Liputan6.com, Jakarta Bisnis tak selalu bisa berjalan mulus. Sesekali sebuah brand atau perusahaan dihampiri masalah dan tentu pada saat ini membutuhkan satu penyelesaian yang cepat dan efektif.
Saat mencul berbagai masalah ini, kemudian hadir pertanyaan. Apa yang harusnya dilakukan jika sebuah brand atau perusahaan menghadapi krisis komunikasi? Bagaimana juga cara merancang strategi komunikasi efektif ketika sebuahperusahaan menghadapi konflik?
Baca Juga
Bagaimana juga relasi antara public relations dan kerja jurnalistik dalam merespons krisis yang menerpa image maupun reputasi sebuah brand atau perusahaan?
Advertisement
Ternyata, deretan pertanyaan itu sesungguhnya terangkum melalui buku berjudul Crisis PublicRelations. Buku yang ditulis dua praktisi PR dan jurnalis ini menyuguhkan contoh kasus sekaligus pemecahan atas krisis komunikasi maupun public relations.
Buku ini "Crisis Public Relation" ditulis 3 tiga penulis lintas profesi (PR dan Jurnalis), yaitu Firsan Nova, Dian Augustine dan Mohammad Akbar.
Buku ini membahas sebuah strategi yang bisa dilakukan oleh brand atau merek sebuah perusahaan saat mengalami krisis komunikasi.
"Buku ini tidak sekadar menghadirkan teori-teori komunikasi saja tapi diperkuat dengan studi kasus yang sebagian besarnya berangkat dari pengalaman para penulisnya," ujar Dr Firsan Nova, Kamis, (10/12/2020).
Dian Augustine, praktisi PR yang juga menjadi kontributor penulis buku "Crisis Public Relation" ini, menyatakan dirinya tertantang untuk menuangkan semua pengalaman serta pelajaran yang di dapatkan pada karya tersebut.
Selama menjadi praktisi PR, Dian pun menyadari bahwa profesi ini memang terkadang identik dengan pekerja wanitanya.
"Tetapi banyak yang tidak disadari, bahwa justru pria yang mendominasi untuk terlibat langsung ketika menangani krisis PR pada sebuah perusahaan, terutama saat berhadapan langsung dengan khalayak di lapangan,” tegas dia.
Selain itu, Dian menambahkan, buku ini menghadirkan secara detail hal-hal mendasar dari komunikasi publik, aktifitas public relations, strategi pemetaan isu, bagaimana menanganikonflik hingga usaha melakukan proses engangement ketika krisis terjadi.
“Semuanya dilengkapi dengan contoh-contoh yang relate dan sudah terjadi di sekitar kita,” kata wanitayang sedang menjalankan pendidikan Doktor Ilmu Komunikasi ini.
Sementara itu Mohammad Akbar yang merupakan jurnalis media nasional, merasa bahwa kekuatan dari buku ini terletak pada narasinya.
Menurutnya dengan menggunakan pendekatan penulisan populer serta storytelling, menjadi keunikan tersendiri dalam narasi buku ini.
"Buku ini menjelaskan bagaimana sikap media dan public relations harus saling berkolaborasi secara profesional untuk mengatasi krisis. Tanpa media maka upaya memulihkan krisis sangat sulit. Begitu juga, tanpa kehadiran profesional public relations maka krisis yang muncul tidakakan bisa diatasi,” jelas Akbar.
Sejak terbit kali pertama pada 2009, buku ini telah di sitasi lebih dari 700 riset studi yang sudah dipublikasikan secara nasional maupun internasional.