Liputan6.com, Jakarta Startup belajar bahasa Cakap yang adalah platform pembelajaran online di Indonesia meluncurkan program pelatihan mengajar melalui platform online, dengan tajuk Cakap Teacher Academy. Program ini diperuntukkan bagi setiap masyarakat yang memiliki minat mengajar.
Beasiswa ini akan diberikan kepada 1.000 pengajar di Indonesia melalui aplikasi Cakap. Program Cakap Teacher’s Academy ini resmi diluncurkan Kamis 12 Agustus 2021. Tak hanya pelatihan, nantinya peserta yang mendaftar akan mendapatkan pendapatan tambahan dan sertifikat.
“Kami ingin membuat satu solusi, tidak hanya pengajar profesional saja, tetapi pada calon-calon pengajar masa depan yang punya semangat yang sama untuk buat Indonesia lebih cakap,” ujar CEO dan Co-founder Tomy Yunus, Kamis (12/08/2021).
Advertisement
Cakap hadir untuk mengisi keresahan dari pendidikan dari Indonesia akibat adanya jarak antara pendidik dan pengajar dalam kemampuan mengakses digital. Menghadapi tantangan tersebut, inovasi yang coba diciptakan adalah belajar bahasa secara daring.
“Terutama di era pandemi seperti ini, yang dimiliki hanyalah communication skills kita. Bahasa, menjadi paspor kita selama pandemi,” papar Yunus.
Dengan memiliki kemampuan berbahasa asing, Yunus menganggap hal tersebut bisa jadi kunci untuk melakukan komunikasi di hampir seluruh dunia karena dapat punya peluang yang berlipat ganda dibandingkan sebelumnya.
Oleh karena itu, Cakap lebih berfokus pada pembelajaran terhadap guru-guru di Indonesia untuk memajukan serta meningkatkan kualitas pendidikan.
“Untuk bisa memerdekakan cara pendidik mengajar, solusi ini memang dihadirkan untuk membantu pada pendidik di Indonesia dalam melakukan peralihan pembelajaran secara daring”, tutup Yunus.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bahasa Asing Jadi Kunci Melek Digital
Pembelajaran secara daring yang mulai diberlakukan adalah hal baru bagi para pendidik di Indonesia. Ditambah, kurangnya pengetahuan untuk mengakses perangkat digital akan menambah hambatan dalam belajar dan mengajar di dunia pendidikan.
Keterbatasan tersebut membuat kegiatan belajar yang dilakukan cenderung tidak efektif. Tidak sedikit juga siswa merasa tuntutan tugas semakin lebih banyak setelah peralihan belajar online. Merasa jenuh, bosan, dan lebih melelahkan ketika belajar daring.
“Pandemi mengantarkan kita ke era pendidikan yang baru yaitu era pendidikan digital, bukan lagi sebatas pelengkap saja, melainkan bisa memperlengkapi dan memperbarui cara mengajar guru,” ujar Course Manager Cakap Yoshua Yanottama.
Ekosistem dari pelatihan ini ingin menawarkan kepada para pendidik, khususnya di Indonesia agar memiliki metode dan sudut pandang yang baru dalam mengajar online, yaitu dengan belajar bahasa asing.
“Para pendidik tidak hanya dilatih, tetapi juga diberdayakan melalui training, self development, dan ada kesempatan untuk bergabung bersama kami,” jelas Yoshua saat menjelaskan program yang dilakukan Cakap.
Kesempatan ini sengaja diberikan dan dibuka bagi para guru yang ingin memiliki kemampuan mengajar secara daring agar ilmu pengetahuan yang ditransfer dapat diterima dengan baik oleh siswa. Bukan hanya berfokus pada hal-hal teoritis saja, melainkan nilai-nilai keseharian yang dapat diterapkan.
“Mereka akan belajar mengenai online learning mode, bagaimana pendidikan di kelas ditransformasikan ke media baru,” jelas Yoshua. Tujuannya agar kelas bisa lebih bermakna dan bermanfaat ke depannya.
Kemudian, pendidik yang mendaftar pun akan mendapatkan pendapatan tambahan. Pemberian pendapatan tersebut ditujukan atas masalah gaji guru di Indonesia yang masih belum merata serta jumlah yang diberikan masih belum sesuai.
Advertisement
Tidak Meratanya Kualitas Pendidikan Indonesia
Menurut Stafsus Presiden RI Billy Mambrasar, jumlah pendidik yang tersebar di seluruh Indonesia masih belum memadai sehingga menjadi tantangan di zaman sekarang. Transisi yang terjadi sekarang ini akan menjadi tidak maksimal bila kualitas pendidik di Indonesia belum merata.
“Yang paling sulit adalah adoption karena mengajar bukan hanya mengajar saja, melainkan menjalin relasi untuk meningkatkan emosional dan empati dari siswa,” ujarnya Billy.
Proses pembelajaran yang dilakukan seperti terkesan ‘yang penting mengumpulkan tugas dan memberi nilai’ saja itu sudah cukup. Menjadi wajar jika seluruh siswa sejak pandemi mengeluhkan hal yang serupa.
Pandemi memang memaksa kita semua untuk adaptasi dan adopsi menggunakan teknologi digital. “Yang perlu diketahui adalah mengubah struktur mengajar daring. Maka dari itu kita ingin membuka perspektif yang baru bagi para guru lewat pelatihan,” jawab Yoshua.
“Pentingnya pendidikan harus memiliki strategi khusus untuk bertahan di era digitalisasi, seperti inovasi, adaptasi, dan kolaborasi,” tambah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Jemmy Alexander.
Kualitas pendidikan di Indonesia tentunya akan berimbas pada calon-calon pengajar di masa depan. Maka dari itu, kualitas ini akan menentukan keberlangsungan tingkat pendidikan di suatu negara, salah satunya belajar berbahasa inggris seperti yang difokuskan startup edutech ini.
Harapan bagi Pendidik Indonesia
Adapun tamu lain yang diundang, yaitu Marissa Anita sebagai seorang jurnalis, aktor, sekaligus aktivis pegiat bahasa. Meskipun profesinya sebagai pengajar, ia juga mengalami beberapa tantangan dalam mengajar secara online.
“Menurut saya pribadi, guru yang baik harus memiliki sebuah prinsip. Harus sabar memahami siswa karena pada dasarnya itu adalah investasi waktu,” ujar Marissa.
Mendengarkan dan memahami siswa bisa jadi salah satu cara untuk menemukan metode pembelajaran yang baru dan lebih interaktif. Kemudian, guru juga diharapkan dapat memahami konteks pendidikan, metode yang diberikan harus sesuai dengan jenis pendidikan yang diajarkan.
“Semoga kedepannya semua guru bisa memiliki kesempatan yang sama. Tidak hanya di kota-kota besar saja, tetapi di wilayah kepulauan atau kota kecil,” jawab Marissa mengenai kualitas guru.
Oleh karena itu, startup pendidikan serupa seperti ini diharapkan bisa memperluas jangkauan dan kesempatan agar Indonesia bisa juga unggul di bidang pendidikan.
“Jika berharap pemerintah saja yang bekerja, tidak akan bisa. Butuh program-program seperti ini untuk membantu pemerintah, maka negara kita bisa punya peluang untuk jadi negara maju,” papar Billy.
Reporter: Caroline Saskia
Advertisement