Sukses

3 Cara Pola Asuh Orang Tua yang Berdampak ke Kesuksesan Anak

Orang tua dapat memupuk beberapa cara pola asuh yang dapat mempengaruhi pertumbuhan karakter anak, misalnya dengan pendekatan karakter dan minat anak.

Liputan6.com, Jakarta Orang tua dapat memupuk beberapa cara pola asuh yang dapat mempengaruhi pertumbuhan karakter anak. Ahli mengatakan karakter yang perlu dibangun berbeda dengan apa yang diajarkan oleh sistem pendidikan tradisional.

Pola asuh yang seharusnya diajarkan pendidikan justru diabaikan. Pendiri program inovasi remaja The Knowledge Society, Nadeem Nathoo menyatakan dalam sebuah konferensi CogX 2021 bahwa anak-anak akan memiliki peluang untuk sukses bila memiliki keingintahuan yang besar.

“Mereka juga tidak boleh malas, tetapi bukan juga harus bekerja secara berlebihan,” tambah Nathoo, seperti melansir CNBC, Rabu (28/7/2021).

Setiap orang tua perlu memperhatikan dan mempertimbangkan apakah anak Anda memiliki bias towards action, yaitu sebuah pola pikir yang tidak hanya mengacu pada ide saja, tetapi praktek. Misalnya, bersedia untuk mengambil tindakan/keputusan untuk melihat keberhasilan dari ide yang mereka dapatkan.

Lalu, hal yang perlu dipertimbangkan lainnya adalah apakah anak Anda memiliki kecenderungan menghabiskan waktu untuk berpikir atau memiliki tujuan untuk membuat perubahan di dunia. 

“Jika anak Anda melakukan tiga hal dari sudut pandang yang sudah dijabarkan dapat membuat Anda mudah mengidentifikasi dan membantu anak Anda berada pada jalur yang benar,” papar Nathoo.

 

 

2 dari 3 halaman

Dukungan Penuh dari Orang Tua

Menurut penelitian yang diterbitkan Pediatric Research Journal pada 2018, orang tua yang menaruh kepercayaannya pada anak mereka membuat kinerja dan pola pikir anak lebih baik dalam hal membaca dan menghitung. Hasil penelitian tersebut melibatkan 6.200 anak TK di Amerika Serikat.

Selain itu, psikolog Harvard Lisa Feldman Barrett pun menambahkan pujian dari orang tua menjadi hal yang sangat penting. Hal tersebut akan membantu anak dalam mengambil pilihan dan lebih percaya diri sehingga kemampuan keterampilan dalam dirinya dapat meningkat.

“Kemampuan dan keterampilan anak dapat dikembangkan dengan mencoba memberinya contoh permasalahan atau alat yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah,” jelas Nathoo.

Nathoo kembali menegaskan dan mendorong agar setiap orang tua tidak lupa untuk memastikan anak-anak mereka mengetahui jenis pekerjaan apa saja yang tersedia nantinya. Pengetahuan atau informasi tersebut akan membantu anak mencari tahu apa yang menjadi minatnya.

“Saya percaya bahwa orang tua harus dengan ‘sengaja’ mendorong rasa ingin tahu anak sebagai pemicu untuk membuat mereka meneliti dan mencari tahu sendiri,” tambah Nathoo.

3 dari 3 halaman

Sistem Pendidikan Sekolah yang Keliru

Sistem pendidikan pada umumnya mengajarkan hal yang berbeda, berkutat pada permasalahan teoretis, misalnya dengan menghafal keseluruhan materi tanpa mengetahui apa minat dari anak yang sebenarnya.

Metode pola asuh yang berbeda ini mengacu pada pendekatan karakter anak seperti pemecahan masalah, menentukan sebuah keputusan yang dilematis, berkomunikasi atau berinteraksi dengan sesama, hingga berkolaborasi.

Hal-hal yang seperti itu tidak disajikan dan disuguhkan dalam dunia pendidikan tradisional. Segala hal terlihat tertutup dan semua jawaban atas permasalahan dapat dilihat dan dicari menggunakan buku teks.

Nathoo mengklarifikasi bahwa tujuannya memberikan kritik bukan seolah mengatakan sistem pendidikan sekolah adalah hal buruk, tetapi ingin menyoroti permasalahan tentang adanya ketidaksetaraan atas apa yang selama ini diajarkan kepada anak-anak.

Melihat bagaimana banyak pelajar sekarang ini dipaksa untuk menghafal dan mengeluarkan segala informasi yang sudah diterima, Nathoo menanggapi dan menyimpulkan hal seperti itu hanya membuang-buang waktu.

“Kehidupan akan lebih baik jika memiliki institusi pendidikan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan manusia,” ujar Nathoo. Namun, menurutnya pernyataannya barusan terasa sangat tidak terstruktur karena sistem pendidikan yang ada saat ini tidak mempersiapkan generasi muda dengan baik di masa depan.

Pembelajaran yang menggunakan pengalaman sebagai bahan pelajaran, belajar bekerja sama dengan orang lain, dan membangun relasi menjadi kunci untuk pengembangan generasi muda yang lebih baik.

“Pelajaran seperti itu yang sifatnya akan bertahan lama, bukan seperti menghafal,” tutup Nathoo. Sayangnya, pendidikan semacam itu masih sekitar 70-90 persen dilakukan oleh seluruh institusi pendidikan.

Reporter: Caroline Saskia