Sukses

Bisakah Smartwatch Membantu Memerangi COVID-19?

Karena perangkat kebugaran merekam detak jantung dan dapat menyimpan data untuk jangka waktu yang lebih lama, perangkat ini akan menjadi gadget yang sangat baik untuk melacak dan mendeteksi penyebaran COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta Para ahli mengatakan kalau tindakan non-farmasi seperti jarak sosial, memakai masker dan desinfeksi mampu menghentikan penyebaran COVID-19.

Kini, para ilmuwan juga memeriksa apakah gadget kebugaran (fitness tracker) dapat berfungsi ganda untuk mengukur parameter kesehatan serta mencari tahu apakah seseorang mengidap COVID-19.

Smartwatch ataupun fitness tracker dipuji karena selain untuk mengukur parameter kesehatan seseorang, sekaligus untuk mendeteksi kondisi kesehatan seperti serangan jantung. Beberapa berfungsi untuk melacak kondisi tidur seseorang dan untuk mengukur kesejahteraan umum lainnya.

Sebagian besar fitness tracker bekerja dengan mengukur detak jantung seseorang, parameter vital, sehingga para ilmuwan bertanya-tanya apakah teknologi yang sama juga dapat membantu mendeteksi perubahan kondisi pernapasan, dilansir dari TimesofIndia.

Misalnya, dalam studi terbatas yang dilakukan di AS, para ilmuwan dapat mengamati bahwa merek pakaian kebugaran yang populer dapat mengidentifikasi orang yang menderita penyakit mirip influenza bergantung pada peningkatan detak jantung mereka.

Penelitian serupa sedang berlangsung di Standford University, yang bertujuan untuk mengumpulkan data dari lima merek perangkat yang dapat dikenakan untuk memprediksi penyakit, termasuk COVID-19.

Cara kerja

Meskipun COVID-19 ditandai dengan adanya gejala khas seperti batuk, pilek, demam, peningkatan detak jantung juga dapat menunjukkan terjadinya infeksi.

Untuk penelitian tersebut, peneliti mengukur dan mencatat aktivitas harian, sehingga mereka dapat mengidentifikasi penurunan level aktivitas harian. Menggabungkan dua ukuran ini memungkinkan para peneliti untuk memprediksi dengan lebih baik siapa yang memiliki penyakit mirip influenza.

Karena perangkat kebugaran merekam detak jantung dan dapat menyimpan data untuk jangka waktu yang lebih lama, perangkat ini akan menjadi gadget yang sangat baik untuk melacak dan mendeteksi penyebaran COVID-19, terutama pada saat-saat pengujian tidak dapat diakses.

Meskipun tidak mungkin untuk menentukan apakah seseorang mengidap COVID-19 hanya dengan melihat parameter yang diamati oleh smartwatch fitness tracker, para ahli percaya bahwa hal itu dapat mengarah pada kesadaran yang lebih baik tentang penyakit tersebut.

Dengan mengetahui siapa yang berisiko, atau mengamati perubahan kondisi kesehatan, orang dapat diminta untuk mengisolasi diri, atau lebih baik, berhati-hati saat berada di luar dan melakukan tes diagnostik.

Kit pengujian COVID-19 lain yang menarik sedang dibuat di laboratorium di Israel, dengan bantuan dari para ilmuwan India.

Tes baru ini akan menggunakan kecerdasan buatan dan pembelajaran mesin dan prototipe akan diuji di India juga. Ini akan menggunakan tes breathalyzer untuk mengenali pola dan melakukan tes kimia tingkat pertama yang dapat mengetahui apakah seseorang positif atau negatif COVID-19.

Salah satu tes yang menjanjikan hasil dalam waktu singkat belum pernah dikerjakan sebelumnya. Penelitian lain yang sedang dilakukan saat ini melibatkan pemasangan chip bionik pintar di bawah kulit, yang dapat 'merespons' keberadaan virus berbahaya di dalam tubuh.

Fitness tracker dengan sensor pintar juga memiliki filter canggih yang mendeteksi suhu tubuh, keringat juga dapat membantu mengamati perubahan apa pun yang muncul.

Karena keringat tubuh merupakan indikator tingkat pH dan mengandung jejak senyawa nutrisi, banyak penelitian yang berkembang sedang dilakukan pada gadget lain yang dapat berguna dan mempersingkat waktu deteksi COVID-19 dan penyakit lainnya.

 

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kekurangan

Meskipun gadget ini berguna untuk mengamati perubahan dalam parameter vital tubuh, tetap saja mereka tidak bisa mendeteksi viral load dalam tubuh.

Deteksi RNA diperlukan untuk hal yang sama, yang merupakan prosedur laboratorium yang rumit dan hingga saat ini, ada lebih banyak pengetahuan ilmiah yang diperlukan sebelum dapat dimasukkan ke dalam gadget kecil yang dapat dikenakan.

Ada juga masalah aksesibilitas dan keterjangkauan dengan banyak gadget pintar ini. Pelacak yang dapat dikenakan pasti harganya tidak murah dan tidak dapat diaplikasikan untuk semua kalangan masyarakat.

Masalah logistik seperti ini harus dipecahkan sebelum dapat digunakan untuk keperluan medis. Seperti yang dikatakan para ilmuwan, ini adalah pendekatan baru tetapi membutuhkan lebih banyak penelitian.

Ini pasti bisa menjadi indikator bagaimana masyarakat beradaptasi jika virus bertahan bersama kita untuk waktu yang cukup lama.