Sukses

Manusia Flores Bukan Spesies Baru

Ahli arkeologi Teuku Jacob dan Soejono sepakat bahwa penemuan Homo floresiensis atau manusia Flores bukanlah spesies baru. Jacob berpendapat, manusia Flores adalah manusia modern yang berukuran mini.

Liputan6.com, Yogyakarta: Penemuan Homo floresiensis atau manusia Flores, Nusatenggara Timur, sempat membuat sensasi di dunia paleoantropologi, 13 bulan silam. Disebutkan pula bahwa penemuan manusia Flores ini dapat mengubah sejarah evolusi manusia. Namun, hal ini disanggah pakar arkeologi Teuku Jacob dan Soejono di Yogyakarta, Jumat (5/11).

Menurut keduanya, Homo floresiensis bukanlah temuan yang sama sekali baru. Tulang tengkorak yang serupa dengan manusia Flores itu pernah ditemukan pastur Belanda bernama Verhoven dan dibawa ke negerinya. Temuan ini kemudian dikategorikan dalam jenis pigmy atau Paleo negrito. "Itu [manusia Flores] Homo sapiens [manusia modern berbadan tegak] juga, hanya ukuran tubuhnya lebih kecil dari Homo sapiens," kata Jacob. Mantan dosen Universitas Gadjah Mada itu juga berencana mengungkap misteri manusia Flores lebih lanjut untuk memastikan teorinya.

Sekadar informasi, tulang Homo floresiensis ditemukan di Gua Bua di NTT ini dianggap sebagai spesies baru yang berbeda dengan jenis homo atau mahluk berjalan tegak lainnya. Temuan ini cukup mendapat perhatian para pakar arkeologi maupun paleoantropologi karena memiliki ciri ciri yang unik. Di samping ukurannya tubuhnya hanya sekitar 106 centimeter, jenis ini sudah memiliki ciri-ciri sebagai manusia modern. Namun, yang mengherankan, Homo floresiensis hanya memilik volume otak 38 sentimeter kubik. Padahal, umumnya Homo sapiens memiliki volume otak sekitar 1.400 hingga 1.500 sentimeter kubik. Inilah salah satu alasan Homo floresiensis dianggap sebagai homo jenis baru [baca: Penemuan Spesies Manusia Purba di Flores].(OZI/Wiwik Susilo dan Feri Aditri)