Liputan6.com, Jakarta Masalah pendidikan memang penuh dinamika yang seringkali juga sarat dengan kepentingan atau bahkan terjadi politisasi Pendidikan.
Baca Juga
Sementara Pendidikan yang ikut membangun karakter berciri khas tertentu menghadapi tantangan yang lebih berat akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak terprediksi sebelumnya.
Advertisement
Menyikapi kondisi demikian serta dalam rangka memperkuat dan memperluas jalinan kolaborasi, Ukrida mengadakan seminar “Preparing Christian Higher Education Leaders for a Disrupted World”, Senin, 01 Agustus 2022, bertempat di Kampus 1 Ukrida, Jakarta Barat, serta melalui media zoom, yang diikuti oleh berbagai perguruan tinggi mitra Ukrida di seluruh Indonesia.
Seminar ini merupakan hasil kolaborasi Ukrida dengan Badan Koordinasi Akademik, Hibah, Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Pendidikan Tinggi Kristen di Indonesia (BAKP3-PTKI).
Peserta yang hadir secara onsite maupun online terlihat antusias, ingin mengetahui apa pesan yang akan diperoleh melalui seminar ini.
Seminar yang menghadirkan narasumber Rob C. McCleland, Ph.D., Founding President di John Maxwell Leadership Foundation, dirasa relevan dengan masalah yang sedang dihadapi oleh Pendidikan Tinggi Kristen sebagai bagian dari elemen bangsa.
Aspek yang ditekankan dalam paparan seminar ini adalah sikap pemimpin dalam menghadapi era disrupsi.
Pemimpin disini adalah berdasarkan kepemimpinan dalam konteks Pendidikan Kristen sesuai dengan Lembaga Pendidikan tinggi yang berkolaborasi dalam kegiatan ini. Rob McCleland mengubah perspektif kata “disrupt”, mengguncang atau mengganggu, yang berkonotasi negatif, menjadi hal yang harus dihadapi dengan sikap positif berdasarkan ajaran Tuhan.
Hal demikian juga yang seyogyanya menjadi sikap para pemimpin Pendidikan Tinggi Kristen dengan tekad untuk maju dan bertumbuh Bersama.
Sementara itu, Kepala LLDIKTI Wilayah III Jakarta, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, M.P., melalui sambutannya secara online menyambut gembira diadakannya seminar ini karena menjadi bukti Ukrida terus meningkatkan dan memperluas kolaborasinya guna meningkatkan kualitas Pendidikan.
Selain itu, Dr. Paristiyanti juga mengatakan bahwa lima kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka terus menjadi fokus dalam mengupayakan transformasi pendidikan.
Pertama, peningkatan kualitas dosen, termasuk peningkatan peran dalam proses pembelajaran partisipatif.
Kedua, peningkatan relevansi pendidikan tinggi dengan situasi saat ini, dan memanggil para praktisi untuk ikut mengajar di perguruan tinggi.
Ketiga, peningkatan partisipasi bagi perguruan tinggi dengan program studi terakreditasi A untuk menyiapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Keempat, dengan bergabungnya Ristek ke Kemendikbud, maka berbagai kebijakan tentang Riset yang semula dikelola oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bidang pendidikan tinggi kembali ke Kemendikbud, dan nama kementerian menjadi Kemendikbudristek serta memperoleh tambahan dana riset yang mencapai Rp 1,6 Triliun.
Kelima, kebijakan tentang riset dan pengabdian kepada masyarakat. Tahun ini untuk peningkatan hilirisasi dan rekacipta para dosen agar menghasilkan berbagai inovasi yang bisa menjadi solusi bagi permasalahan daerah, propinsi, nasional, dan global dialokasikan dana sebesar Rp 1 Triliun.
Sementara itu, untuk meningkatkan berbagai indikator keberhasilan dialokasikan dana sebesar Rp 500 Miliar terkait Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM).
Selanjutnya, Dr. Paristiyanti menegaskan bahwa kelima kebijakan tersebut membawa dampak yang luar biasa dalam rangka mengantisipasi era disruptif sesuai agenda seminar ini, dan quote dari Menteri Nadiem Makarim masih tetap sama, yaitu tidak ada inovasi tanpa kolaborasi.
Harapan Kepala LLDIKTI Wilayah III adalah melalui seminar ini kolaborasi antar perguruan tinggi akan dapat mengidentifikasi permasalahan yang ada dan berbagi peran dalam menyikapinya.
Khusus untuk di Indonesia, fokusnya masih kepada membangkitkan ekonomi saat dan pasca Covid-19 melalui lima langkah, yaitu green economy, blue economy, digital economy, pariwisata, dan kemandirian kesehatan.
Selain itu juga permasalahan stunting serta peningkatan berbagai kompetensi digital, teknologi, dan humaniora.
Mencermati substansi permasalahan yang disampaikan melalui sambutan Kepala LLDIKTI Wilayah III, penyelenggara pendidikan tinggi, dalam hal ini termasuk universitas swasta Kristen terpanggil untuk menjawab tantangan tersebut.
Perguruan Tinggi Kristen memang merupakan identitas bagi masing-masing sesuai visi dan misi serta semboyannya. Tetapi dalam konteks kebersamaan, identitas pribadi tidak tampak lagi karena berkarya bersama, menguatkan kolaborasi melalui koordinasi.
Walaupun demikian unsur kepemimpinan jelas sangat berperan penting, terutama pemimpin pendidikan tinggi yang dalam komunitas Kristen adalah berdasarkan ajaran yang diyakini.
Kalau dapat ditarik benang merah dari apa yang dipaparkan oleh narasumber seminar “Preparing Christian Hiher Education for a Disrupted World”, maka pemimpin (dalam hal ini pemimpin Kristen) telah lebih dulu mengalami dipimpin oleh sebuah teladan.
Karena itu, ada sebuah proses panjang tergantung pengalaman masing-masing, dimana pengalaman tersebut telah mendisrupsi pribadi pemimpin sehingga bersedia dipimpin sebelum memimpin.
Narasumber sendiri menceritakan pengalamannya saat kondisi tertentu yang mendisrupsi dirinya, tetapi dari pengalaman ini malah menjadikan diri seperti sekarang ini, bisa ikut melatih dan memotivasi calon pemimpin.
Sebagai lembaga pendidikan tinggi, Ukrida memiliki nilai-nilai Loving, Enlightening, Advanced, Determined (LEAD) dalam menerapkan pengabdiannya dengan motto Lead To Impact.
Nilai ini selaras dengan apa yang menjadi substansi dalam seminar tentang karakter kepemimpinan menghadapi era disrupsi.
Menghadapi masalah dunia pendidikan tinggi secara bersama dalam kebersamaan.
Disini karakter berperan penting karena harus menjadi teladan dalam mendidik dan mutlak diperlukan integritas yang tinggi. Dengan demikian, melalui seminar ini, Ukrida ikut mempersiapkan pemimpin pendidikan tinggi Kristen agar benar-benar siap menghadapi dunia yang terguncang oleh berbagai persoalan.
Mungkin tidak lagi memberi solusi, karena dirinya sendiri sudah menjadi bagian dari solusi permasalahan pendidikan dan kehidupan. Sebagai pemimpin yang memberi dampak baik dalam memberdayakan diri untuk memberdayakan orang lain.