Liputan6.com, Jakarta: Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KLH) pernah memperingatkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat untuk tak mengolah sampah dengan sistem open dumping atau langsung dibuang tanpa dipadatkan terlebih dahulu. Pasalnya, gas metan dan lindi yang dihasilkan berpotensi menimbulkan ledakan. "Sistem open damping itu sebenarnya sudah tidak dibenarkan lagi," kata Kepala Bidang Pengolahan Limbah Cair KLH Chairuddin Hasyim di Jakarta, Rabu (23/2).
KLH sebenarnya berulang kali menyarankan Pemprov Jabar untuk membuat saluran pembuangan gas yang terbentuk akibat dekomposisi sampah. Namun, peringatan itu diabaikan sehingga terjadilah ledakan yang mengakibatkan longsoran sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Leuwigajah, Cimahi, Jabar, yang diperkirakan menewaskan ratusan orang [baca: Korban Longsor di Cimahi Mencapai 136 Orang].
Berdasarkan data yang dikumpulkan tim KLH, TPA Leuwigajah saat longsor menampung lebih dari dua juta meter kubik sampah dengan ketinggian tumpukan lebih dari 20 meter. Selain itu, TPA dengan luas areal 23,6 hektare ini memiliki slope atau kemiringan lebih dari 10 persen [baca: Pengelolaan TPA Leuwigajah Kurang Koordinasi].
Sementara itu korban tewas yang terakhir ditemukan telah dimakamkan di Kampung Cihabit, Kecamatan Leuwigajah, Cimahi. Pemakaman Mak Umah hanya dihadiri sebagian keluarga karena beberapa anggota keluarga lainnya ikut menjadi korban dan hingga kemarin belum ditemukan. Dari 25 anggota keluarga Mak Umah, hanya tersisa enam orang (bukan seluruhnya tewas seperti diberitakan sebelumnya--Red) [baca: Mak Umah Menyusul Keluarga untuk Selamanya].
Tim evakuasi menemukan jenazah Mak Umah kemarin pagi dari reruntuhan rumahnya yang tertimbun longsoran sampah. Di dalam rumah ini diperkirakan masih ada lima orang lagi yang belum diketahui nasibnya.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)
KLH sebenarnya berulang kali menyarankan Pemprov Jabar untuk membuat saluran pembuangan gas yang terbentuk akibat dekomposisi sampah. Namun, peringatan itu diabaikan sehingga terjadilah ledakan yang mengakibatkan longsoran sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah Leuwigajah, Cimahi, Jabar, yang diperkirakan menewaskan ratusan orang [baca: Korban Longsor di Cimahi Mencapai 136 Orang].
Berdasarkan data yang dikumpulkan tim KLH, TPA Leuwigajah saat longsor menampung lebih dari dua juta meter kubik sampah dengan ketinggian tumpukan lebih dari 20 meter. Selain itu, TPA dengan luas areal 23,6 hektare ini memiliki slope atau kemiringan lebih dari 10 persen [baca: Pengelolaan TPA Leuwigajah Kurang Koordinasi].
Sementara itu korban tewas yang terakhir ditemukan telah dimakamkan di Kampung Cihabit, Kecamatan Leuwigajah, Cimahi. Pemakaman Mak Umah hanya dihadiri sebagian keluarga karena beberapa anggota keluarga lainnya ikut menjadi korban dan hingga kemarin belum ditemukan. Dari 25 anggota keluarga Mak Umah, hanya tersisa enam orang (bukan seluruhnya tewas seperti diberitakan sebelumnya--Red) [baca: Mak Umah Menyusul Keluarga untuk Selamanya].
Tim evakuasi menemukan jenazah Mak Umah kemarin pagi dari reruntuhan rumahnya yang tertimbun longsoran sampah. Di dalam rumah ini diperkirakan masih ada lima orang lagi yang belum diketahui nasibnya.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)