Liputan6.com, Banda Aceh: Puluhan anak yang sengaja dibawa dari Aceh Besar dan Pidie mendapat hiburan gratis dari para relawan di Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, baru-baru ini. Pertunjukan bertajuk Kreasi Anak Aceh ini mampu membuat anak-anak yatim ini tersenyum bahkan tertawa gembira.
Ide acara yang digelar di Panti Asuhan Jroh Naguna, Banda Aceh, ini sebenarnya sangat sederhana. Panitia hanya menggali kemampuan anak yatim dari panti sosial. Mereka bebas menunjukkan kebolehan di depan rekan-rekan. Beberapa anak berebut tampil untuk menyanyi dan membaca puisi.
Bahkan, satu kelompok anak pria panti mampu meliukkan tarian likok pulo yang selama ini dimainkan kaum putri. Irama musik tarian dimanfaatkan seorang penghuni panti asal Pidie dengan berjoget senang. Kreasi anak ini diharapkan dapat mengurangi stres dan trauma pasca-Tsunami di Aceh, Desember tahun kemarin.
Di Jakarta, seniman dan anak-anak korban Tsunami Aceh meluncurkan buku Aceh, 8,9 Skala Richter. Buku setebal 257 halaman ini berisi sekitar 200 kisah nyata dan puisi seputar bencana dahsyat yang menelan ribuan nyawa itu. Lagu-lagu berbahasa Aceh yang dibawakan lima anak muda asal Bumi Rencong serta biola seniman Jafar mengiringi peluncuran buku yang cover-nya digarap anak-anak korban Tsunami.
Fandi Calang, seniman asal Serambi Mekah, juga tampil membacakan kegelisahannya yang dituangkan dalam karya berjudul Empat Hari Empat Malam Makan Beras Busuk. Melalui buku ini, seniman Aceh ingin mengabarkan bahwa mereka sudah mulai bangkit dan kini sedang menata diri. Hasil penjualan buku ini sebagian akan dipergunakan untuk membangun kembali Aceh dan Nias, Sumatra Utara.(TNA/Tim Liputan 6 SCTV)
Ide acara yang digelar di Panti Asuhan Jroh Naguna, Banda Aceh, ini sebenarnya sangat sederhana. Panitia hanya menggali kemampuan anak yatim dari panti sosial. Mereka bebas menunjukkan kebolehan di depan rekan-rekan. Beberapa anak berebut tampil untuk menyanyi dan membaca puisi.
Bahkan, satu kelompok anak pria panti mampu meliukkan tarian likok pulo yang selama ini dimainkan kaum putri. Irama musik tarian dimanfaatkan seorang penghuni panti asal Pidie dengan berjoget senang. Kreasi anak ini diharapkan dapat mengurangi stres dan trauma pasca-Tsunami di Aceh, Desember tahun kemarin.
Di Jakarta, seniman dan anak-anak korban Tsunami Aceh meluncurkan buku Aceh, 8,9 Skala Richter. Buku setebal 257 halaman ini berisi sekitar 200 kisah nyata dan puisi seputar bencana dahsyat yang menelan ribuan nyawa itu. Lagu-lagu berbahasa Aceh yang dibawakan lima anak muda asal Bumi Rencong serta biola seniman Jafar mengiringi peluncuran buku yang cover-nya digarap anak-anak korban Tsunami.
Fandi Calang, seniman asal Serambi Mekah, juga tampil membacakan kegelisahannya yang dituangkan dalam karya berjudul Empat Hari Empat Malam Makan Beras Busuk. Melalui buku ini, seniman Aceh ingin mengabarkan bahwa mereka sudah mulai bangkit dan kini sedang menata diri. Hasil penjualan buku ini sebagian akan dipergunakan untuk membangun kembali Aceh dan Nias, Sumatra Utara.(TNA/Tim Liputan 6 SCTV)