Liputan6.com, Jakarta: Wakil Gubernur Nanggroe Aceh Darussalam Azwar Abubakar mengungkapkan, sebagian wilayah Kota Banda Aceh akan diubah menjadi kawasan mangrove atau hutan bakau. Kota Calang, Aceh Jaya, juga dipindah ke wilayah yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan kondisi kerusakan kedua kawasan terlalu parah akibat gelombang Tsunami. Rencana tersebut dijelaskan Azwar usai menghadiri Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana di Jakarta, Ahad (16/1).
Azwar menambahkan, wilayah yang rusak ditanami mangrove karena berguna untuk menahan laju ombak. Departemen Kehutanan sedang menyiapkan dana Rp 806 miliar untuk mewujudkan rencana itu. Pembangunan kawasan mangrove akan dimulai Maret 2005 atau setelah masa Tanggap Darurat berakhir. Dana rehabilitasi berasal dari sisa dana Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) Dephut pada 2003 dan 2004 [baca: Dephut Akan Membangun Kawasan Mangrove di Aceh ].
Menanggapi pengembalian hak kepemilikan atas tanah dan gedung, Azwar mengatakan pihaknya akan berusaha mengurusnya setelah pemerintahan daerah berfungsi normal. Dia mengaku bakal berkoordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional. Untuk informasi, gelombang Tsunami telah menghancurkan lebih dari 35 ribu rumah di Tanah Rencong.(KEN/Frans Ambudi dan Eko Purwanto)
Azwar menambahkan, wilayah yang rusak ditanami mangrove karena berguna untuk menahan laju ombak. Departemen Kehutanan sedang menyiapkan dana Rp 806 miliar untuk mewujudkan rencana itu. Pembangunan kawasan mangrove akan dimulai Maret 2005 atau setelah masa Tanggap Darurat berakhir. Dana rehabilitasi berasal dari sisa dana Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan (GN-RHL) Dephut pada 2003 dan 2004 [baca: Dephut Akan Membangun Kawasan Mangrove di Aceh ].
Menanggapi pengembalian hak kepemilikan atas tanah dan gedung, Azwar mengatakan pihaknya akan berusaha mengurusnya setelah pemerintahan daerah berfungsi normal. Dia mengaku bakal berkoordinasi dengan Badan Pertanahan Nasional. Untuk informasi, gelombang Tsunami telah menghancurkan lebih dari 35 ribu rumah di Tanah Rencong.(KEN/Frans Ambudi dan Eko Purwanto)