Liputan6.com, Jakarta Pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya tuntas kini meninggalkan pekerjaan rumah yang cukup berat bagi banyak negara, termasuk Indonesia.
Berbagai sektor yang terpuruk terus diupayakan untuk bangkit kembali, walaupun tentunya memerlukan proses yang cukup panjang guna memulihkannya, terlebih kini memasuki pasca pandemi yang dikenal dengan era New Normal.
Baca Juga
Perkembangan kondisi terkini dan peluang apa saja yang dilakukan serta tantangan apa yang perlu disikapi untuk menuju kebangkitan perekonomian Indonesia pasca Pandemi Covid-19, menjadi bahasan dalam Ukrida National Conference (UNC) 2022, Kamis, 08 Desember 2022, bertempat di Auditorium Ukrida, Jakarta Barat.
Advertisement
UNC yang digelar secara Hybrid menghadirkan Narasumber praktisi sekaligus pemerintah, yaitu Direktur Utama Pegadaian Indonesia, Damar Lastri Setiawan, serta dari akademisi, yaitu Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Ukrida Bernard T. Widjaja.
UNC 2022 juga dilengkapi dengan Call for Papers dan Doctoral Colloquium sebagai wadah bagi para peneliti untuk mempublikasikan hasil penelitian, dan mahasiswa program doktoral untuk mendiseminasikan artikel penelitian mereka.
Rektor Ukrida, Wani Devita Gunardi dalam sambutannya mengapresiasi dan mendukung pelaksanaan Ukrida National Conference 2022 ini.
Dia menyatakan bahwa akibat pandemi Covid-19 perekonomian dunia, termasuk Indonesia mengalami kontraksi yang cukup dalam. Tetapi di sisi lain kondisi ini menjadi “blessing in disguise” karena telah meningkatkan pemanfaatan ekonomi digital.
Tahun 2023 akan menjadi momentum pemulihan ekonomi Indonesia pasca pandemi seiring dengan proses normalisasi kegiatan masyarakat, walaupun tetap ada tantangan dari dinamika ekonomi global, serta ancaman krisis pangan dan energi.
Karena itu, Ukrida sebagai bagian dari bangsa Indonesia terpanggil untuk berperan mempercepat pemulihan ekonomi melalui kegiatan-kegiatan ilmiah.
Di bagian akhir sambutannya, Rektor Ukrida berharap ”Melalui forum ini muncul berbagai gagasan cemerlang sebagai kontribusi terhadap kebangkitan sektor bisnis Indonesia, dan ditindaklanjuti dengan mencermati peluang bisnis yang ada serta mengembangkannya”.
Beberapa catatan penting yang disampaikan Bernard T. Widjaja, yang dalam hal ini sebagai akademisi sekaligus praktisi bisnis, yaitu pasca Covid-19 dunia usaha dihadapkan pada kondisi yang menyangkut hidup atau mati.
Saat ini dunia memang terganggu dari aspek energi dan pangan, serta adanya ancaman resesi dunia. Diperlukan kepekaan para pelaku bisnis dalam merespon situasi, seperti stabilitas mata uang yang berpengaruh kepada dunia usaha.
Selain itu juga dikatakan bahwa ada atau tidak ada Covid-19, bisnis selalu mengalami perubahan, tetapi dalam setiap gangguan atau tantangan selalu ada peluang, dan ini merupakan hukum alam, yaitu keseimbangan.
Selanjutnya teknologi telah mengubah kehidupan, termasuk dunia bisnis, contohnya krisis yang bisa diatasi akan menjadi peluang bisnis melalui penemuan vaksin dan obat-obatan.
Selain itu, dia juga mengatakan Indonesia tergolong hebat karena bisa melalui krisis tahun 1998, sementara Negara tetangga seperti Thailand dan Filipina mengalami keterpurukan.
Dikatakan juga olehnya, di G-20 Indonesia menjadi bagian dari 20% Negara yang menguasai 80% perekonomian dunia.
Kekuatan ekonomi Indonesia juga ditopang oleh ekonomi domestik, dimana dari data Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian tahun 2022, sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Indonesia berkontribusi terhadap PDB tahun 2021 sejumlah Rp 8, 574 T atau 61,07%.
Menurutnya, Indonesia juga memiliki kekayaan alam yang luar biasa dan kekayaan budaya, yang kesemuanya itu akan menjadi peluang bagi bisnis Indonesia, karena kekayaan alam akan menghasilkan produk-produk untuk dipasarkan secara global.
Diperlukan juga jiwa entrepreneur yang selalu mau memenangkan persaingan melalui peningkatan kreativitas. Prof. Bernard menyatakan bahwa tahun 2023 tetap ada peluang bagi Indonesia karena pertumbuhan ekonominya berada di atas 5%, tetapi diperlukan penerapan flexibility management, digitalisasi, dan kolaborasi.
Ekonomi Masyarakat
Damar Lastri Setiawan membahas Peran Pegadaian dalam Kebangkitan Perekonomian Masyarakat. Dikatakan Pegadaian yang kini berusia 121 tahun telah memiliki 21,1 juta nasabah, yang 88,9% nya merupakan pinjaman gadai, dan sebesar 65,7% dari jumlah tersebut merupakan Kredit Produktif.
Pegadaian juga memiliki sejumlah 12 wilayah dan 61 area, serta 4.086 outlet, dan sejak holding dengan BRI tahun 2021 jumlah outlet bertambah 627.
Selain itu, Pegadaian juga memiliki Corporate Social Responsibility (CSR) dalam bentuk Bank Sampah sejumlah 71 di seluruh Indonesia dengan slogan “Memilah Sampah Menabung Emas”.
PT Pegadaian Indonesia sampai saat ini juga telah memiliki cadangan emas sebesar 7,4 ton. Dalam mendukung pemberdayaan ekonomi masyarakat, PT Pegadaian juga melayani kredit untuk UMKM, kendaraan bermotor, bahkan tabungan Umroh.
Selanjutnya, Damar mengatakan bahwa masa Pandemi juga sangat dirasakan imbasnya oleh Pegadaian yang melelang 12 ton emas atau senilai Rp 9,6 triliun. Saat ini PT Pegadaian berupaya mengembalikan angka akibat emas tabungan yang terpaksa dilelang.
Selain itu juga pasca pandemi dilakukan upaya peningkatan kualitas pelayanan Pegadaian melalui digitalisasi proses bisnis, agile working, koreksi harga, more selective investment, integrated ecosystem era, dan blue ocean strategy. Berbagai langkah transformasi sebagai inovasi model pembiayaan, antara lain gadai emas, tabungan emas, digital partnership, agile method, budaya inovasi, budaya literasi, dan robotic automatic process.
Kesemuanya itu menunjukkan bahwa terus ada peluang pengembangan bisnis melalui layanan pembiayaan oleh PT Pegadaian Indonesia.
Sesi UNC 2022 dilanjutkan dengan Call for Paper untuk bidang kajian, antara lain Ekonomi dan Bisnis, Humaniora dan Bahasa, Teknik dan Informatika, serta Kesehatan, dimana tujuannya adalah dari presentasi hasil penelitian akan diperoleh masukan guna meningkatkan kuantitas maupun kualitas penelitian.
Advertisement