Sukses

Ini Efek Samping Jika Konsumsi Fruktosa Berlebih

Makanan sehat pun ternyata bisa menimbulkan efek samping jika dikonsumsi berlebih.

Liputan6.com, Jakarta Saat sedang menjalankan program diet, mengonsumsi buah mungkin jadi salah satu pilihan utama. Namun, ternyata bisa pula menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan.

Seperti yang kita tahu, buah sama pentingnya dengan sayuran. Selain kaya akan serat, juga kaya mineral, vitamin, dan antioksidan. Bahkan buah bisa memerangi kanker, mengurangi tekanan darah, kolesterol, menjaga berat badan yang sehat, dan masih banya lagi manfaat lainnya.

Akan tetapi, tetap saja semua harus sesuai dengan porsinya. Makanan sehat pun ternyata bisa menimbulkan efek samping jika dikonsumsi berlebih. Misalnya buah yang mengandung tinggi gula jika dicampurkan dengan sumber makanan karbohidrat lain bisa menyebabkan efek berbahaya bagi penderita diabetes.

Dalam hal ini, fruktosa yang berasal dari buah utuh lainnya berbeda dengan fruktosa yang berasal dari sumber lain.

 

2 dari 3 halaman

Lalu, apa itu fruktosa?

Menurut Mayoclinic seperti dilansir dari laman India.com, Kamis (14/10/2021), fruktosa adalah gula yang ditemukan secara alami dalam buah-buahan, jus buah, beberapa sayuran dan madu.

Selain itu, fruktosa juga merupakan komponen dasar dalam gula (sukrosa) dan sirup jagung tinggi fruktosa yang berfungsi sebagai pemanis buatan dalam olahan makanan dan minuman.

Kandungan fruktosa tersebut jika dikonsumsi berlebihan juga akan membahayakan.

 

3 dari 3 halaman

Apa efek sampingnya?

Kelebihan fruktosa dapat menyebabkan efek berbahaya pada organ vital. Hal ini tentu dapat membuat kesehatan terganggu.

Berikut ini efek samping jika mengonsumsi terlalu banyak fruktosa.

1. Mengganggu kesehatan hati

Di dalam hati ada sebuah proses ketika kelebihan fruktosa kemudian diubah menjadi lemak. Proses tersebut disebut lipogenesis.

Pada proses tersebut, molekul lemak disimpan di hati sehingga menyebabkan Non-Alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD). Itu merupakan salah satu penyakit hati yang paling umum terjadi. Di seluruh dunia, sebanyak 25 persen terpengaruh karena hal ini.

Sementara itu, menurut laporan NAFLD, kelompok yang terkena dampak tersebut ialah orang yang mengonsumsi fruktosa dua hingga tiga kali lebih banyak daripada biasanya. Bahkan bisa menyebabkan penyakit lain pula, seperti peradangan hati, stres oksidatif pada sel-sel hati.

2. Kesehatan otak terganggu

Dampak negatif kedua yang mungkin terjadi jika kelebihan mengonsumsi fruktosa adalah dapat membuat kesehatan otak terganggu, ini menurut penelitian terbaru. Mungkin bisa terjadi peradangan saraf, disfungsi mitokondria otak, atau stres oksidatif.

Fruktosa yang dikonsumsi untuk jangka panjang pun kemungkinan bisa mematikan bagi perkembangan otak. Selain itu, juga bisa menyebabkan beberapa gangguan neurologis ganda.

3. Obesitas, diabetes, dan kesehatan jantung

Selanjutnya, kelebihan fruktosa juga bisa menyebabkan resistensi insulin, obesitas, hingga diabetes. Hal ini dapat menyebabkan akumulasi lemak sehingga intoleransi glukosa dan fungsi normal tubuh terganggu. Bahkan juga bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah dan trigliserida.

4. Masalah pencernaan

Mengonsumsi fruktosa berlebih juga dapat menyebabkan saluran pencernaan terganggu. Bisa menyebabkan diare atau irritable bowel syndrome (IBS). Ini merupakan gangguan pencernaan yang kemudian menyebabkan sakit perut, kembung, gangguan pencernaan, sembelit, atau diare.

Menurut sebuah studi intervensi tahun 2013, 68 pasien yang menderita IBS ketika mengonsumsi diet rendah fruktosa terlihat mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

5. Risiko diet yang mengonsumsi buah

Seseorang yang sedang diet dan hanya diperbolehkan mengonsumsi buah biasanya akan mengonsumsi buah mentah. Sebab, mereka tidak boleh mengonsumsi biji-bijian, kacang-kacangan, dan sejenisnya. Hanya boleh mengonsumsi beberapa sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian.

Sebab itu, diet buah seperti ini membuat seseorang kekurangan nutrisi penting lain, seperti protein, vitamin B, omega 3, kalsium, dan zat besi dalam jangka panjang. Selain itu, juga memang tidak sehat bagi penderita diabetes, resistensi insulin, atau sindrom ovarium plikistik.

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

Â