Sukses

Frederick Burks: Saya Bukan Pengkhianat

Mantan penerjemah Deplu AS Frederick Lark Burks mengaku terpanggil mengungkapkan rahasia sebagai tanggung jawabnya kepada masyarakat. Burks mengatakan, ada semacam manipulasi dari negara Adi Kuasa.

Liputan6.com, Jakarta: Kasus terorisme dengan terdakwa Ustad Abu Bakar Ba`asyir memasuki babak baru. Bekas penerjemah Departemen Luar Negeri Amerika Serikat Frederick Lark Burks menyatakan, AS pernah meminta Presiden saat itu Megawati Sukarnoputri menyerahkan Ba`asyir. Kesaksian Burks dalam persidangan Ba`asyir itu menjadi kontroversial karena yang diungkapkan adalah informasi rahasia. Berikut wawancara reporter SCTV Rosianna Silalahi bersama Burks di Jakarta, Jumat (14/1).

Rosianna (R): Bagaimana Anda mempertanggungjawabkan etika yang dilanggar sebagai penerjemah?

Burks (B): Memang saya harus memikirkan matang-matang sebelum melakukan semua ini. Karena sebagai penerjemah ada juga etika bahwa apa yang dibicarakan tidak boleh diberitakan kepada orang lain. Tapi, harus dipertimbangkan juga kalau kita melihat sesuatu yang benar-benar merugikan masyarakat, maka saya harus terpanggil mengungkapkan (rahasia).

R: Jadi menurut Anda ini sangat rahasia tapi juga salah?

B: Iya. Begitu (pembicaraan) terjadi saya sudah jengkel di hati saya. Karena saya merasa bahwa ini sebenarnya penipuan terhadap masyarakat Indonesia.

R: Kalau Anda kesal sejak awal, ke mana saja kejengkelan Anda selama ini?

B: Sebelum itu, saya belum pernah melihat yang begitu menjengkelkan. Tapi baru sekali ini ada pemaksaan. Sepertinya ada semacam manipulasi dari negara Adi Kuasa. Saya bertanya, kenapa sampai (Ba`asyir) dipersalahkan dan minta diserahkan?.

R: Anda berinisiatif sendiri atau ada seseorang yang membuat Anda mengungkapkan hal ini?

B: Selama masih bekerja di Departemen Luar Negeri AS, secara etis saya tidak boleh menceritakannya. Saya harus memendam perasaan itu. Tapi bulan Oktober tahun lalu, ada kontrak baru yang mensyaratkan segala yang dibicarakan dan pernah dilihat tidak boleh diberitakan seumur hidup. Itu yang membuat saya tidak bisa menandatangani kontrak baru. Jadi, saya bilang kepada atasan saya, maaf saya tidak bisa menadatangani ini. Atasan saya pada mulanya ingin berkompromi dan mencari cara supaya saya tidak perlu menandatangani kontrak. Tapi, akhirnya orang paling atas (atasan yang bersangkutan) menyatakan bahwa setiap orang harus menandatangani atau tidak bisa dipekerjakan lagi.

R: Apakah kalau kontrak itu ditandatangani Anda juga akan membeberkan informasi rahasia?

B: Mungkin tidak. Karena kalau masih dalam status sebagai penerjemah, saya tidak akan membuka semua itu.

R: Jadi tidak semata karena bersimpati pada Ba`asyir?

B: Sama sekali bukan. Saya tidak tahu banyak tentang Ba`asyir. Jadi bukan karena dia.

R: Bagaimana dengan penilaian bahwa Anda penerjemah yang menjadi seorang pengkhianat?

B: Bagi saya ini bukan sebuah pengkhianatan. Persoalannya begini, selama saya sebagai penerjemah memang sebaiknya disimpan. Tapi begitu mundur saya tidak punya tanggung jawab lagi. Lagipula, saya tidak pernah bersumpah tidak akan membuka rahasia. Saya akan tetap merahasiakan kecuali memang terjadi sesuatu yang merugikan masyarakat, baik warga Indonesia atau masyarakat dari manapun. Saya rasa ini benar-benar penipuan besar, karena itu saya merasa bertanggung jawab. Kalau saya tidak membuka pembicaraan ini, artinya saya mengkhianati masyarakat Indonesia dan masyarakat seluruh dunia.

R: Pada pertemuan itu hadir juga Karen Brooks, seorang yang fasih berbicara Indonesia. Dia sekolah di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan bahkan bisa bahasa Jawa. Lantas, kenapa Anda masih dimasukkan juga dalam pertemuan itu?

B: Menurut saya, Brooks (Direktur Asia dari Dewan Keamanan Nasional AS) ingin mengetahui rapat ini karena penting sekali. Dan dia mungkin ingin memusatkan perhatian kepada apa yang terjadi dalam rapat itu. Kalau ada saya, dia tidak perlu memikirkan bahasa yang dipakai. Dia sendiri yang minta saya datang.

R: Anda tidak disumpah waktu itu?

B: Ya waktu itu tidak pernah disumpah.

R: Tidakkah itu sesuatu yang ceroboh menempatkan Anda yang tidak disumpah dalam pembicaraan sepenting ini?

B: Kalau itu saya tidak tahu persis.

R: Apakah Karen Brooks tahu bahwa Anda tidak disumpah?

B: Dia memang pernah bertanya, sudah ada secret guarantee atau tidak? Saya bilang wah tidak ada. Kemudian dia bilang, aduh sialan, jangan bilang-bilang ya nanti (tentang isi pertemuan). Saya jawab, ya nggak apa-apa, saya tidak akan bilang. Jadi kalau disebut pengkhianatan mungkin ada sedikit terhadap Brooks. Dan saya juga ingin berbicara langsung kepada dia untuk minta maaf dan menjelaskan mengapa saya membuka semua ini.

R: Di Indonesia ada sentimen anti-AS, tidakkah terpikir bahwa kesaksian Anda bisa juga memperlebar sentimen negatif ini?

B: Saya rasa tidak. Karena semua orang melihat saya orang Amerika. Saya mewakili Amerika. Buktinya saya datang ke sini karena peduli kepada masyarakat Indonesia. Dan bukan hanya saya saja. Banyak warga Amerika yang peduli terhadap masyarakat di seluruh dunia.

R: Apa pesan penting dari kesaksian seorang warga Amerika atas persidangan Ba`asyir ini?

B: Menurut saya yang paling penting di sini adalah siapapun yang mendengar hal yang merugikan masyarakat luas, lebih baik dibeberkan daripada disimpan. Karena akan menjadi sebuah pengkhianatan kalau disimpan saja. Kita harus transparan dan memikirkan tindak lanjut yang terbaik untuk seluruh umat manusia.(ZAQ)
    Video Terkini