Sukses

Induk Usaha Zara akan Tutup Ribuan Gerai dan Beralih Jualan Online

Inditex mengoperasikan lebih dari 7.000 toko di seluruh dunia.

Liputan6.com, Jakarta Inditex, perusahaan fashion asal Spanyol yang menaungi label fashion Zara, berencana menutup 1.200 toko ritel miliknya di seluruh dunia. 

Inditex mengoperasikan lebih dari 7.000 toko di seluruh dunia. Selain Zara, merek lainnya, yakni Home, Massimo Dutti, Bershka, Pull and Bear, dan Oysho.

Seiring penutupan toko, perusahaan juga akan mengalihkan penjualan melalui online. Mengutip laman the Guardian, Jumat (17/7/2020), Inditex akan menutup 16 persen atau sekkitar 1.200 dari total tokonya sehingga menyisakan 6.212 yang beroperasi.

Alasan penutupan toko ini antara lain karena pertama kalinya Zara mengalami kerugian besar akibat pandemi Covid-19.

Inditex tercatat meraih penurunan penjualan hingga 44 persen menjadi € 3,3 miliar (£ 2,9 miliar), periode keuangan 1 Februari hingga 30 April, kuartal pertama tahun keuangan.

Perusahaan ini juga akan mengalihkan toko offline yang ditutup menjadi toko online atau e-retailing. Keterbatasan pembeli untuk datang ke toko kala pandemi Covid-19, menjadi pemicu hal ini.

Pablo Isla, CEO Inditex, mengharapkan penjualan e-commerce dapat meningkat hingga 25 persen dari total pendapatan perusahaan pada 2022.

 

 

 

 

2 dari 2 halaman

Kondisi Indonesia

Penutupan Zara, ternyata tidak terpengaruh untuk gerai yang eksis di Indonesia. “Dipastikan Zara di bawah naungan Mitra Adi Perkasa (MAP) tidak ada rencana untuk penutupan toko. Pelanggan tetap dapat berbelanja offline dengan datang ke Zara. Di sini customer tak perlu cemas tertular virus Covid-19 karena Zara menerapkan protokol kesehatan yang ketat,“ ungkap VP Investor Relations & Corporate Communications MAP Group, Ratih Darmawan Gianda.

Mesk demikian, Zara di Indonesia pun ikutan melakukan penjualan online. Pembeli bisa mengaksesnya melalui www.mapemall.com yang memang sudah berjalan sebelum pandem.

Tidak hanya itu, saat ini Zara juga telah menggandeng marketplace dan e-commerce di Indonesia untuk memudahkan belanja online.

Handaka Santosa, Pembina APPBI (Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia), mengatakan ditutupnya gerai Zara sebagai pilihan bagi bisnis retail. Saat ini dunia retail menghadapi situasi sangat sulit akibat Covid-19.

“Pengalaman saya selama ini bergelut di dunia retail, pandemik Covid-19 merupakan krisis terberat dibanding 1998 dan 2008. Dibutuhkan kejelian dan strategi matang untuk mencari solusi di saat pandemik untuk bertahan,” jelas dia yang juga menjabat sebagai Ketua Penasehat HIPPINDO (Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Belanja).

Handaka melihat Zara memang sudah merencanakan pemasaran online sejak lama jauh sebelum pandemi.

"Adanya Covid-19 menjadi drive yang mempercepat proses ke online. Hanya di Indonesia tidak terlalu pengaruh karena pemasaran online baru mencapai 2 persen. Presentase ini jauh lebih kecil dibanding Amerika yang sudah mencapai 10 persen pemasaran online. Mayoritas customer di sini masih lebih menyukai belanja offline,” papar Handaka.

Reporter: Ivani Nafisa Putri