Liputan6.com, Jakarta: Bentuk toleransi selama Ramadan dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Apalagi roda kehidupan harus tetap berjalan, utamanya di Ibu Kota. Para penjual nasi Warung Tegal (Warteg), misalnya, mereka tetap beroperasi sepanjang hari. Biasanya untuk menghormati muslim yang menjalankan puasa, mereka menutup kaca dengan tirai. Demikian hasil pemantauan SCTV di wilayah Jakarta, baru-baru ini.
Umat nonmuslim atau muslim yang tak berpuasa menjadi target pasar mereka di siang hari. Kendati begitu, jam ramai pembeli diakui hanyalah menjelang sahur dan buka puasa. Menurut Yeni, penjual nasi Warteg di Jakarta Selatan, biasanya penurunan penghasilan hanya terjadi pada pekan pertama Ramadan. Pekan-pekan berikutnya rata-rata penghasilan mereka kembali normal.
Kebiasaan tempat makan, seperti Warteg tetap beroperasi sepanjang hari dengan menutup kaca mereka dengan tirai bukanlah kebiasaan baru. Selain untuk menghormati umat muslim yang menjalankan puasa, juga untuk menjaga agar pembeli tak jengah.
Sementara ledakan petasan yang biasa menghiasi datangnya Ramadan, kali ini, sedikit berkurang. Boleh jadi karena sejumlah pedagang mulai menyadari akan bahaya petasan seperti penjual petasan di Tanahabang, Jakarta Pusat. Mereka kini hanya memilih berjualan kembang api yang ternyata menghasilkan keuntungan cukup lumayan. Mereka pun tak perlu dikejar-kejar aparat keamanan. Mereka berharap keuntungan tahun ini akan meningkat sampai 100 persen dibandingkan tahun silam.
Ipah, pedagang kembang api mengaku, keuntungan berjualan kembang api bisa mencapai Rp 40 ribu hingga Rp 60 ribu per hari. Jumlah itu lebih besar dibanding tahun silam. Beda lagi dengan pengakuan Didi. Meski mengaku mendapat untung, jumlanya kecil dibanding pada 2000 yang bisa meraup Rp 200 ribu per hari. Maklum, saat itu, mereka masih bebas berjualan petasan.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)
Umat nonmuslim atau muslim yang tak berpuasa menjadi target pasar mereka di siang hari. Kendati begitu, jam ramai pembeli diakui hanyalah menjelang sahur dan buka puasa. Menurut Yeni, penjual nasi Warteg di Jakarta Selatan, biasanya penurunan penghasilan hanya terjadi pada pekan pertama Ramadan. Pekan-pekan berikutnya rata-rata penghasilan mereka kembali normal.
Kebiasaan tempat makan, seperti Warteg tetap beroperasi sepanjang hari dengan menutup kaca mereka dengan tirai bukanlah kebiasaan baru. Selain untuk menghormati umat muslim yang menjalankan puasa, juga untuk menjaga agar pembeli tak jengah.
Sementara ledakan petasan yang biasa menghiasi datangnya Ramadan, kali ini, sedikit berkurang. Boleh jadi karena sejumlah pedagang mulai menyadari akan bahaya petasan seperti penjual petasan di Tanahabang, Jakarta Pusat. Mereka kini hanya memilih berjualan kembang api yang ternyata menghasilkan keuntungan cukup lumayan. Mereka pun tak perlu dikejar-kejar aparat keamanan. Mereka berharap keuntungan tahun ini akan meningkat sampai 100 persen dibandingkan tahun silam.
Ipah, pedagang kembang api mengaku, keuntungan berjualan kembang api bisa mencapai Rp 40 ribu hingga Rp 60 ribu per hari. Jumlah itu lebih besar dibanding tahun silam. Beda lagi dengan pengakuan Didi. Meski mengaku mendapat untung, jumlanya kecil dibanding pada 2000 yang bisa meraup Rp 200 ribu per hari. Maklum, saat itu, mereka masih bebas berjualan petasan.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)