Liputan6.com, Jakarta: Penyesalan memang selalu datang terlambat. Perasaan itu juga yang diakui Fitri Handayani yang diculik di Batam untuk dijadikan pelacur di Selangor, Malaysia. "Mamaah..., maafin Yani salah sama Mamah. Yani udah jadi manusia ngga berharga," ratap Yani di ujung telepon saat bertelewicara dengan kedua orang tuanya, Mukhtar Nasir dan Sariati, dalam Liputan 6 Petang, Senin (13/12) [baca: Diculik, Siswi Madrasah Dijadikan Pelacur di Malaysia ].
Yani memang telah 21 hari disekap di Malaysia. Dia mengaku ditawan di sebuah rumah milik tauke bernama Ayap dan Simon di kawasan Tanjung Karang, Batu Tujuh, Selangor, Malaysia. Selama itu pula dia dipukuli jika enggan melayani pria yang menidurinya. Bahkan, dia juga harus menyembunyikan rasa demam dan maagnya yang kambuh. Uang dari pria yang menidurinya, entah diambil siapa.
Siswi kelas tiga Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, Jakarta Timur, ini menyesali perbuatannya. Yani juga sadar tak mengindahkan larangan kedua orang tuanya saat memutuskan untuk berlibur ke rumah kakaknya di Batam. Padahal, saat itu, di sekolahnya sedang ada ujian.
Menurut Sariati, ibu Yani, putrinya meninggalkan rumah sebelum Ramadan. Yani berkeras tak mau sekolah walaupun sudah dihalangi. Dia akhirnya ke Batam dan meninggalkan orang tua dan empat adiknya yang tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jalan MTs Hudal Islam I, RT 02 RW 07 Nomor 27, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Gede, Jaktim.
September silam, Sariati mendapat berita mengejutkan. Dia mendengar kabar dari kakak Yani di Batam bahwa Yani telah bekerja di Malaysia. Sariati sempat memarahi putranya. Apalagi, anak lelakinya tak tahu perusahaan yang membawa Yani ke Negeri Jiran. "Kakaknya di Batam ngga tau, hanya bekerja di pabrik kantong plastik," kata Sariati.
Belakangan diketahui, Yani bukan dibawa bekerja di perusahaan kantong plastik. Dia diculik seorang wanita yang mengaku bahwa ibunya di Jakarta sedang sakit keras. Namun, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak diketahui keberadaannya. Yani hanya mengaku, untuk ke rumah itu diperlukan perjalanan menggunakan perahu. Bahkan, di rumah itulah, Yani mengalami pelecehan seksual oleh putra si wanita yang menculiknya.
Penderitaan Yani masih berlanjut. Dia kemudian dibuatkan dokumen untuk bisa masuk ke Malaysia. Di rumah tauke Ayap di Selangor itulah dia dijual untuk melayani nafsu birahi lelaki yang tak dikenalnya. "Yani dijadikan lonte di sana," kata Yani, menangis sejadi-jadinya.
Penderitaan sempat berhenti sejenak ketika rumah tauke Ayap dirazia polisi Diraja Malaysia. Yani ditangkap polisi karena masa berlaku paspornya habis. Kepada polisi Malaysia, Yani pernah mengadukan penderitaannya. Si polisi berjanji untuk membantu Yani. Janji tinggal janji. Selama hampir sebulan, Yani ditahan polisi di Kajang dan Kamp Penampungan Semenyi, Selangor, janji itu tak kunjung terwujud. Yani kemudian diambil seorang pria bernama Edi.
Oleh Edi, Yani bersama dua wanita lainnya diberangkatkan ke Padang, Sumatra Barat, untuk memperbarui paspornya. Namun, Yani tak mau kembali ke Negeri Jiran, apalagi untuk dijadikan pelacur lagi. Akhirnya, dengan mengaku akan membeli obat untuk penyakit demam, Yani kabur dan bergegas ke Markas Kepolisian Padang Utara.
Kini, Yani diamankan di kantor polisi bersama dua rekannya, Yeni dan Irma. Bahkan, seorang perempuan bernama Yola dan sejumlah orang yang diduga menjualnya, telah ditangkap polisi. Namun, mereka tak mengaku sebagai sindikat penjual wanita. "Mereka ngga mau ngakuin ngejual Yani," kata Yani, masih dengan suara terisak.
Rencananya, Yani dijemput Sariati ke Padang, besok. Sementara bapaknya tak ikut karena harus menjaga keempat adik Yani yang masih kecil. Yani juga berniat masuk pesantren untuk menebus rasa bersalahnya, meski keraguan masih bersemayam di benaknya. "Bapak mau nerima Yani, kalau tau Yani kaya gini?" ujar Yani lirih.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)
Yani memang telah 21 hari disekap di Malaysia. Dia mengaku ditawan di sebuah rumah milik tauke bernama Ayap dan Simon di kawasan Tanjung Karang, Batu Tujuh, Selangor, Malaysia. Selama itu pula dia dipukuli jika enggan melayani pria yang menidurinya. Bahkan, dia juga harus menyembunyikan rasa demam dan maagnya yang kambuh. Uang dari pria yang menidurinya, entah diambil siapa.
Siswi kelas tiga Madrasah Tsanawiyah Nurul Huda, Jakarta Timur, ini menyesali perbuatannya. Yani juga sadar tak mengindahkan larangan kedua orang tuanya saat memutuskan untuk berlibur ke rumah kakaknya di Batam. Padahal, saat itu, di sekolahnya sedang ada ujian.
Menurut Sariati, ibu Yani, putrinya meninggalkan rumah sebelum Ramadan. Yani berkeras tak mau sekolah walaupun sudah dihalangi. Dia akhirnya ke Batam dan meninggalkan orang tua dan empat adiknya yang tinggal di sebuah rumah kontrakan di Jalan MTs Hudal Islam I, RT 02 RW 07 Nomor 27, Kelurahan Jatirahayu, Kecamatan Pondok Gede, Jaktim.
September silam, Sariati mendapat berita mengejutkan. Dia mendengar kabar dari kakak Yani di Batam bahwa Yani telah bekerja di Malaysia. Sariati sempat memarahi putranya. Apalagi, anak lelakinya tak tahu perusahaan yang membawa Yani ke Negeri Jiran. "Kakaknya di Batam ngga tau, hanya bekerja di pabrik kantong plastik," kata Sariati.
Belakangan diketahui, Yani bukan dibawa bekerja di perusahaan kantong plastik. Dia diculik seorang wanita yang mengaku bahwa ibunya di Jakarta sedang sakit keras. Namun, dia dibawa ke sebuah tempat yang tak diketahui keberadaannya. Yani hanya mengaku, untuk ke rumah itu diperlukan perjalanan menggunakan perahu. Bahkan, di rumah itulah, Yani mengalami pelecehan seksual oleh putra si wanita yang menculiknya.
Penderitaan Yani masih berlanjut. Dia kemudian dibuatkan dokumen untuk bisa masuk ke Malaysia. Di rumah tauke Ayap di Selangor itulah dia dijual untuk melayani nafsu birahi lelaki yang tak dikenalnya. "Yani dijadikan lonte di sana," kata Yani, menangis sejadi-jadinya.
Penderitaan sempat berhenti sejenak ketika rumah tauke Ayap dirazia polisi Diraja Malaysia. Yani ditangkap polisi karena masa berlaku paspornya habis. Kepada polisi Malaysia, Yani pernah mengadukan penderitaannya. Si polisi berjanji untuk membantu Yani. Janji tinggal janji. Selama hampir sebulan, Yani ditahan polisi di Kajang dan Kamp Penampungan Semenyi, Selangor, janji itu tak kunjung terwujud. Yani kemudian diambil seorang pria bernama Edi.
Oleh Edi, Yani bersama dua wanita lainnya diberangkatkan ke Padang, Sumatra Barat, untuk memperbarui paspornya. Namun, Yani tak mau kembali ke Negeri Jiran, apalagi untuk dijadikan pelacur lagi. Akhirnya, dengan mengaku akan membeli obat untuk penyakit demam, Yani kabur dan bergegas ke Markas Kepolisian Padang Utara.
Kini, Yani diamankan di kantor polisi bersama dua rekannya, Yeni dan Irma. Bahkan, seorang perempuan bernama Yola dan sejumlah orang yang diduga menjualnya, telah ditangkap polisi. Namun, mereka tak mengaku sebagai sindikat penjual wanita. "Mereka ngga mau ngakuin ngejual Yani," kata Yani, masih dengan suara terisak.
Rencananya, Yani dijemput Sariati ke Padang, besok. Sementara bapaknya tak ikut karena harus menjaga keempat adik Yani yang masih kecil. Yani juga berniat masuk pesantren untuk menebus rasa bersalahnya, meski keraguan masih bersemayam di benaknya. "Bapak mau nerima Yani, kalau tau Yani kaya gini?" ujar Yani lirih.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)