Liputan6.com, Jakarta Sabun mandi yang mengandung bahan-bahan tertentu berisiko merusak kesehatan bagi tubuh manusia. Oleh karena itu, agar terhindar dari masalah ini, setiap orang perlu mengetahui apa saja bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam sabun mandi.
Menurut Pliny the Elder Fenisia, manusia telah menggunakan sabun mandi setidaknya selama 2.300 tahun.
Baca Juga
Pada 600 SM, sabun mengandung lemak kambing dan abu kayu. Untuk mendapatkannya, setiap masyarakat biasanya menggunakan sistem barter.
Advertisement
Pada saat itu, salah satu alasan menggunakan abu kayu bakar karena bersifat steril, menyerap minyak berlebih, dan mudah dibersihkan. Bahkan nenek moyang dulu menggunakan shikakai dan reetha yang direbus bersama sampo.
Seiring berjalannya waktu, bahan pembuatan sabun pun kian berkembang. Pada abad 19, seorang ahli kimia dari Jerman Justus von Liebig menyatakan bahwa jumlah sabun yang digunakan oleh sebuah negara merupakan ukuran akurat dari kekayaan dan peradabannya.
Sejak saat itu, mulai terciptanya jenis sabun lain, seperti sabun mandi dan deterjen. Bahkan kini banyak perusahaan yang membuka usaha pembuatan sabun.
Namun di balik itu, sabun yang mampu menghilangkan kotoran pada tubuh, pakaian, hingga peralatan rumah tangga itu tentu mengandung bahan-bahan pembersih.
Selain itu, terkadang sabun-sabun tersebut juga mengandung bahan lain yang ternyata dapat membahayakan kesehatan. Biasanya bahan tersebut ditemukan dalam sabun tradisional yang mengandung bahan kimia berbahaya dan beracun.
Lantas apa saja bahan kimia berbahaya yang biasa terkandung dalam sabun?
Melansir laman Timesnownews, Jumat (11/2/2022), berikut ini lima bahan kimia berbahaya yang biasanya terkandung di dalam sabun.
1. 1,4 Dioksan
Sebagian besar sabun mandi mengandung Dioxane. Kandungan tersebut biasanya ditemukan di sebagian besar kosmetik dan produk untuk perawatan pribadi.
Bukan sebagai bahan tambahan, 1,4-dioxane terbentuk untuk produk sampingan selama proses pembuatan bahan kosmetik tertentu.
Produk yang mengandung bahan-bahan ini, termasuk deterjen, pengemulsi, dan pelarut tertentu, dapat teridentifikasi dari sebuah kode yang tertulis. Bahan ini biasanya ditulis dengan awalan, kata, atau suku kata “PEG” atau “Polyethylene”, “Polyethylene glycol”, “Polyoxethylene”, “-eth-“, atau “-oxynol”.
Adapun risiko yang terjadi pada kesehatan terkain bahan berbahaya ini salah satunya dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, dan tenggorokan. Selain itu, mungkin juga bisa menyebabkan penyakit ginjal dan hati. Kandungan 1,4-Dioxane diketahui dapat berubah menjadi karsinogenik jika digunakan dalam jangka panjang.
2. Sodium Lauryl Sulfate (SLS)
Bahan ini juga dikenal sebagai Sodium Laureth Sulfate. Ikatan SLS dengan bahan sabun lainnya mampu menghasilkan nitrosamin karsinogenik.
Sementara itu, Sodium Laureth Sulfate ini merupakan deterjen sintesis keras dan mampu menghasilkan busa yang menimbulkan korosi.
Biasanya produsen sabun menggunakan bahan ini karena untuk menghasilkan busa yang banyak dan pembersihan secara intens.
Risikonya bagi kulit, SLS dapat menyebabkan iritasi atau alergi, seperti dematitis eksim yang dapat membuat kulit sensitif dan rusak.
3. Triklosan
Bahan ketiga ini merupakan pestisida yang memiliki sifat antibakteri dan antijamur. Triklosan berada di peringkat ketujuh dari bahan berbahaya menurut Data Kosmetik Skin Deep EWG.
Selama beberapa tahun terakhir, triklosan telah dicampur ke dalam produk perawatan pribadi lain, seperti sabun cuci tangan dan kosmetik. Sebuah studi menunjukkan, triklosan dalam dosis rendah dapat berpengaruh terhadap konsentrasi hormon tiroid dan mengganggun sistem endokrin. Bahkan bahan ini pun berbahaya karena dapat mengiritasi kulit, mata, dan paru-paru.
Bahan Lain
4. Paraben
Selanjutnya ada paraben. Bahan kimia yang biasa terkandung di dalam sabun ini berguna untuk mengawetkan kosmetik dan produk perawatan pribadi. Jadi, fungsinya sebagai pengawet kimia yang digunakan untuk mengawetkan makanan ketika dijual di toko atau supermarket.
Sementara itu, paraben ini memiliki kecenderungan meniru hormon. Biasanya dapat mengganggu fungsi hormon yang secara alami ditemukan dalam tubuh manusia.
5. Urea
Bahan terakhir ada urea. Menurut EWG, Diazolidinyl urea adalah pengawet antimikroba yang bekerja untuk membentuk formaldehida dalam produk kosmetik. Orang yang terpapar bahan formaldehida nantinya akan merasa alergi terhadap bahan itu sendiri.
Sebagai informasi, formaldehida ini termasuk ke dalam peringkat 10 dari bahan berbahaya dalam sabun. Dikenal sebagai karsinogen, bahan ini juga dianggap dapat menimbulkan masalah dalam pernapasan manusia, iritasi kulit, dan mencemari lingkungan.
Bahan yang Baik Digunakan
Sebagai gantinya agar tidak menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti yang sudah disebutkan, Anda bisa menggunakan sabun yang mengandung gliserin. Bahan ini merupakan humektan yang dapat melembapkan.
Biasanya glisering ditemukan dalam sabun cair dan beberapa produk perawatan rambut. Sampo yang mengandung gliserin dapat mengunci kelembapan pada rambut. Jadi bahan ini sangat cocok digunakan bagi yang memiliki jenis rambut kering.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati
Advertisement