Liputan6.com, Jakarta: Dalam sepekan, pemerintah dapat memenuhi kebutuhan minimal masyarakat Aceh pascagempa dan Tsunami. Pelaksanaannya dilakukan tim yang dipimpin langsung Wakil Presiden Jusuf Kalla. Demikian disampaikan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Alwi Shihab usai mengikuti rapat terbatas penanggulangan bencana di Jakarta, Rabu(29/12).
Menurut Alwi, tugas utama tim ini mendistribusikan bantuan dan pemulihan prasarana. Bantuan itu, meliputi makanan, pakaian, obat-obatan, layanan medis, prasarana listrik, telekomunikasi, dan lahan relokasi. Tim ini juga bertugas mengkoordinasikan bantuan dari masyarakat. Mengenai keberadaan tenaga medis dan wartawan asing di Aceh, pemerintah mengizinkan mereka tinggal selama satu pekan dan diperpanjang sesuai kebutuhan [baca: Aceh Kekurangan Tenaga Relawan].
Tsunami membuat banyak warga Aceh kehilangan sanak saudara. Di Lhokseumawe, warga yang kehilangan anggota keluarga masih terus mencari. Setiap jenazah yang baru ditemukan diperiksa. Pihak Rumah Sakit Umum Cut Meutia sendiri kesulitan mengindentifikasi korban karena mayat yang ada sudah membusuk.
Salah seorang warga Aceh Selatan menceritakan pengalamannya yang membuat ia terpisah dari keluarganya. Saat Tsunami setinggi tiang listrik datang, masing-masing berusaha menyelamatkan diri. Dosen pertanian di sebuah perguruan tinggi di Aceh ini selamat karena tersangkut pohon bambu. Kini, dia harus mencari istri dan anaknya yang entah berada di mana.
Tsunami juga membunuh semua anggota keluarga Edi Surya. Nasib serupa dialami Brigadir Polisi Satu Ujang. Ia ditemukan tewas seperti disampaikan seorang rekannya kepada SCTV. Sejauh ini, data korban jiwa akibat Tsunami di Aceh masih simpang siur. Data yang dikeluarkan beberapa lembaga pemerintah berbeda-beda. Data terakhir Departemen Kesehatan, sedikitnya 27 ribu orang meninggal dunia dalam kejadian tersebut. Data ini belum mencakup daerah Meulaboh.
Data dari Departemen Sosial menyebutkan, korban meninggal berjumlah sekitar 12 ribu. Selain Meulaboh, Depsos belum mencantumkan data dari Kabupaten Aceh Jaya. Diperkirakan, korban di Aceh Jaya sekitar 15 ribu jiwa, sedangkan di Meulaboh mencapai 10.000 jiwa. Perbedaan jumlah korban ini disebabkan komunikasi dengan daerah bencana sulit dilakukan akibat jaringan komunikasi terputus.(DNP/Tim Liputan 6 SCTV)
Menurut Alwi, tugas utama tim ini mendistribusikan bantuan dan pemulihan prasarana. Bantuan itu, meliputi makanan, pakaian, obat-obatan, layanan medis, prasarana listrik, telekomunikasi, dan lahan relokasi. Tim ini juga bertugas mengkoordinasikan bantuan dari masyarakat. Mengenai keberadaan tenaga medis dan wartawan asing di Aceh, pemerintah mengizinkan mereka tinggal selama satu pekan dan diperpanjang sesuai kebutuhan [baca: Aceh Kekurangan Tenaga Relawan].
Tsunami membuat banyak warga Aceh kehilangan sanak saudara. Di Lhokseumawe, warga yang kehilangan anggota keluarga masih terus mencari. Setiap jenazah yang baru ditemukan diperiksa. Pihak Rumah Sakit Umum Cut Meutia sendiri kesulitan mengindentifikasi korban karena mayat yang ada sudah membusuk.
Salah seorang warga Aceh Selatan menceritakan pengalamannya yang membuat ia terpisah dari keluarganya. Saat Tsunami setinggi tiang listrik datang, masing-masing berusaha menyelamatkan diri. Dosen pertanian di sebuah perguruan tinggi di Aceh ini selamat karena tersangkut pohon bambu. Kini, dia harus mencari istri dan anaknya yang entah berada di mana.
Tsunami juga membunuh semua anggota keluarga Edi Surya. Nasib serupa dialami Brigadir Polisi Satu Ujang. Ia ditemukan tewas seperti disampaikan seorang rekannya kepada SCTV. Sejauh ini, data korban jiwa akibat Tsunami di Aceh masih simpang siur. Data yang dikeluarkan beberapa lembaga pemerintah berbeda-beda. Data terakhir Departemen Kesehatan, sedikitnya 27 ribu orang meninggal dunia dalam kejadian tersebut. Data ini belum mencakup daerah Meulaboh.
Data dari Departemen Sosial menyebutkan, korban meninggal berjumlah sekitar 12 ribu. Selain Meulaboh, Depsos belum mencantumkan data dari Kabupaten Aceh Jaya. Diperkirakan, korban di Aceh Jaya sekitar 15 ribu jiwa, sedangkan di Meulaboh mencapai 10.000 jiwa. Perbedaan jumlah korban ini disebabkan komunikasi dengan daerah bencana sulit dilakukan akibat jaringan komunikasi terputus.(DNP/Tim Liputan 6 SCTV)