menjaga kehidupan alam semesta beserta isinya, termasuk manusia. Sedangkan Uis Neno akan menentukan seseorang bisa masuk neraka atau surga.
Dalam kehidupan sehari-hari Suku Boti dipimpin seorang kepala suku yang dianggap bijak. Sang kepala suku akan terus berusaha membimbing warganya untuk berbuat baik terhadap sesama dan terutama harus berbuat baik terhadap alam lingkungan sekitar. Bagi warga yang berani berbuat onar atau merusak lingkungan akan mendapat kutukan dari Uis Pah mamupun Uis Neno.
Menurut falsafah hidup Suku Boti, manusia akan hidup aman dan sejahtera bila konsisten menjaga, merawat, dan melestarikan hutan. Sebab, dengan merawat dan melestarikan hutan, awan akan datang. Bila awan datang hujan akan menyertainya. Hujan inilah yang menjadi sumber kehidupan manusia dan hewan.
Suku Boti menyebut hujan sebagai karunia dari Uis Pah karena berarti manusia telah berbuat baik terhadap alam. Namun jika manusia melanggarnya, bencana pasti akan tiba. Kebijakan falsafah hidup inilah yang membuat anggota Suku Boti sangat akrab dengan alam sekitar.(YYT/Didimus Payong Dore)
tetap utuh dan lestari.
Suku Boti tinggal di salah satu desa di Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan. Desa Boti dihuni lebih dari 300 jiwa. Seperti disaksikan SCTV, baru-baru ini, nuansa keakraban dan kesahajaan sebagai suku terpencil masih terasa di desa ini.
Dalam kepercayaan Suku Boti alam dikuasai dua penguasa yang harus ditaati. Kedua penguasa itu adalah Uis Pah sang penguasa alam dunia dan Uis Neno sang penguasa alam baka. Uis Pah bertugas mengatur, mengawasi, dan menjaga kehidupan alam semesta beserta isinya, termasuk manusia. Sedangkan Uis Neno akan menentukan seseorang bisa masuk neraka atau surga.
Dalam kehidupan sehari-hari Suku Boti dipimpin seorang kepala suku yang dianggap bijak. Sang kepala suku akan terus berusaha membimbing warganya untuk berbuat baik terhadap sesama dan terutama harus berbuat baik terhadap alam lingkungan sekitar. Bagi warga yang berani berbuat onar atau merusak lingkungan akan mendapat kutukan dari Uis Pah mamupun Uis Neno.
Menurut falsafah hidup Suku Boti, manusia akan hidup aman dan sejahtera bila konsisten menjaga, merawat, dan melestarikan hutan. Sebab, dengan merawat dan melestarikan hutan, awan akan datang. Bila awan datang hujan akan menyertainya. Hujan inilah yang menjadi sumber kehidupan manusia dan hewan.
Suku Boti menyebut hujan sebagai karunia dari Uis Pah karena berarti manusia telah berbuat baik terhadap alam. Namun jika manusia melanggarnya, bencana pasti akan tiba. Kebijakan falsafah hidup inilah yang membuat anggota Suku Boti sangat akrab dengan alam sekitar.(YYT/Didimus Payong Dore)