Sukses

Kata Penelitian, Lemak Susu Memiliki Risiko Lebih Rendah untuk Penyakit Jantung

Peneliti lain dari George Institue Kathy Trieu mengatakan, konsumsi beberapa makanan olahan susu, terutama produk fermentasi, bisa bermanfaat bagi jantung.

Liputan6.com, Jakarta Seseorang yang mengonsumsi lebih banyak lemak susu berisiko terkena penyakit kardiovaskular lebih rendah dibanding mereka yang asupannya lebih sedikit.

Hal tersebut sesuai dengan sebuah penelitian yang dilakukan tim ilmuwan internasional. Mereka menelusuri sebanyak 4.150 orang berusia 60 tahun di Swedia terkait konsumsi lemak susu dengan mengukur kadar asam lemak tertentu dalam darah yang paling banyak ditemukan pada susu.

Para ahli tersebut kemudian mengikuti selama rata-rata 16 tahun untuk mengamati ada berapa banyak orang yang mengalami serangan jantung, stroke, hingga terjadi peredaran darah serius lain. Selain itu, juga memantau berapa banyak orang yang meninggal.

Setelah secara statistik menyesuaikan faktor risiko penyakit kardiovaskular, termasuk usia, pendapatan, gaya hidup, kebiasaan diet, dan penyakit lainnya, peneliti menyimpulkan bahwa seseorang yang memiliki kadar asam lemak yang tinggi – yang menunjukkan asupan lemak susu yang tinggi – memiliki risiko terendah terhadap penyakit kardiovaskular.

Selain itu, juga tidak terlihat tanda-tanda peningkatan risiko kematian dari semua penyebab yang ada.

Selanjutnya tim peneliti mengonfirmasi hasil temuan tersebut dengan 17 peneliti lainnya. Beberapa negara yang terlibat di antaranya AS, Denmark, dan Inggris dengan jumlah 43.000 orang.

“Sementara temuan ini mungkin sebagian dipengaruhi oleh faktor-faktor selain lemak susu, penelitian kami tidak menunjukkan bahaya apa pun dari lemak susu itu sendiri,” jelas peneliti senior di George Institute for Global Health di Sydney Matti Marklund, seperti dikutip dari CNN, Senin (27/9/2021).

Marklund melanjutkan, “Kami menemukan mereka dengan tingkat tertinggi sebenarnya memiliki risiko CVD (penyakit kardiovaskular) terendah. Hubungan ini sangat menarik, tetapi kami membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk lebih memahami dampak kesehatan penuh dari lemak susu dan makanan olahan susu.”

Sementara itu, seorang peneliti lain dari George Institue Kathy Trieu mengatakan, konsumsi beberapa makanan olahan susu, terutama produk fermentasi, bisa bermanfaat bagi jantung.

 

2 dari 3 halaman

Produk Susu Kaya Nutrisi

Di samping itu, ada banyak bukti menunjukkan bahwa dampak kesehatan dari susu itu lebih tergantung pada jenisnya, seperti keju, yoghurt, susu, dan mentega, daripada kandungan lemaknya.

“Studi kami menunjukkan bahwa mengurangi lemak susu atau menghindari produk susu sama sekali mungkin bukan pilihan terbaik untuk kesehatan jantung,” tutur Trieu.

Kemudian Trieu menjelaskan lagi, “Penting untuk diingat bahwa meskipun produk susu kaya akan lemak jenuh, mereka juga kaya akan banyak nurtisi lain dan dapat menjadi bagian dari diet sehat. Namun, lemak lain seperti yang ditemukan dalam makanan laut, kacang-kacangan, dan non-minyak nabati tropis yang dapat bermanfaat untuk kesehatan yang lebih besar daripada lemak susu.”

Adapun dosen dari Departemen Ilmu Kesehatan dan Gizi di Institut Teknologi Sligo Irlandia Brian Power mengatakan, penelitian ini mendorong kita untuk memikirkan kembali antara makanan dan penyakit.

“Produk susu tidak perlu dihindari. Ini sebagian besar tidak dibicarakan ketika membahas tentang makanan sehat,” ujarnya.

 

3 dari 3 halaman

Ikuti Data yang Berkolerasi

Direktur sekaligus ilmuwan senior Laboratorium Nutrisi Kardiovaskular Universitas Tufts Alice Lichtenstein mengatakan, kekhawatiran terbesarnya adalah hasil penelitian dapat ditafsirkan bahwa semua produk susu penuh lemak mampu mengurangi risiko penyakit kardiovaskular.

Akan tetapi, dari data sebetulnya tidak mendukung mengonsumsi produk susu penuh lemak untuk mengurangi risiko CVD.

Dia mengatakan, data penelitian menunjukkan bahwa kelompok dengan biomarker tertinggi asupan susu juga memiliki tingkat yang lebih rendah dari diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

“Mereka mengendalikan dalam analisis statistik. Namun, pembaur residual tidak dapat dikesampingkan. Data yang dilaporkan adalah untuk asosiasi. Namun, asosiasi tidak dapat menetapkan kausalitas,” ujarnya.

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

Video Terkini