Sukses

Meulaboh Masih Terisolasi

Diperkirakan 80 persen infrastruktur di Kota Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam, hancur disapu Tsunami. Kesulitan transportasi menyebabkan rehabilitasi dan pembangunan kota terlambat.

Liputan6.com, Meulaboh: Lima hari atau tepatnya Kamis (30/12), setelah gelombang Tsunami menyapu Kota Meulaboh, Nanggroe Aceh Darussalam, situasi kota yang paling dekat dengan pusat gempa ini belum banyak berubah. Diperkirakan sekitar 80 persen infrastruktur di kota itu hancur. Kesulitan transportasi menyebabkan pembangunan kembali Meulaboh untuk sementara sulit dilakukan.

Dari pantauan udara, hampir seluruh desa yang terletak di pesisir kota ini rata dengan tanah. Sementara warga yang selamat dari bencana saat ini mengungsi di sejumlah pengungsian. Kebanyakan dari mereka mencoba mencari tahu keberadaan keluarganya yang hilang. Sebagian lain terbaring lemah karena luka-luka yang baru mendapat perawatan seadanya. Buruknya sanitasi dan kelaparan mengancam warga Meulaboh di pengungsian.

Julian Moro, warga Kota Padang, Meulaboh, yang selamat dari amukan Tsunami menuturkan kepada SCTV, gelombang pertama tidak terlalu dahsyat dan warga masih bisa berlari menyelamatkan diri. Baru, gelombang kedua warga benar-benar tidak berdaya dan banyak yang terseret arus Tsunami.

Menurut Julian, sesaat setelah gempa, warga terbagi dua ada yang ke kota melihat reruntuhan bangunan dan ada juga yang lari ke pantai. Warga yang lari ke pantai inilah umumnya menjadi korban Tsunami.

Warga lari ke pantai karena mereka tertarik dengan fenomena alam yang mereka tidak pernah saksikan sebelumnya. Sesaat setelah gempa, air laut tiba-tiba surut sejauh dua kilometer lebih. Saat itulah warga banyak yang tertarik dengan pantai dan banyak ikan yang terdampar. Namun, belakangan ketertarikan itu malah menjadi bencana. Gelobang Tsunami akhirnya menyapu warga yang tengah berada di pantai.(YYT/Tim Liputan 6 SCTV)