Sukses

Saat Mendesak, Ini yang Bisa Dilakukan untuk Menahan BAB

Perilaku menahan BAB dapat membahayakan kesehatan seseorang. Para ahli merekomendasikan buang air besar sesegera mungkin setelah Anda merasakan adanya dorongan tersebut.

Liputan6.com, Jakarta Menahan buang hajat atau buang air besar (BAB) sesekali tidak berbahaya. Misalnya saat kita dalam situasi tidak berada di dekat toilet atau dalam situasi menahan malu. Ada juga yang merasa tidak higienis jika buang air di tempat umum dan lebih memilih menahannya hingga mereka pulang.

Studi menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami sembelit sebagai dampak kebiasaan menahan diri untuk tidak BAB. Tetapi perilaku menahan BAB dapat membahayakan kesehatan seseorang. Para ahli merekomendasikan buang air besar sesegera mungkin setelah Anda merasakan adanya dorongan tersebut.

Simak penjelasan berikut ini, untuk lebih memahami mengapa kita sebaiknya tidak menahan BAB, dilansir dari TimesofIndia.

Mengapa menahan BAB itu buruk?

Menahan BAB dapat menyebabkan sembelit. Ketika ini terjadi, usus bagian bawah menyerap air dari tinja yang terkumpul di rektum. Feses dengan sedikit air sulit dikeluarkan karena menjadi keras.

Terlalu sering menahan tinja dapat menyebabkan inkontinensia, impaksi feses (tinja yang keras dan kering tersangkut di usus besar atau rektum) atau perforasi gastrointestinal (lubang di dinding saluran cerna.

Ketika seseorang kehilangan sensasi di dalam rektum, yang disebut hiposensitivitas rektal, mereka mungkin mengalami episode inkontinensia.

Peningkatan beban feses di usus besar dapat meningkatkan jumlah bakteri dan menyebabkan peradangan usus besar dalam jangka panjang. Peradangan di usus besar meningkatkan risiko terkena kanker usus besar, kata studi tersebut.

Penelitian juga menunjukkan hubungan antara menahan BAB dengan usus buntu dan wasir.

Berapa lama seseorang bisa tidak buang air besar?

Setiap orang memiliki jadwal buang air besar yang berbeda-beda. Beberapa orang buang air besar sekali sehari, sementara yang lain perlu buang air besar beberapa kali untuk mengosongkan usus mereka. Frekuensi buang air besar seseorang tergantung pada usia dan pola makannya. Kebanyakan orang buang air besar antara dua-tiga kali sehari.

Perubahan jadwal buang air besar dapat mengindikasikan sembelit.

Ada berbagai laporan yang menyebutkan kalau menahan BAB melalui sembelit atau dengan upaya fisik sendiri dapat mengakibatkan komplikasi yang parah.

Dalam sebuah laporan berita, seorang wanita di Inggris buang air besar setelah 8 minggu. Kotoran itu menyebabkan ususnya membesar, yang memengaruhi organnya dan menyebabkan serangan jantung.

Menurut laporan lain, seorang pria mengalami kelumpuhan di satu kaki dan menderita sindrom kompartemen perut akibat sembelit parah.

 

Simak Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Cara yang benar untuk menahan BAB jika terpaksa

Hal pertama memang Anda disarankan untuk tidak menahan BAB. Namun, jika Anda berada dalam situasi di mana Anda tidak bisa buang air besar, Anda dapat mengontrol otot yang relevan hingga Anda akhirnya buang air besar.

- Buat agar dinding rektal rileks, yaitu dengan mengendurkan otot-otot rektal untuk sementara sehingga dapat mengurangi urgensi untuk buang air besar.

- Jangan mengencangkan perut. Mengencangkan adalah mekanisme yang membantu mendorong tinja keluar dari rektum dan anus. Sehingga bukannya ingin menahan, justru yang Anda lakukan membantu mendorongnya.

- Kencangkan otot bokong. Ini dapat membantu menjaga otot rektum tetap tegang.

- Jangan berjongkok: Berbaring atau berdiri saja. Ini bukanlah posisi alami untuk buang air besar, sehingga bisa mengelabui tubuh agar tidak perlu buang air besar.

Kapan sebaiknya menemui dokter?

Sulit untuk melacak pola pergerakan usus yang teratur pada balita. Orang tua harus berkonsultasi dengan dokter anak jika mereka melihat anak tengah menahan untuk BAB.

Orang yang menahan BAB karena menderita sembelit juga harus berkonsultasi dengan dokter untuk segera memulai perawatan.

3 dari 3 halaman

Infografis Pandemi Belum Berakhir, Gelombang II Covid-19 Mengancam.