Liputan6.com, Jakarta Terlalu memikirkan dan mengkhawatirkan hal-hal yang belum tentu terjadi itu tidak baik. Orang-orang menyebutnya dengan overthinking. Itu bukanlah penyakit mental, tetapi sedang dalam kondisi depresi dan cemas.
Hal itu tentu tidak dirasakan oleh Anda sendiri. Menurut sebuah penelitian, sebanyak 73 persen orang berusia 25 hingga 35 tahun dan 52 persen orang berusia 45 hingga 55 tahun mengalami overthinking.
Baca Juga
Dalam banyak kasus, overthinking bisa membuat seseorang termenung hingga akhirnya melibatkan pola pikir negatif.
Advertisement
Penyebab Overthinking
Melansir laman Forbes, Senin (24/1/2022), overthinking itu sebetulnya bukanlah penyakit mental. Akan tetapi, orang yang overthinking itu berarti sedang berada dalam kondisi depresi, cemas, dan mengalami beberapa gangguan. Pada akhirnya orang tersebut akan sering merenung dengan pikiran negatif.
Terkadang rasa kekhawatiran yang tinggi ketika merenung dapat menipu otak untuk mengasosiasikan dirinya dengan sesuatu yang bermanfaat atau produktif, jelas psikolog kesehatan klinis di Boston dan profesor psikiatri di Harvard Medical School Natalie Dattilo.
"Rasa khawatir, misalnya, yang merupakan ciri khas dari gangguan kecemasan umum," kata Dattilo. Beberapa orang mungkin menganggap bahwa kekhawatiran tersebut menunjukkan bahwa mereka peduli tentang sesuatu atau mempersiapkan mereka untuk hasil terburuk.
Advertisement
Tips Berhenti Overthinking
Terlalu memikirkan suatu hal secara berlebih apalagi berlama-lama tentu tidak baik. Mungkin memang akan sedikit lebih sulit untuk tidak overthinking. Akan tetapi, Anda harus tetap mencobanya. Beberapa tips berhenti overthinking seperti yang akan dijelaskan ini mungkin dapat membantu Anda mengatasinya.
Kelola Pikiran
Otak terus-menerus dipenuhi oleh beragam pikiran. “Tetapi berpikir adalah jalan dua arah. Meskipun otak mungkin menawarkan banyak saran, pada akhirnya terserah kita untuk memutuskan apa yang akan kita terima,” jelas Dattilo.
Anda tidak harus menganggap setiap pemikiran mengkhawatirkan yang muncul di kepala sebagai sebuah kebenaran.
Melatih Otak
“Saat otak 'beristirahat', bagian yang tetap berfungsi adalah area pemecahan masalah dan area yang terkait dengan pemikiran referensi diri. Jadi, ketika dibiarkan sendiri, otak akan berpikir berlebihan,” jelas Dattilo.
Jika terjadi hal tersebut, itu berarti Anda harus melatih otak Anda untuk melakukan sebaliknya. Terutama ketika Anda overthinking pada waktu-waktu tertentu, seperti sebelum tidur.
Fokus
Teknik bermeditasi dapat bermanfaat bagi orang-orang yang memiliki masalah pada kecemasan dan depresi. Cara termudah untuk mempraktikkannya adalah fokus pada aktivitas yang benar-benar rutin dilakukan.
"Anda cukup mengarahkan perhatian pada tugas dengan sangat fokus," saran Dattilo.
Rileksasikan Tubuh
“Tutup mata Anda dan coba rasakan detak jantung Anda dari dalam, genggam tangan Anda dan remas erat-erat atau letakkan kedua kaki di lantai dan coba rasakan setiap titik kontak,” ujar Dattilo. Ini adalah cara lain untuk menenangkan tubuh. Selain itu, Anda juga bisa alihkan dengan mendengarkan musik atau pergi ke gym.
Lakukan Brain Dump
Membuat jurnal adalah cara yang berguna untuk meluapkan pikiran.
“Membuat daftar atau rencana lebih berorientasi pada tindakan, dan itu juga bisa sedikit menenangkan otak kita yang sedang merenung,” kata Dattilo. Anda dapat melakukannya di mana saja, dari selembar kertas hingga aplikasi catatan di ponsel pun bisa.
Menikmati Alam
Di mana pun Anda berada, udara segar dapat memberikan banyak manfaat bagi pikiran. Jika Anda bisa keluar menelusuri alam secara lebih dalam, itu lebih baik lagi.
Sebuah studi menunjukkan, berjalan kaki selama setidaknya 90 menit di lingkungan yang menyatu dengan alam dapat menurunkan kecenderungan seseorang untuk merenung.
Mengelola Suasana hati
Terakhir, Anda sebaiknya mampu mengelola stres. Lakukanlah hal-hal yang membuat Anda senang sehingga lupa untuk overthinking.
Konsultasikan ke Dokter
“Jika pikiran Anda mengganggu atau sangat menyusahkan atau kecenderungan Anda untuk merenung juga mengganggu kemampuan Anda, saya sarankan untuk mencari bantuan dari profesional kesehatan mental,” tegas Dattilo.
Jika sudah terjadi hal itu, terapi akan dapat membantu membedakan kekhawatiran mana yang baik dan tidak baik.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati