Liputan6.com, Jakarta Setiap anak memiliki minat yang berbeda-beda. Karenanya, orang tua berperan untuk membimbing, bukan justru memaksa sang anak untuk sejalan.
Di sisi lain, para orang tua pasti menginginkan sang anak unggul dalam mengembangkan minat anak tersebut.
Baca Juga
Akan tetapi sebagai pembimbing, orang tua juga harus mampu membedakan bentuk dukungan antara yang sehat dan tekanan.
Advertisement
Baik di bidang akademik, olahraga, atau hobi, sang anak pasti menghasilkan hal positif dalam mengembangkan minatnya tersebut. Namun sayangnya, beberapa orang tua justru mendorong anak untuk mencari prestasi dibanding membiarkannya menikmati minat masing-masing.
Padahal pola asuh “memaksa” semacam ini justru memiliki efek yang merugikan. Khususnya pada kesejahteraan anak dalam jangka panjang.
Melansir laman CNBC, Jumat (11/3/2022), sebuah studi tahun yang dilakukan pada 2016 silam oleh Arizona State University pada siswa kelas enam mengatakan bahwa tekanan yang diberikan orang tua pada anak-anak atas minat dan kegiatan ekstrakurikuler dapat menghalangi kesuksesan di kemudian hari.
Selain itu, studi tersebut juga mengatakan, secara paradok, anak-anak dari orang tua yang lebih fokus pada pencapaian daripada kualitas, seperti kasih sayang dan kesopanan, sebenarnya memiliki nilai yang lebih rendah.
Suniya Luthar sebagai salah satu penulis dari studi tersebut menuturkan, mendukung anak-anak untuk fokus terlalu banyak pada validasi eksternal, seperti nilai dan penghargaan ekstra kurikuler, demi rasa harga diri justru dapat menyebabkan rasa tidak aman, kecemasan, dan tekanan keseluruhan yang lebih besar.
“Terkadang memang mungkin ada kesalahpahaman bahwa orang tua juga harus membentuk anak dengan tipe tertentu,” tutur salah satu profesor di Universitas Kent Ellie Lee.
Ikuti minat anak
Lee yang juga selaku direktur Center for Parenting Culture Studies menjelaskan, salah satu cara terbaik untuk mendukung anak-anak mengejar sesuatu yang disukai tanpa memberi tekanan padanya itu dapat memastikan bahwa sang anak juga memiliki minat sesuai keinginan masing-masing.
Di sisi lain Lee mengakui bahwa meskipun orang tua dapat mengubah sang anak, tetapi mereka memiliki hobinya sendiri.
“Saya pikir hal yang paling mungkin memengaruhi anak-anak dan membuat mereka benar-benar tertarik pada sesuatu pada dasarnya adalah ketika melihat orang-orang melakukan hal-hal yang mereka minati,” tuturnya.
Lebih lanjut Lee mengatakan, ketika anak melihat orang tua meluangkan waktu dan berupaya terhadap apa yang diminati dapat membantu anak-anak menghargai dan menjadi terampil dalam aktivitas tertentu.
Advertisement
Dengarkan dan amati
Seorang psikolog pendidikan anak dan remaja senior Melernie Meheux mengatakan, penting bagi orang tua untuk mendengarkan dan mengamati anak-anak guna mengetahui apa yang sang anak minati.
“Jika Anda ingin mendukung dan memotivasi, perhatikan apa yang mereka lakukan dengan baik dan jangan terlalu kritis,” ujarnya.
Selain itu, dia juga menyarankan kepada para orang tua agar membiarkan anak-anak untuk “mengatur diri sendiri”. Sesekali biarkan sang anak mengetahui apa yang mereka sukai, entah bermain atau mencoba berbagai kegiatan baru yang berbeda.
Hal itu lebih baik demi menjaga kesehatan mental dan regulasi emosional anak secara keseluruhan, kata Meheux.
“Ketika anak-anak santai, bahagia, dan merasa puas, mereka akan belajar lebih banyak,” katanya.
Meheux memahami bahwa orang tua memang berniat baik dalam mendidik anak-anak. Akan tetapi, terkadang cara yang dilakukan mungkin sedikit keliru. Terlebih dalam hal ini ketika mendukung anak-anak untuk mengejar hobi yang disukai.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati