Liputan6.com, Makassar: Gempa bumi yang mengguncang Kota Palu, Sulawesi Tengah memang membahayakan. Namun, guncangan yang terjadi pada Senin (24/1) dini hari ini tak menimbulkan Tsunami seperti yang dikhawatirkan warga Palu. "Karena di darat, dia tidak menimbulkan Tsunami," kata Koordinator BMG Wilayah IV Makassar Irwan Slamet di Makassar, Sulawesi Selatan.
Irwan menambahkan, berdasarkan pantauan pihaknya, gempa di Palu berkekuatan 6,2 skala Richter. Pusat gempa berada antara 1,03 derajat Lintang Selatan dan 119,99 Bujur Barat. Gempa yang membuat panik warga Palu ini berada pada kedalaman kurang dari 60 kilometer. Berdasarkan catatan BMG Makassar, selama 1977 hingga 2005, gempa berkekuatan di atas 5 skala Richter sudah berlangsung sebanyak 12 kali. Jumlah ini belum termasuk gempa skala kecil.
Gempa yang terjadi saat sebagian penduduk Palu terlelap memang membuat warga panik. Bahkan, hingga sore tadi, suasana Kota Palu masih lengang. Pusat-pusat keramaian seperti kompleks perbelanjaan, perkantoran, hingga sekolah, sepanjang hari ini tutup. Para pegawai instansi pemerintah, misalnya, tak masuk kantor karena takut gempa akan diiringi Tsunami seperti yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara [baca: Warga Kota Palu Panik Khawatir Terjadi Tsunami].
Kepanikan terlihat jelas dari raut muka warga yang sedang mengantre di lima stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Palu. Mereka mengaku menggunakan kendaraannya untuk mengungsi ke dataran tinggi seperti di kawasan perbukitan Kawatuna. Antrean panjang kendaraan membuat sejumlah ruas jalan macet.
Kondisi tak jauh berbeda terlihat dari sejumlah warga yang tak memiliki kendaraan. Dengan berjalan kaki, mereka berusaha mencapai daerah perbukitan. Hingga malam ini, mereka masih bertahan. Sementara warga yang tetap bertahan di Palu memilih tinggal di tenda-tenda darurat dan tak berani tinggal di dalam rumah karena takut gempa susulan.
Sejauh ini, bencana ini sudah menewaskan seorang warga. Sedangkan seorang warga Desa Tulo yang bernama Rudi luka berat setelah tertimpa bangunan. Sementara puluhan warga lain dilaporkan luka ringan [baca: Gempa di Donggala Menewaskan Seorang Warga].
Gempa juga merusak delapan unit rumah toko di Kota Palu dan puluhan rumah lainnya di Kabupaten Donggala. Selain itu, sebuah jembatan di Desa Bora, Sigi Biromaru rusak.
Gempa yang belakangan mengguncang Tanah Air memang patut diwaspadai. Berikut adalah kategori gempa dalam skala Richter dan dampak yang ditimbulkannya:
-Skala 2,5 atau kurang: tak terasa namun tercatat dalam Seismograph
-Skala 2,5 hingga 5,4: mulai terasa dan menyebabkan kerusakan kecil
-Skala 5,5 hingga 6,0: menimbulkan kerusakan kecil pada gedung dan bangunan lain
-Skala 6,1 hingga 6,9: memungkinkan kerusakan serius apalagi di lokasi padat penduduk
-Skala 7,0 hingga 7,9: gempa bumi utama yang menimbulkan kerusakan sangat serius
-Skala 8,0 hingga lebih: gempa bumi dahsyat yang dapat menghancurkan komunitas dekat pusat gempa.(YAN/Tim Liputan 6SCTV)
Irwan menambahkan, berdasarkan pantauan pihaknya, gempa di Palu berkekuatan 6,2 skala Richter. Pusat gempa berada antara 1,03 derajat Lintang Selatan dan 119,99 Bujur Barat. Gempa yang membuat panik warga Palu ini berada pada kedalaman kurang dari 60 kilometer. Berdasarkan catatan BMG Makassar, selama 1977 hingga 2005, gempa berkekuatan di atas 5 skala Richter sudah berlangsung sebanyak 12 kali. Jumlah ini belum termasuk gempa skala kecil.
Gempa yang terjadi saat sebagian penduduk Palu terlelap memang membuat warga panik. Bahkan, hingga sore tadi, suasana Kota Palu masih lengang. Pusat-pusat keramaian seperti kompleks perbelanjaan, perkantoran, hingga sekolah, sepanjang hari ini tutup. Para pegawai instansi pemerintah, misalnya, tak masuk kantor karena takut gempa akan diiringi Tsunami seperti yang terjadi di Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatra Utara [baca: Warga Kota Palu Panik Khawatir Terjadi Tsunami].
Kepanikan terlihat jelas dari raut muka warga yang sedang mengantre di lima stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Palu. Mereka mengaku menggunakan kendaraannya untuk mengungsi ke dataran tinggi seperti di kawasan perbukitan Kawatuna. Antrean panjang kendaraan membuat sejumlah ruas jalan macet.
Kondisi tak jauh berbeda terlihat dari sejumlah warga yang tak memiliki kendaraan. Dengan berjalan kaki, mereka berusaha mencapai daerah perbukitan. Hingga malam ini, mereka masih bertahan. Sementara warga yang tetap bertahan di Palu memilih tinggal di tenda-tenda darurat dan tak berani tinggal di dalam rumah karena takut gempa susulan.
Sejauh ini, bencana ini sudah menewaskan seorang warga. Sedangkan seorang warga Desa Tulo yang bernama Rudi luka berat setelah tertimpa bangunan. Sementara puluhan warga lain dilaporkan luka ringan [baca: Gempa di Donggala Menewaskan Seorang Warga].
Gempa juga merusak delapan unit rumah toko di Kota Palu dan puluhan rumah lainnya di Kabupaten Donggala. Selain itu, sebuah jembatan di Desa Bora, Sigi Biromaru rusak.
Gempa yang belakangan mengguncang Tanah Air memang patut diwaspadai. Berikut adalah kategori gempa dalam skala Richter dan dampak yang ditimbulkannya:
-Skala 2,5 atau kurang: tak terasa namun tercatat dalam Seismograph
-Skala 2,5 hingga 5,4: mulai terasa dan menyebabkan kerusakan kecil
-Skala 5,5 hingga 6,0: menimbulkan kerusakan kecil pada gedung dan bangunan lain
-Skala 6,1 hingga 6,9: memungkinkan kerusakan serius apalagi di lokasi padat penduduk
-Skala 7,0 hingga 7,9: gempa bumi utama yang menimbulkan kerusakan sangat serius
-Skala 8,0 hingga lebih: gempa bumi dahsyat yang dapat menghancurkan komunitas dekat pusat gempa.(YAN/Tim Liputan 6SCTV)