Liputan6.com, Jakarta Pembelajaran yang diisi proses pertumbuhan anak sejak kecil menjadi kunci meningkatkan keterampilan anak. Apalagi saat masih kecil, kemampuan mereka untuk meniru dan mengikuti orang dewasa jauh lebih mudah dibanding saat dewasa nanti,
Para orang tua berusaha mengajarkan dan membimbing anak untuk menjadi pintar, aktif, dan unggul ketika nantinya duduk dibangku sekolah.
Baca Juga
Namun, menurut seorang psikolog pendidikan terkemuka, aspek sederhana untuk memaksimalkan perkembangan keterampilan anak dapat dilakukan secara intrinsik.
Advertisement
Pendiri komunitas daring psikolog pendidikan, Dan O’Hare mengatakan bahwa para profesional di bidangnya masing-masing telah banyak berdiskusi mengenai pentingnya bermain untuk mempelajari dan perkembangan anak.
Mungkin hal tersebut terlihat membingungkan bagi Anda, mengapa dengan bermain saja dapat meningkatkan perkembangan anak?
O’Hare menjelaskan kalau anak yang sering bermain akan melihat hal tersebut sebagai ‘sarana untuk mencapai tujuan’ sehingga menunjukkan keterampilan sosial anak.
Meskipun demikian, saat mengajaknya bermain harus juga menambahkan aktivitas pada nilai-nilai yang secara tidak langsung dapat dipelajari oleh anak dalam bentuk yang tidak terstruktur. Anak nantinya secara tidak langsung akan menyadari hal tersebut dan menerapkannya dalam keseharian.
Ajak Mereka Bermain
“Permainan seperti yang ‘mengarahkan’ atau sesuatu yang membuatnya ‘memimpin’ sesuatu sangat penting karena memungkinkan anak untuk mengembangkan imajinasinya bagi diri mereka sendiri,” tambah O’Hare kepada CNBC, Selasa (24/08/2021).
Pandangan terkait cara bermain harus dibarengi dengan permainan kooperatif. Anda perlu memiliki cukup keterampilan dan ide-ide dulu sebelum diimplementasikan langsung ke anak Anda. Namun, sebenarnya melihat anak-anak yang lebih kecil, akan menjadi wajar untuk mereka bermain sendiri dengan dirinya.
Bermain dengan diri sendiri secara mandiri dapat mendorong perkembangan anak juga, seperti keterampilan motorik, negosiasi dan manajemen konflik. Bahkan ‘permainan kasar’ yang dinilai orang tua pada umumnya ternyata juga membantu sang anak mengelola tubuh, kekuatan, keseimbangan dan risiko lainnya.
Menurut penelitian yang diterbitkan oleh Pendidikan Universitas London pada 2019, ditemukan bahwa anak-anak sekolah berusia 5-7 tahun memiliki waktu istirahat 45 menit lebih sedikit dibandingkan anak-anak pada era 1995.
Hasil dari penelitian ini menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa dengan mempersingkat waktu istirahat sekolah di sekolah dapat membahayakan perkembangan anak. Ternyata waktu bermain memiliki peran sepenting itu untuk pertumbuhan dan perkembangan anak.
Advertisement
Kebosanan Punya Peran Penting
Alternatif yang disarankan mungkin akan membuka pandangan baru bagi orang tua bahwa Anda tidak perlu mengisi seluruh waktu anak dengan kegiatan yang padat. Waktu yang kosong untuk istirahat diperlukan atau bahkan biarkan mereka sedikit merasa bosan.
“Meluangkan waktu, mengisi waktu yang ada dengan kebosanan sebenarnya cukup bagus juga. Hal ini berdampak pada pengelolaan diri untuk bisa menghibur diri sendiri, berkreasi, dan memecahkan masalah,” jelas O’Hare saat membahas kebosanan anak.
Kemudian, penelitian lainnya dari akademisi di University of Central Lancashire pada 2013 menunjukkan dengan melakukan tugas yang membosankan dapat membantu seseorang menemukan solusi yang lebih kreatif untuk sebuah masalah karena otak mereka dipakai untuk berpikir dan berimajinasi.
“Seringkali orang tua merasa berkewajiban untuk mengisi anak dengan kegiatan, tetapi ternyata pengaturan diri saat bosan dapat bermanfaat untuk mengembangkan keterampilan tertentu,” tutup O’Hare.