Liputan6.com, Jakarta: Selain mudik, membagi-bagikan uang pecahan kepada sanak famili di kampung halaman juga masih menjadi bagian dalam merayakan Lebaran. Tak mengherankan, bila jauh-jauh hari masyarakat sudah mengantre di sejumlah loket bank-bank untuk menukarkan uang recehan. Sebagian lagi menyerbu tempat-tempat penukaran uang receh yang mendadak tumbuh ramai di berbagai tempat. Ada pula perusahaan yang menyediakan mobil kas keliling. Demikian pemantauan SCTV di berbagai tempat penukaran uang di Jakarta, baru-baru ini.
Proses penukaran uang receh Rp 1.000 hingga Rp 5.000 dilayani dengan menggunakan mobil kas keliling oleh perusahaan jasa penukaran. Kendaraan ini biasanya mangkal di lokasi-lokasi umum, seperti terminal bus dan pasar. Kawasan Blok M, Jakarta Selatan, dan Terminal Bus Pulogadung, Jakarta Timur, merupakan sebagian tempat yang dikunjungi para perusahaan jasa penukaran. Di sana, mereka biasanya bekerja selama dua jam, sejak Senin sampai Jumat [baca: Jasa Penukaran Uang Diserbu Masyarakat].
Berbagai pengalaman bisa ditemukan oleh para kasir penukaran uang. Sutrisno, misalnya. Kasir penukaran uang sebuah perusahaan ini mengatakan, dirinya terkadang menemukan uang palsu yang ditukarkan warga. Namun, ia tetap menerima uang palsu tersebut. Sebab, selain untuk memenuhi tradisi masyarakat membagi-bagikan uang pecahan, program ini juga sebagai upaya Bank Indonesia mengurangi peredaran uang palsu. "Jadi saya tarik, nggak boleh dikasih lagi sama yang bersangkutan. Takut diedarkan lagi," kata Sutrisno.
Tahun ini, jumlah warga yang menukarkan uang pecahan meningkat. Menurut Deden, kasir lainnya, volume warga yang menukarkan uang meningkat hingga 100 persen. Pada hari biasa, umumnya hanya mencapai Rp 200 juta. Sementara menjelang Lebaran dapat mencapai Rp 400 juta setiap harinya.
Untuk memenuhi tradisi ini, sebagian warga Ibu Kota harus rela mengantre. Uang itu selanjutnya akan dibagikan kepada kerabat mereka saat Hari Raya Idul Fitri nanti. Wahyono, contohnya. Pedagang ini mengantre untuk menukar uang pecahan Rp 1.000. Hal serupa dilakukan Nunung, ibu rumah tangga. Ia mengaku terbiasa membagi-bagikan uang pecahan ke anak-anak saudaranya saat Lebaran. Begitu juga yang diutarakan ibu-ibu lainnya, seperti Sahri Tanjung.
Selain perusahaan jasa penukaran yang besar, ada pula jasa penukaran uang kaki lima. Mereka biasanya mangkal di stasiun kereta api atau terminal bus antarkota. Tengok saja Stasiun Kota, Jakarta Pusat. Selain dipadati calon penumpang, kawasan stasiun juga diramaikan puluhan ibu-ibu yang menawarkan jasa penukaran uang receh. Selain kepada calon penumpang, mereka juga menjajakan uang pecahan kecil kepada para pengendara mobil atau pejalan kaki di sepanjang kawasan stasiun. Mereka mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual dan beli kepada konsumen.
Para pedagang ini mendapatkan uang pecahan kecil dari perusahaan jasa penukaran uang atau kas keliling. Biasanya, mereka membeli uang pecahan kecil secara rombongan kemudian menjualnya kepada konsumen dengan selisih Rp 3.000 hingga Rp 5.000. Misalnya, untuk penukaran uang Rp 100 ribu, mereka menjualnya dengan harga Rp 105 ribu.
Rosita, seorang pedagang uang pecahan mengakui, menjelang Lebaran transaksi penukaran uang bertambah. Namun tahun ini, keuntungan yang diperoleh menurun jika dibandingkan Lebaran silam. Menurut dia, hal itu karena semakin banyaknya kas keliling yang disediakan oleh BI yang bekerja sama dengan perusahaan jasa penukar uang. Itu mendorong masyarakat untuk menukarkan uangnya melalui mobil kas keliling karena tidak ada biaya tambahan.
Memang, menyalurkan dan menyerap uang di masyarakat adalah tugas dan kewajiban BI. Namun, karena wilayah Indonesia yang begitu luas dan terdiri atas kepulauan maka BI membutuhkan perusahaan jasa penukaran uang sebagai kepanjangan tangan untuk keperluan tersebut.
Adanya perusahaan jasa penukaran uang menyebabkan BI tidak memerlukan biaya yang besar untuk mendistribusikan uang ke masyarakat. Pada hari biasa, melalui kas keliling, perusahaan jasa ini mendapatkan jatah dari BI sebesar Rp 16 miliar setiap bulannya. Mereka menerima pendapatan sebesar satu persen dari jumlah uang yang dapat diedarkan.
Menjelang Lebaran, jatah uang yang didistribusikan naik menjadi Rp 23 miliar. Tentu ini menambah keuntungan bagi perusahaan jasa penukaran. Apabila berhasil, mereka dapat mengantongi keuntungan Rp 230 juta per bulan. Jasa penukaran ini menyediakan uang pecahan Rp 100 hingga Rp 20 ribu. Di Jakarta, terdapat sekitar 90 lokasi kas keliling. Di setiap lokasi, setiap kendaraan kas keliling akan tinggal selama dua jam per hari.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)
Proses penukaran uang receh Rp 1.000 hingga Rp 5.000 dilayani dengan menggunakan mobil kas keliling oleh perusahaan jasa penukaran. Kendaraan ini biasanya mangkal di lokasi-lokasi umum, seperti terminal bus dan pasar. Kawasan Blok M, Jakarta Selatan, dan Terminal Bus Pulogadung, Jakarta Timur, merupakan sebagian tempat yang dikunjungi para perusahaan jasa penukaran. Di sana, mereka biasanya bekerja selama dua jam, sejak Senin sampai Jumat [baca: Jasa Penukaran Uang Diserbu Masyarakat].
Berbagai pengalaman bisa ditemukan oleh para kasir penukaran uang. Sutrisno, misalnya. Kasir penukaran uang sebuah perusahaan ini mengatakan, dirinya terkadang menemukan uang palsu yang ditukarkan warga. Namun, ia tetap menerima uang palsu tersebut. Sebab, selain untuk memenuhi tradisi masyarakat membagi-bagikan uang pecahan, program ini juga sebagai upaya Bank Indonesia mengurangi peredaran uang palsu. "Jadi saya tarik, nggak boleh dikasih lagi sama yang bersangkutan. Takut diedarkan lagi," kata Sutrisno.
Tahun ini, jumlah warga yang menukarkan uang pecahan meningkat. Menurut Deden, kasir lainnya, volume warga yang menukarkan uang meningkat hingga 100 persen. Pada hari biasa, umumnya hanya mencapai Rp 200 juta. Sementara menjelang Lebaran dapat mencapai Rp 400 juta setiap harinya.
Untuk memenuhi tradisi ini, sebagian warga Ibu Kota harus rela mengantre. Uang itu selanjutnya akan dibagikan kepada kerabat mereka saat Hari Raya Idul Fitri nanti. Wahyono, contohnya. Pedagang ini mengantre untuk menukar uang pecahan Rp 1.000. Hal serupa dilakukan Nunung, ibu rumah tangga. Ia mengaku terbiasa membagi-bagikan uang pecahan ke anak-anak saudaranya saat Lebaran. Begitu juga yang diutarakan ibu-ibu lainnya, seperti Sahri Tanjung.
Selain perusahaan jasa penukaran yang besar, ada pula jasa penukaran uang kaki lima. Mereka biasanya mangkal di stasiun kereta api atau terminal bus antarkota. Tengok saja Stasiun Kota, Jakarta Pusat. Selain dipadati calon penumpang, kawasan stasiun juga diramaikan puluhan ibu-ibu yang menawarkan jasa penukaran uang receh. Selain kepada calon penumpang, mereka juga menjajakan uang pecahan kecil kepada para pengendara mobil atau pejalan kaki di sepanjang kawasan stasiun. Mereka mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual dan beli kepada konsumen.
Para pedagang ini mendapatkan uang pecahan kecil dari perusahaan jasa penukaran uang atau kas keliling. Biasanya, mereka membeli uang pecahan kecil secara rombongan kemudian menjualnya kepada konsumen dengan selisih Rp 3.000 hingga Rp 5.000. Misalnya, untuk penukaran uang Rp 100 ribu, mereka menjualnya dengan harga Rp 105 ribu.
Rosita, seorang pedagang uang pecahan mengakui, menjelang Lebaran transaksi penukaran uang bertambah. Namun tahun ini, keuntungan yang diperoleh menurun jika dibandingkan Lebaran silam. Menurut dia, hal itu karena semakin banyaknya kas keliling yang disediakan oleh BI yang bekerja sama dengan perusahaan jasa penukar uang. Itu mendorong masyarakat untuk menukarkan uangnya melalui mobil kas keliling karena tidak ada biaya tambahan.
Memang, menyalurkan dan menyerap uang di masyarakat adalah tugas dan kewajiban BI. Namun, karena wilayah Indonesia yang begitu luas dan terdiri atas kepulauan maka BI membutuhkan perusahaan jasa penukaran uang sebagai kepanjangan tangan untuk keperluan tersebut.
Adanya perusahaan jasa penukaran uang menyebabkan BI tidak memerlukan biaya yang besar untuk mendistribusikan uang ke masyarakat. Pada hari biasa, melalui kas keliling, perusahaan jasa ini mendapatkan jatah dari BI sebesar Rp 16 miliar setiap bulannya. Mereka menerima pendapatan sebesar satu persen dari jumlah uang yang dapat diedarkan.
Menjelang Lebaran, jatah uang yang didistribusikan naik menjadi Rp 23 miliar. Tentu ini menambah keuntungan bagi perusahaan jasa penukaran. Apabila berhasil, mereka dapat mengantongi keuntungan Rp 230 juta per bulan. Jasa penukaran ini menyediakan uang pecahan Rp 100 hingga Rp 20 ribu. Di Jakarta, terdapat sekitar 90 lokasi kas keliling. Di setiap lokasi, setiap kendaraan kas keliling akan tinggal selama dua jam per hari.(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)