Sukses

Wabah Antraks di Bogor Dikategorikan Luar Biasa

Selain kejadiannya tanpa didahului gejala awal, jumlah korban tewas cukup banyak. Dari hasil pemeriksaan, kambing yang dimakan penduduk Desa Citaringgul, Kecamatan Babakan Madang, Bogor, positif terinfeksi antraks.

Liputan6.com, Jakarta: Dugaan penyakit antraks menjangkit di Desa Citaringgul, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terus menguat. Hasil penelitian dari lemak kambing yang dimakan, sampel darah dari 16 penderita, serta tanah membuktikan para korban terserang antraks. Penelitian itu dilakukan Departemen Kesehatan setelah korban berjatuhan di kawasan Citaringgul akibat mengkonsumsi daging kambing. "Ini termasuk kejadian luar biasa. Karena tadinya tidak ada [kasus] jadi ada," kata Direktur Pemberantasan Penyakit Bersumber Binatang Departemen Kesehatan Rosmini Day kepada reporter SCTV Sella Wangkar di Jakarta, Ahad (24/10).

Rosmini menyebutkan, sejak kejadian secara berturut-turut sejak 18 Oktober hingga 20 Oktober silam, tercatat 60 penduduk Desa Citaringgul berisiko terkena antraks dan 20 di antaranya positif sakit. Lima dari enam korban yang merupakan kerabat Ayub Anshor tak bisa ditolong. "Korban yang masih tertolong sudah diberi antibiotik," jelas Rosmini. Menurut Rosmini, pemilik kambing bernama Mustafa mengaku hanya tahu bahwa hewan peliharaannya sakit tapi tidak menduga terkena antraks [baca: Wabah Antraks Menghantui Warga Babakan Madang]. Sayangnya, Mustafa bukan memusnahkan kambingnya tapi justru membagikan daging dan jeroan kepada tetangga dan kerabatnya, termasuk keluarga Ayub Anshor. "Seluruh korban mengalami antraks pencernaan," kata Rosmini.

Gejala hewan mamalia seperti kambing atau sapi terjangkit antraks mudah diketahui. Selain kondisinya melemah, gerak-gerik hewan itu menjadi tidak aktif. Hewan bisa terserang antraks akibat memakan rumput yang terkena spora yang menempel di tanah. Menurut Rosmini, spora tersebut berasal dari bakteri hewan yang mati dan bisa hidup sampai puluhan tahun. Sejauh ini, Depkes mensinyalir daerah Jawa Tengah, Jawa Barat, Nusatenggara Timur, dan Nusatenggara Barat berpotensi terdeteksi antraks.

Menyoal manusia yang terserang antraks, kata Rosmini, biasanya ditandai dengan panas badan tinggi dan muntah-muntah. Lantas belakangan muncul benjolan pada kulit seperti bisul. "Lesi kulit itu akan mengeluarkan cairan dan kulitnya menghitam," papar Rosmini. Jika pasien sudah mengalami gejala demikian harus segera dibawa ke rumah sakit atau pusat kesehatan masyarakat untuk diberi antibiotik. Rosmini menganjurkan mencuci tangan sebelum makan dan memasak daging lebih lama dalam temperatur yang cukup.

Agar penyakit juga tidak terus menyebar, hewan yang mati lantaran antraks, bangkainya dianjurkan dibakar atau dikubur dengan liang yang diberi kapur. Lokasi kematiannya harus diberi disinfektan atau pembunuh kuman. Depkes akan lebih intensif mengawasi proses pemotongan hewan di rumah potong. Selain itu, Departemen Pertanian akan diminta mengatur lalu lintas perdagangan ternak potong untuk memotong mata rantai penyakit.(KEN)
    Video Terkini