Sukses

Putera Sampoerna: Akuisisi Langkah Terbaik

Cucu pendiri Sampoerna mengaku keputusan menjual 40 persen saham kepada Philip Morris menjadi langkah terbaik untuk karyawan dan pemegang saham. Jajaran direksi dan komisaris Sampoerna mungkin dirombak.

Liputan6.com, Jakarta: Presiden Komisaris PT Handjaja Mandala Sampoerna, Putera Sampoerna menyatakan, akuisisi atau pembelian 40 persen saham HM Sampoerna oleh PT Philip Morris menjadi langkah terbaik bagi karyawan dan pemegang saham. Investor baru ini, menurut Putera, dikenal sebagai produsen dan penjual produk-produk tembakau yang sukses. Sampoerna melepas saham dengan harga 20 persen lebih tinggi dibandingkan harga penutupan pada pekan sebelumnya, yakni dari Rp 8.850 menjadi Rp 10.600 per lembar. Demikian dinyatakan Putera di Jakarta, baru-baru ini.

Akuisisi oleh Philip Morris diumumkan pada 14 Maret silam dalam siaran pers. Namun penyelesaian proses jual beli baru dilaksanakan pada Jumat, 18 Maret melalui PT Bahana Securities. Philip Morris membeli 1.753.200.000 lembar saham dengan harga Rp 10.600 per lembar atau senilai Rp 18,58 triliun [baca: Akuisisi PT HM Sampoerna Dinilai Janggal].

Philip Morris adalah produsen rokok asal Amerika Serikat dengan keahlian pada produk rokok putih seperti Marlboro, Virginia Slims, dan Benson & Hedges. Bagi perusahaan itu, investasi di Sampoerna adalah kesempatan besar untuk masuk dalam jajaran lima besar dunia dengan memulai mempelajari industri rokok kretek.

Setelah akusisi 40 persen saham selesai, Philip Morris akan melakukan tender untuk pembelian sisa saham lain di HM Sampoerna. Keputusan ini dinilai berbagai kalangan sebagai pilihan cerdas. Sampoerna adalah produsen rokok terbesar kedua di Indonesia dengan produk antara lain Dji Sam Soe, A Mild, dan Sampoerna Hijau.

Sebagian kalangan lain mengaku terkejut dengan keputusan pemegang saham utama yang melepas kepemilikan saham di Sampoerna. Apalagi selama ini, Sampoerna bagaikan mesin pencetak uang bagi pemiliknya. Penjualan saham pun dilakukan di tengah kinerja keuangan perusahaan yang terus menanjak.

Namun, keheranan pengamat bursa hingga kini belum terjawab. Rencana pembelian mayoritas saham perusahaan yang dirintis sejak 1913 ini benar-benar tertutup rapat. Diperkirakan, transaksi terbesar di bursa saham ini tak lepas dari peran Putera Sampoerna yang juga cucu pendiri PT HM Sampoerna.

Tahun silam, PT HM Sampoerna menguasai 19,7 persen pangsa pasar rokok di Indonesia, di bawah Gudang Garam dan Djarum. Pada September 2004, laba bersih Sampoerna sebesar Rp 1,726 miliar. Selain menggeluti bisnis rokok, Sampoerna telah mengembangkan sayap ke sektor lain. Di antaranya Minimarket Alfa, percetakan PT Sampoerna Printpack, juga properti mewah PT Taman Dayu di kawasan Surabaya, Jawa Timur.

Akuisisi saham Sampoerna oleh Philip Morris ditengarai akan memperoleh pangsa pasar lebih yakni menjadi 23,5 persen. Pengamat pasar modal Budi Budar mengatakan, setelah akuisisi, posisi HM Sampoerna dipastikan menguat walaupun peta bisnis rokok tak banyak berubah. "Peta persaingan tidak akan berubah. Pemain yang besar-besar tetap saja Gudang Garam, Sampoerna, Bentoel. Nggak ada perubahan karena Sampoerna hanya ganti kepemilikan saja," kata Budi.

Dengan menjual 40 persen saham, keluarga Sampoerna kini memegang dana tunai hampir US$ 2 miliar atau lebih dari Rp 18,5 triliun. Belum jelas, bidang apa lagi yang akan dirambah Sampoerna. Santer beredar kabar, keluarga Sampoerna sedang mengincar sektor infrastruktur. Sementara sebelum akuisisi, terbetik kabar, Sampoerna mungkin berinvestasi di maskapai penerbangan Merpati Nusantara.

Pasca-akuisisi, sempat beredar kabar jika pabrik Sampoerna akan lebih banyak memakai mesin dibandingkan tenaga manusia. Padahal selama ini, Dji Sam Soe menjadi produk linting tangan yang mempekerjakan ribuan pegawai. Ini tentu saja berimbas pada kekhawatiran terjadi pemutusan hubungan kerja massal. Namun, ketakutan itu dibantah pihak Sampoerna.

Kepala Corporate Communications HM Sampoerna Niken Rachmad mengatakan, kekhawatiran itu tak beralasan. Sebab, pihak Philip Morris, menurut Niken, sudah berjanji tak akan mengubah ciri khas HM Sampoerna serta tak akan melakukan PHK. Sedangkan perombakan jajaran direksi dan komisaris mungkin dilakukan Philip Morris selaku pemegang saham mayoritas. Keputusan ini akan diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa pada Mei mendatang.(YAN/Tim Liputan 6 SCTV)