Liputan6.com, Jakarta Didikan serta ajaran orang tua begitu berdampak terhadap karakter anak. Meski tidak ada yang sempurna, tapi orang tua sebaiknya bisa selalu memberikan sikap, kasih sayang, dan arahan yang terbaik untuk sang anak.
Salah satu hal yang paling berdampak adalah mengakui prestasi dan kebiasaan sehat anak-anak. Terkait ini, Anda perlu mengatur empati dalam mendukung perilaku yang baik, kepercayaan diri dan harga diri pada anak-anak.
Baca Juga
Namun, ingat, tidak ada orang yang terlahir sempurna. Bahkan anak Anda pada akhirnya akan membuat kesalahan. Cara Anda menangani dan menanggapi situasi itulah yang menentukan apakah mereka akan membuat keputusan yang lebih baik atau tidak dan mengembangkan kebiasaan sehat untuk ke depannya.
Advertisement
Menanggapi hal tersebut, seorang Direktur Eksekutif Kidsbridge Youth Center Lynne Azarchi membagikan tipsnya untuk orang tua yang ingin membesarkan anak-anak yang percaya diri, cerdas, dan berempati ketika anak-anak salah seperti melansir CNBC, Jumat (3/6/2022).
1. Fokus pada perilaku anak
Memuji perilaku tertentu lebih baik daripada memuji anak secara keseluruhan. Ini adalah perbedaan antara mengatakan, “Kamu anak yang baik!” dan “Kamu melakukan pekerjaan yang luar biasa dengan memasukkan kembali mainanmu ke dalam lemari!”.
Dengan cara ini, anak-anak tidak fokus dengan kata-kata “baik” atau “buruk”. Mereka dikritik karena perilaknya yang tentu dapat diubah untuk memenuhi harapan.
Jadi, lebih baik mengkritik perilaku anak-anak daripada sebagai pribadi.
Misalnya, lebih baik Anda mengatakan, “Saya tidak suka Anda memukul adik. Itu bukan hal yang baik untuk dilakukan,” daripada mengatakan, “Kamu adalah saudara yang buruk.”
Dengan demikian, anak-anak akan menyimpulkan bahwa ada pilihan yang lebih baik untuk dipertimbangkan di masa depan.
2. Gunakan rasa bersalah, bukan rasa malu
Adam Grant, seorang profesor psikologi, mengatakan bahwa menggunakan sedikit rasa bersalah untuk menegur anak-anak Anda lebih baik daripada menggunakan rasa malu. Dia berpendapat bahwa rasa malu adalah teknik yang tidak efektif dengan konsekuensi yang buruk. Tapi rasa bersalah, bila digunakan dengan hati-hati, bisa menjadi motivator yang kuat.
Misalnya, jika anak Anda melakukan sesuatu yang salah, dengan rasa malu mungkin Anda akan melontarkan kalimat kepada anak bahwa dirinya bukan orang baik. Sedangkan bila melibatkan rasa bersalah, Anda akan meminta anak untuk merenungkan bagaimana perilaku tertentu itu salah. Itu bisa menjadi motivasi untuk perilaku yang lebih positif di masa depan.
“Ketika anak-anak merasa bersalah, mereka cenderung mengalami penyesalan dan penyesalan, berempati dengan orang yang telah mereka sakiti, dan bertujuan untuk memperbaikinya,” tulis Grant .
3. Membangun harga diri
Grant menyarankan bahwa sebelum balita berkembang menjadi anak-anak prasekolah, orang tua harus meminta anak untuk menjadi penolong. Melibatkan anak-anak Anda dalam tugas-tugas harian Anda juga bisa memberi rasa sayang terhadap diri sendiri dan membuat mereka merasa memiliki sesuatu yang berarti untuk ditawarkan.
Anda bisa melakukannya dengan mengajukan pertanyaan seperti “Maukah Anda menjadi orang yang berbagi? Seorang penjaga? Orang yang peduli? Bisakah kamu bermain dengan adik bayimu selama 10 menit untuk membantu ibu?”.
Advertisement
4. Mengajak diskusi ketika sedang emosi
Tips parenting datang dari seorang Profesor Psikologi Perkembangan dari Universitas Ludwig Maximilian di Munich, Jerman Markus Paulus.
Dia menyarankan untuk melakukan percakapan terbuka dan melakukan aktivitas yang mengeksplorasi emosi. Jika anak Anda berteriak pada saudara perempuannya, tanyakan bagaimana perasaannya dan bagaimana perasaannya saat dimarahi.
5. Menghindari sogokan
Kadang-kadang, orang tua menyerah untuk memperbaiki perilaku buruk dan menggunakan suap. Tetapi beberapa peneliti mengatakan bahwa orang tua harus menghindari teknik ini.
Suap adalah strategi yang hanya berhasil dalam jangka pendek. Perilaku yang baik bukanlah sesuatu yang harus dibeli dengan mainan dan makanan. Orang tua harus memanfaatkan reservoir alami anak-anak untuk ingin berbuat baik.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati