Sukses

Penelitian: Mengemil Larut Malam Tidak Lantas Membuat Anda Kurang Produktif

Menurut Journal of Applied Psychology, makan larut malam yang tidak sehat akan membuat orang kurang produktif hanya jika Ia merasa bersalah atau malu.

Liputan6.com, Jakarta Perilaku makan larut malam yang tidak sehat membuat orang kurang produktif di tempat kerja keesokan harinya. Namun menurut studi baru yang diterbitkan dalam Journal of Applied Psychology menyatakan jika itu hanya jika pelaku merasa bersalah atau malu karena memakannya.

Pada penelitian ini, 97 peserta survei merupakan pekerja penuh waktu mengisi survei tiga kali sehari pada pukul 8 pagi, 6 sore, dan sebelum tidur jam 9:30 malam selama 10 hari.

Survei tersebut mencakup pertanyaan tentang kesehatan fisik dan mental mereka, apa yang mereka makan dan minum, dan apa yang mereka capai di tempat kerja.

Peneliti mengklasifikasikan perilaku "makan tidak sehat" saat peserta: "makan terlalu banyak junk food setelah bekerja", "makan terlalu banyak camilan tidak sehat setelah bekerja", "makan dan minum berlebihan setelah bekerja", dan "terlalu banyak makan camilan larut malam sebelum pergi tidur."

Menggunakan hasil buku harian peserta, mereka "menguji efek tertinggal dari makan tidak sehat malam sebelumnya pada kinerja hari berikutnya," tulis penulis penelitian.

Mereka yang mengalami apa yang disebut kebiasaan “makan tidak sehat” di malam hari menghabiskan lebih sedikit waktu untuk melakukan “perilaku yang membantu” di tempat kerja, misalnya, membantu rekan kerja dengan tugas yang bukan tanggung jawab Anda. 

Mereka juga memiliki lebih banyak "perilaku menarik diri", yang pada dasarnya berarti menghindari situasi yang berhubungan dengan pekerjaan saat bekerja.

2 dari 2 halaman

Mengapa hal ini terjadi?

Seperti yang dikutip dari CNBC, Selasa (13/04/2021), para peneliti menemukan bahwa kelompok tersebut menghadapi beberapa rasa sakit fisik di pagi hari, seperti sakit kepala, sakit perut, dan diare.

Tetapi kelompok itu juga melaporkan lebih banyak stres emosional, seperti perasaan bersalah atau malu tentang kebiasaan makan yang dilakukannya dan pada akhirnya hal itu membuat perbedaan.

Penemuan tersebut “menyarankan kinerja kerja dikompromikan hanya ketika Anda mengalami ketegangan emosional dan fisik,” ujar Seonghee Cho, penulis studi dan asisten profesor psikologi di North Carolina State University.

Dengan kata lain, beberapa orang tidak berpikir dua kali untuk mencamil sehari sebelumnya, sehingga tidak berpengaruh pada hasil kerja mereka.

"Itu berarti, jika Anda entah bagaimana dapat melakukan intervensi sejak awal untuk menghindari ketegangan tersebut, Anda mungkin tidak akan mengalami penurunan performa," katanya.

Misalnya, Anda dapat mengingatkan diri sendiri bahwa "pilihan makan yang buruk" di malam hari bukanlah akhir dari dunia, saran Cho.

"Ini bisa menjadi hal yang sporadis, atau dapat membantu melepaskan stres sejak hari itu, yang sebenarnya merupakan strategi mengatasi stres yang baik," katanya.

Memang, penelitian lain telah menunjukkan bahwa ada waktu dan tempat untuk makanan yang menenangkan: "Perilaku makan yang tidak sehat dapat berfungsi sebagai strategi penanggulangan jangka pendek untuk menangani tuntutan terkait pekerjaan," tulis para penulis.

Pada akhirnya, orang memiliki hubungan yang sangat berbeda dengan makanan. Penting untuk "menjadi lebih pemaaf dan santai tentang pilihan makan Anda yang kurang optimal karena kita tidak selalu bisa menjunjung pola makan yang terbaik dan tersehat," jelas Cho.

Jika Anda mencari beberapa kebiasaan yang akan membuat Anda merasa bugar, istirahat dan siap untuk bekerja lebih keras, lebih baik Anda memprioritaskan kebiasaan yang membantu Anda rileks dan mampu melepaskan diri dari pekerjaan, seperti aktivitas fisik, tidur yang nyenyak, dan tentunya perilaku makan yang sehat.

Reporter: Priscilla Dewi Kirana