Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mengumumkan varian baru Covid-19 omicron telah masuk ke Indonesia. Jaringan Siloam International Hospitals ikut mengambil langkah antisipasi dengan meningkatkan kewaspadaan dan memperkuat sistem layanan serta kesiapan sumber daya manusia (SDM) sektor tenaga kesehatan.
Meskipun pemerintah telah menerapkan kebijakan yang ketat untuk mengantisipasi penetrasi Covid-19 varian Omicron, telah muncul kasus terpapar varian tersebut.
Presiden Komisaris Siloam John Riady mengungkapkan sektor kesehatan sejauh ini harus tetap mengantisipasi gelombang baru Covid-19.
Advertisement
“Kita tetap percaya terhadap langkah-langkah dari pemerintah, karena telah terbukti sejauh ini seluruh strategi tersebut telah membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang diakui secara cepat menangani wabah Covid-19,” kata dia.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sebelumnya yang mengumumkan langsug hasil identifikasi satu orang terpapar varian Omicron yang merupakan pekerja di Wisma Atlet, pada Kamis (16/12/2021).
Pasien suspek pertama itupun disebutkan memiliki gejala ringan, tanpa batuk dan demam. Hanya saja hasil tes PCR dan penelitian lebih jauh mengonfirmasi paparan virus Covid-19 varian Omicron seorang dari tiga orang pekerja yang diperiksa.
Di lain sisi, munculnya kasus varian Omicron meningkatkan kewaspadaan di tengah belum tuntasnya wabah Covid-19.
Hingga kini, varian yang muncul kali pertama di Afrika Selatan dinilai beberapa epidemolog memiliki daya tular lebih cepat dibandingkan varian Delta, sedangkan tingkat fatalitas varian tersebut masih belum diketahui secara jelas.
Pada lain sisi, John mengungkapkan pandemi benar-benar menguji ketahan industri sekaligus sistem kesehatan nasional. “Jumlah dokter hingga rasio ranjang dengan jumlah populasi kita masih minim, selama menghadapi lonjakan kasus kemarin, itu sangat kentara. Beruntungnya memang pemerintah sigap dengan upaya vaksinasi massal,” ungkapnya.
Karena itu, Siloam tetap melaksanakan berbagai langkah antisipatif. Langkah itu, menurut John, adalah bagian dari visi Siloam yang diturunkan dalam strategi jangka panjang untuk memperkuat sistem kesehatan nasional.
Sampai saat ini Siloam Hospitals mengelola dan mengoperasikan 39 rumah sakit. Terdiri dari rumah sakit di kawasan Jabodetabek dan rumah sakit yang tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan Nusa Tenggara.
John menilai dalam menangkal imbas negatif pandemi berskala besar, kini masyarakat membutuhkan layanan kesehatan yang berkonsep wellness, menjaga agar orang tetap sehat dan mengerti tentang tubuhnya.
“Kalau healthcare itu menangani orang yang sakit, sedangkan konsep wellness ini lebih menyeluruh mencakup tidak sekadar kesehatan fisik melainkan kesehatan mental dan emosional, preventif juga,” ungkap John.
Dengan begitu, beban kerja insan kesehatan akan lebih ringan seiring dengan kesadaran dan penanganan kesehatan masyarakat yang dipantau dan dirawat sejak dini. “Inilah visi layanan Siloam,” kata John.
Edukasi Masyarakat
Sejalan dengan itu, merespon munculnya varian Omicron, beberapa jaringan RS Siloam menggecarkan edukasi kepada masyarakat. Salah satunya RS Siloam Surabaya yang beberapa waktu lalu mengadakan edukasi sekaligus kerja sama penelitian varian Omicron.
Pada kesempatan itu, Dokter spesialis Patologi Klinik dari Siloam Hospital Surabaya, dr. Diane Lukito Setiawan Sp.PK. menyampaikan, virus memiliki kemampuan untuk mempertahankan hidupnya melalui sistem mutasi, yaitu dengan meloloskan diri dari sistem imun yang ada pada tubuh manusia ataupun antibodi yang di dapat melalui vaksinasi.
“Hingga saat ini, upaya pencegahan yang paling optimal melalui target vaksinasi dengan dosis penuh tercapai di masyarakat diiringi pelaksanaan Protokol Kesehatan secara berkelanjutan. Adapun tes PCR masih merupakan ‘golden standard’ dalam mendeteksi virus SarsCov-2 dan beberapa virus lainnya seperti HIV dan Hepatitis, namun untuk mendeteksi sejumlah varian- Covid-19 yang ada, perlu tindakan lanjutan Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan pada spesimen dengan hasil PCR positif,” tutur dokter Diane Lukito.
Advertisement