Liputan6.com, Jakarta Punya banyak waktu luang bukan berarti bisa membuat hidup lebih bahagia. Justru hal tersebut bisa menurunkan semangat untuk mencapai tujuan hidup seperti yang sudah direncanakan.
Seorang Psikolog sekaligus Profesor di UCLA’s Anderson School of Management Cassie Holmes ingat pada tahun 2013 silam ketika duduk di kereta larut malam dari New York City ke Philadelphia.
Dia merasa benar-benar kewalahan dengan kehidupan. Bagi seorang ibu yang bekerja, rasanya seperti tidak ada cukup waktu dalam sehari untuk menyelesaikan semuanya.
Advertisement
Pengamatan Holmes sejak itu menunjukkan bahwa dia bukan satu-satunya yang berjuang. Sebagai psikolog sosial dan profesor ilmu perilaku di UCLA, dia jadi ingin tahu apakah memiliki lebih banyak waktu luang benar-benar membuat setiap orang lebih puas dalam menjalani hidup?
Jadi, dia meminta rekan-rekannya untuk mempelajari bagaimana puluhan ribu orang Amerika menghabiskan hari biasa, serta tingkat kebahagiaan mereka secara keseluruhan. Hasilnya mencerahkan.
Terlalu banyak waktu luang tidak akan membuatmu lebih bahagia dalam hidup
Pertama, Holmes dan rekannya menghitung banyaknya waktu yang dihabiskan seseorang dalam sehari untuk kegiatan bebas, seperti bersantai, menonton TV, berolahraga, atau berkumpul dengan teman. Kemudian menguji bagaimana jumlah waktu yang dihitung itu terkait dengan kepuasan mereka dalam hidup.
Alhasil ditemukan bahwa 2-5 jam waktu luang dalam sehari sangat ideal untuk meningkatkan kebahagiaan. Akan tetapi, memiliki waktu luang kurang dari dua jam atau lebih dari lima jam sehari itu justru menurunkan kebahagiaan.
Di Amerika sendiri, hampir separuh orang di sana merasa mereka berada di tempat yang sama, menurut jajak pendapat Gallup. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa menjadi “miskin waktu” membuat lebih tertekan, stres, dan kelelahan secara emosional.
Di sisi lain, secara teratur memiliki lebih dari lima jam waktu luang dalam sehari juga terlalu banyak karena melemahkan tujuan seseorang.
Patut ditunjukkan bahwa memiliki tujuan tidak mengharuskan bekerja dalam pekerjaan berbayar. Misalnya, pekerjaan sukarela yang tidak dibayar sering kali memberikan tujuan.
Selain itu, tugas-tugas yang diperlukan untuk menghasilkan rumah tangga yang berfungsi dengan baik atau untuk mengasuh anak yang sukses juga dapat menawarkan rasa pencapaian yang memuaskan.
Namun Holmes sendiri menyadari bahwa dalam kasusnya, pekerjaan memberinya sumber tujuan yang signifikan.
Waktu luang itu penting, tetapi tapi lebih penting cara menghabiskannya
Kepuasan hidup yang datar antara 2-5 jam menunjukkan bahwa cara menghabiskan waktu luang dengan sangat berarti.
Ada 24 jam dalam sehari, tetapi cara memandang waktu adalah subjektif. Ini penting karena berapa lama satu menit, satu jam, satu hari, atau satu dekade terasa menginformasikan apakah Anda menganggap diri Anda memiliki waktu yang “cukup”.
Merasa yakin bahwa Anda mampu mencapai semua yang ingin Anda lakukan adalah definisi menjadi “berlimpah waktu”. Holmes belajar bahwa bahkan dengan 90 menit waktu luang yang dimiliki dalam sehari, itu dapat membuat hari-harinya terasa lebih ringan dan lebih memuaskan.
Berikut adalah tiga cara untuk merasa lebih “berlimpah waktu”, tanpa menambahkan lebih banyak waktu luang ke jadwal Anda seperti melansir laman CNBC, Jumat (9/9/2022).
1. Bergerak
Aktivitas fisik telah terbukti sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan kesehatan, kebahagiaan, dan harga diri.
Cobalah olahraga 30 menit per hari selama beberapa hari dalam minggu ini. Sangat penting untuk memblokir waktu di kalender Anda untuk hal ini. Aktivitasnya tidak harus yang berat. Cukup dengan melakukan jogging lambat di luar atau berjalan ke tempat kerja — alih-alih mengemudi — itu sudah cukup.
Setelah itu, tulis dalam jurnal tentang perasaan Anda. Jadi, lain kali jika merasa tidak punya cukup waktu untuk berolahraga, Anda akan ingat bagaimana perasaan Anda dan waktu itu akan berharga.
2. Lakukan kebaikan
Dalam salah satu penelitian Holmes menemukan bahwa memberikan waktu kepada orang lain dapat membuat Anda merasa memiliki lebih banyak waktu luang.
Kadang-kadang minggu ini, lakukan dua tindakan kebaikan secara acak — satu untuk teman atau kenalan, dan satu lagi untuk orang asing. Terserah apa yang Anda lakukan, tetapi berikut adalah beberapa ide:
a. Bayar pesanan orang asing di kedai kopi.
b. Berikan seseorang pujian.
c. Membantu rekan kerja menyelesaikan tugas.
d. Membawa suguhan atau minuman lezat untuk anggota keluarga.
e. Memberikan bunga kepada teman atau catatan yang bagus.
Apa pun itu, lakukanlah sesuatu untuk memberi manfaat bagi orang lain. Namun, jangan memikirkan atau mengantisipasi menerima apa pun sebagai imbalan atas kebaikan Anda itu.
Advertisement
3. Rasakan kekaguman
Lautan selalu memiliki efek yang kuat bagi Holmes. Ini menginspirasi dan memenuhi perasaannya dengan kekaguman. Menemukan cara untuk mencapai perasaan ini dapat memperluas persepsi Anda tentang waktu.
Dalam sebuah penelitian, para peneliti menunjukkan bahwa dibandingkan dengan merenungkan peristiwa yang membahagiakan, membayangkan kembali peristiwa yang menakjubkan membuat orang merasa kurang tergesa-gesa. Itu juga membuat mereka berperilaku seolah-olah mereka memiliki lebih banyak waktu — membuat mereka lebih bersedia untuk menyumbangkan waktu mereka untuk amal.
Cobalah untuk memasukkan salah satu dari pengalaman ini ke dalam waktu luang di minggu Anda:
a. Interaksi sosial: Baik melalui keintiman fisik, percakapan yang membuka mata, atau menggendong bayi yang baru lahir, hubungan interpersonal kita melampaui diri kita sendiri.
b. Berada di alam: Berjalan-jalan di taman lingkungan Anda. Lihatlah ke bulan. Tangkap cahaya keemasan-merah muda dari fajar atau senja, dan Anda akan merasa tidak terburu-buru.
c. Menyerap seni: Saya ingat dengan jelas ketika seorang mahasiswa terpesona oleh “Starry Night” karya Vincent van Gogh. Pada awalnya, Holmes sangat ingin membuat catatan untuk esai. Tapi berdiri di sana, mengintip pada visi artis yang berputar-putar, saya terpesona dan bergerak melampaui kekhawatiran tentang waktu.
d. Menyaksikan pencapaian: Inspirasi luar biasa dapat ditemukan dalam pencapaian individu. Menonton prestasi atletik yang dieksekusi dengan terampil, misalnya, dapat membuka mata kita terhadap kemungkinan luar biasa umat manusia.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati