Sukses

Seluruh Penghuni Asrama Brimob Lingkay Diduga Tewas

Asrama di Lingkay, Banda Aceh, NAD, yang dihuni 200 keluarga Brimob kini rata dengan tanah. Pengungsi harus bertahan dengan kondisi sangat mengenaskan, mereka tidur beralas lantai berselimut dedaunan.

Liputan6.com, Banda Aceh: Gempa dahsyat disusul gelombang pasang Tsunami di Nanggroe Aceh Darussalam meluluhlantakkan seluruh bangunan di wilayah tersebut. Satu di antaranya adalah Asrama Brigadir Mobil (Brimob) di Lingkay, Banda Aceh. Asrama yang dihuni 200 keluarga Brimob itu kini rata dengan tanah. Hingga Kamis (30/12), nasib para penghuni asrama belum diketahui. Pencarian masih terus dilakukan.

Kesibukan dan kecemasan atas nasib keluarga sanak famili juga terlihat dari wajah warga yang kini mengungsi di beberapa lokasi. Mereka bertahan dengan kondisi sangat mengenaskan. Mereka tidur beralaskan lantai dan berselimut dedaunan. Mereka pun memerlukan alat komunikasi untuk mencari informasi sanak famili yang belum ditemukan atau buat memberi kabar kepada kerabat di luar Aceh.

Ferry Efendi, satu di antaranya. Koresponden SCTV yang biasa meliput berbagai peristiwa termasuk korban bencana, kini merasakan sendiri kegetiran menjadi pengungsi. Padahal beberapa jam setelah gempa berkekuatan hampir 8,9 pada skala Richter melanda Banda Aceh, bapak empat anak ini masih sempat meliput peristiwa tersebut.

Ferry sangat terpukul saat pulang mendapatkan rumahnya sudah hancur diterpa Tsunami. Ferry langsung mencari istri dan empat anaknya. Setelah mencari ke seluruh areal rumah, Ferry hanya mendapatkan seorang anak laki-lakinya yang menyelamatkan diri dengan naik ke pohon. Hingga kini Ferry masih mencari istri dan tiga anaknya.

Derita Aceh telah membangkitkan kesetiakawanan sosial yang luar biasa. Hampir seluruh lapisan masyarakat tanpa membedakan agama, suku, ras, serta asal-usul terpanggil untuk berbuat yang terbaik sesuai dengan kemampuan masing-masing. Setiap detik, bantuan kemanusiaan terus mengalir. Bantuan tenaga sukarelawan pun terus berdatangan. Mereka meminta diberangkatkan ke Aceh untuk membantu meringankan penderitaan warga Serambi Mekah.

Bantuan tenaga memang sangat dibutuhkan. Hingga saat ini, kondisi Banda Aceh dan beberapa kota lainnya masih porak-poranda. Di sana-sini, mayat bergelimpangan. Tak hanya di jalanan, jasad yang sudah membusuk pun masih belum terangkat dari reruntuhan bangunan atau pepohonan. Sampai kini upaya pembersihan terus dilakukan [baca: Butuh Rp 10 Triliun untuk Membangun Kembali Aceh].(DEN/Tim Liputan 6 SCTV)