Liputan6.com, Jakarta Percakapan sering kali menggunakan nada yang sama, bahkan kadang bersifat negatif yang menunjukkan ketidakberdayaan. Jika siklus itu berlangsung lama, dapat membuat kesedihan atau depresi permanen.
Untuk menghindari itu, tantang diri untuk tetap positif dan mendorong orang lain melakukan hal yang sama.
Baca Juga
Berikut adalah beberapa cara khusus untuk melakukannya, melansir laman Forbes, Jumat (10/4/2020).
Advertisement
1. Pisahkan Fakta dari Opini
Hampir setiap media sosial yang diakses hari ini memberikan kabar yang berbeda tentang pandemi virus corona. Banyak berita yang tidak benar dan menimbulkan kecemasan, sementara itu banyak juga yang mengunggah dan pembaca tidak bisa merespon apakah itu fakta atau opini.
Ingatlah bahwa "fakta" adalah kebenaran, peristiwa, atau kejadian yang dapat diverifikasi. Selain itu, pertimbangkan bagaimana gaya komunikasi pribadi mempengaruhi interpretasi fakta atau pendapat sendiri.
Dari frasa, ini terdengar seperti pendapat karena kata-kata dan frasa yang tidak jelas: "Banyak" dan "daripada yang kita harapkan sebelumnya."
Untuk menentukan apakah pernyataan itu fakta, perlu menyelidikinya dengan satu atau dua pertanyaan.
Hanya pertanyaan menyelidik yang akan membantu Anda menentukan fakta di hadapan begitu banyak pendapat. Jadi berhati-hatilah untuk tidak menyerah pada kesuraman dan kehancuran sebelum Anda menyortir apa yang nyata versus apa yang spekulasi.
2. Tanyakan tentang Solusi
Ketika percakapan yang mengecilkan hati mulai, coba langsung ubah ke percakapan yang bisa menimbulkan optimisme.
“Saya baru saja melihat sebuah posting tentang ide yang sangat pintar untuk meminta sumbangan. Ide itu datang dari seorang anak berusia 16 tahun yang memutuskan untuk bla, bla, bla. ” Percakapan kemungkinan akan berbelok tajam positif.
Atau dapat melakukan hal yang sama dengan sebuah pertanyaan. Jika seseorang mulai berbicara tentang masalah, selidiki:
"Jadi, apa yang Anda atau beberapa teman Anda lakukan untuk mengubah situasi itu — solusi baru dari tim Anda yang dapat menyelesaikan masalah seperti itu?"
Sekali lagi, pembicaraan kemungkinan besar akan berporos ke positif.
3. Ucapkan Pujian atau Terima Kasih
Dalam masa yang serius seperti saat ini, orang sering merasa mandek atau tertegun seolah-olah sedang mengalami shock shell.
Panggilan, teks, atau email untuk memberi mereka umpan balik positif atau mengucapkan terima kasih atas sesuatu yang sudah dilakukan dapat berdampak besar selama periode ini.
Meskipun percakapan atau catatan yang menggembirakan selalu disambut baik, selama waktu "tidak aktif", akan membuat sangat gembira.
4. Perhatikan Emosi dan Nada Suara
Perlu diingat bahwa orang yang stres bereaksi aneh. Perilaku mereka selama downtime bisa sangat tidak biasa dan mengganggu. Jadi ingatlah bahwa “seseorang” mungkin adalah bukan orang di ujung percakapan atau panggilan telepon itu.
Jika menghabiskan 15 menit berteriak pada anak-anak atau pasangan, maka harus ingat untuk melembutkan nada dan sikap ketika menjawab telepon atau memotret teks atau email. Melindungi dari "kebocoran stres" dalam bentuk lekas marah. Ini menular seperti virus.
Reporter : Tiara Sekarini
Advertisement