Liputan6.com, Banda Aceh: Puing-puing bekas bangunan dan sampah di Kota Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, mulai dibersihkan menggunakan alat-alat berat yang terbatas. Pembersihan reruntuhan bangunan dan timbunan lumpur dilakukan di sejumlah tempat di pusat kota oleh personel TNI, aparat pemerintah, masyarakat, dan para relawan. Sepanjang Ahad (2/1), beberapa tempat seperti pusat pertokoan, kompleks kantor gubernur, dan sekitar Hotel Medan sudah bisa dilewati meski jalan-jalan dipadati tanah lumpur yang mengering.
Namun, pembersihan belum optimal karena selain jumlah alat berat, seperti eksavator dan buldoser terbatas, relawan juga kurang. Akibatnya, sampah-sampah dengan bau menyengat masih menumpuk di beberapa sudut kota dan di pinggir jalan dan tepi sungai. Sampah-sampah ini akan kembali menyebar melalui sungai jika diguyur hujan. Jika tak segera dibersihkan dikhawatirkan dapat membahayakan warga di pengungsian. Sebab masyarakat menjadikan sungai sebagai sumber air untuk kebutuhan sehari-hari. Secara fisik, kondisi ribuan pengungsi sudah sangat lemah sehingga mudah terserang berbagai penyakit, seperti kolera, diare, dan penyakit lain.
Tim evakuasi juga menemukan ratusan mayat di Pelabuhan Ikan Banda Aceh, siang kemarin. Umumnya mayat yang mengambang di atas air ini sulit dikenali. Di sejumlah tempat lain, tim relawan menemukan belasan mayat. Jenazah ini kemudian dikumpulkan di suatu tempat untuk kemudian dikuburkan.
Korban selamat di beberapa daerah bencana juga terancam kelaparan karena pengiriman bantuan masih belum merata. Selain terbatasnya sarana transportasi, penyebaran bantuan terhambat karena lemahnya koordinasi. Warga dari beberapa pulau di pesisir Barat Aceh ada yang mengaku belum menerima bantuan. Warga di Pulau Nasi, Aceh Besar, juga dikhawatirkan bakal mengalami rawan pangan.
Sementara Kabupaten Aceh Jaya, NAD, baru menerima bantuan makanan yang dikirim menggunakan kapal laut lewat pesisir Barat, kemarin. Sedangkan, sebagian warga dari daerah lain datang langsung ke Banda Aceh untuk memperoleh makanan, meski harus menempuh perjalanan melalui laut selama satu hari. Beberapa warga mengaku membutuhkan bantuan makanan, obat-obatan, serta juga pakaian. Di beberapa pengungsian, sejumlah warga bersama anak-anak berharap segera bisa menerima bantuan.
Mulai kemarin, sejumlah bank di Banda Aceh sudah memulai kegiatan dengan mengaktifkan mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Bahkan, Bank Central Asia (BCA) yang sudah mulai diperbaiki menargetkan beroperasi penuh, Rabu mendatang. Sementara bank pemerintah, seperti Bank Mandiri, baru mengoperasikan mesin ATM. Transaksi di kantor cabang Bank Mandiri diperkirakan baru dapat dimulai hari ini.
Meski sejumlah ATM sudah berfungsi, tak ada antrean nasabah. Kebanyakan warga Banda Aceh kehilangan kartu ATM. Selain itu, di Banda Aceh uang belum banyak berarti karena belum ada transaksi jual beli, termasuk di pasar tradisional yang masih rusak.
Bank yang sama sekali belum diperbaiki, di antaranya Bank Danamon. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan jaringan listrik dan telekomunikasi. PT Telkom masih memperbaiki jaringan dengan salah satu prioritas untuk perbankan, kantor pemerintah, dan pelayanan umum. Hingga kini, sekitar 80 persen jaringan telekomunikasi di Banda Aceh mulai normal.
Untuk memperbaiki, Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengirim berbagai alat berat, seperti mobil pekerjaan bertegangan listrik melalui jalan darat melalui Medan, Sumatra Utara. Diberangkatkan pula 200 sukarelawan bidang teknisi dan karyawan operasional PLN serta tim dokter untuk membantu korban. Mereka diberangkatkan dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, menggunakan pesawat carteran.
Jaringan listrik yang sudah aktif kembali tercatat 17.000 pelanggan dari total 180 ribu pelanggan. Direktur Utama PLN Eddie Widiono di Jakarta mengatakan, jaringan listrik diperkirakan baru bisa normal dalam sebulan. Sementara penerangan di wilayah pesisir Barat lainnya masih dibantu genset. Di Meulaboh, tenaga listrik menggunakan dua unit genset kecil.(ZAQ/Tim Liputan 6 SCTV)
Namun, pembersihan belum optimal karena selain jumlah alat berat, seperti eksavator dan buldoser terbatas, relawan juga kurang. Akibatnya, sampah-sampah dengan bau menyengat masih menumpuk di beberapa sudut kota dan di pinggir jalan dan tepi sungai. Sampah-sampah ini akan kembali menyebar melalui sungai jika diguyur hujan. Jika tak segera dibersihkan dikhawatirkan dapat membahayakan warga di pengungsian. Sebab masyarakat menjadikan sungai sebagai sumber air untuk kebutuhan sehari-hari. Secara fisik, kondisi ribuan pengungsi sudah sangat lemah sehingga mudah terserang berbagai penyakit, seperti kolera, diare, dan penyakit lain.
Tim evakuasi juga menemukan ratusan mayat di Pelabuhan Ikan Banda Aceh, siang kemarin. Umumnya mayat yang mengambang di atas air ini sulit dikenali. Di sejumlah tempat lain, tim relawan menemukan belasan mayat. Jenazah ini kemudian dikumpulkan di suatu tempat untuk kemudian dikuburkan.
Korban selamat di beberapa daerah bencana juga terancam kelaparan karena pengiriman bantuan masih belum merata. Selain terbatasnya sarana transportasi, penyebaran bantuan terhambat karena lemahnya koordinasi. Warga dari beberapa pulau di pesisir Barat Aceh ada yang mengaku belum menerima bantuan. Warga di Pulau Nasi, Aceh Besar, juga dikhawatirkan bakal mengalami rawan pangan.
Sementara Kabupaten Aceh Jaya, NAD, baru menerima bantuan makanan yang dikirim menggunakan kapal laut lewat pesisir Barat, kemarin. Sedangkan, sebagian warga dari daerah lain datang langsung ke Banda Aceh untuk memperoleh makanan, meski harus menempuh perjalanan melalui laut selama satu hari. Beberapa warga mengaku membutuhkan bantuan makanan, obat-obatan, serta juga pakaian. Di beberapa pengungsian, sejumlah warga bersama anak-anak berharap segera bisa menerima bantuan.
Mulai kemarin, sejumlah bank di Banda Aceh sudah memulai kegiatan dengan mengaktifkan mesin anjungan tunai mandiri (ATM). Bahkan, Bank Central Asia (BCA) yang sudah mulai diperbaiki menargetkan beroperasi penuh, Rabu mendatang. Sementara bank pemerintah, seperti Bank Mandiri, baru mengoperasikan mesin ATM. Transaksi di kantor cabang Bank Mandiri diperkirakan baru dapat dimulai hari ini.
Meski sejumlah ATM sudah berfungsi, tak ada antrean nasabah. Kebanyakan warga Banda Aceh kehilangan kartu ATM. Selain itu, di Banda Aceh uang belum banyak berarti karena belum ada transaksi jual beli, termasuk di pasar tradisional yang masih rusak.
Bank yang sama sekali belum diperbaiki, di antaranya Bank Danamon. Kendala yang dihadapi adalah keterbatasan jaringan listrik dan telekomunikasi. PT Telkom masih memperbaiki jaringan dengan salah satu prioritas untuk perbankan, kantor pemerintah, dan pelayanan umum. Hingga kini, sekitar 80 persen jaringan telekomunikasi di Banda Aceh mulai normal.
Untuk memperbaiki, Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengirim berbagai alat berat, seperti mobil pekerjaan bertegangan listrik melalui jalan darat melalui Medan, Sumatra Utara. Diberangkatkan pula 200 sukarelawan bidang teknisi dan karyawan operasional PLN serta tim dokter untuk membantu korban. Mereka diberangkatkan dari Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, menggunakan pesawat carteran.
Jaringan listrik yang sudah aktif kembali tercatat 17.000 pelanggan dari total 180 ribu pelanggan. Direktur Utama PLN Eddie Widiono di Jakarta mengatakan, jaringan listrik diperkirakan baru bisa normal dalam sebulan. Sementara penerangan di wilayah pesisir Barat lainnya masih dibantu genset. Di Meulaboh, tenaga listrik menggunakan dua unit genset kecil.(ZAQ/Tim Liputan 6 SCTV)