Liputan6.com, Jakarta Ada beberapa kondisi yang dikemukakan oleh survei di Inggris bahwa 10 siswa di Inggris adalah vegetarian dengan jumlah lebih banyak dari populasi umumnya. Sementara itu, seperempat dari populasi paling banyak mengonsumsi makanan cepat saji bahkan bisa setiap hari. Pola makan dengan sedikit atau tanpa daging kadang dikaitkan dengan manfaat kesehatan, meski kesehatan keseluruhan dari pola makan vegetarian bergantung pada bahan makanan yang dimakan, bukan dagingnya.
Studi lain menyimpulkan bahwa hanya satu dari lima siswa yang memiliki perilaku makan yang menyenangkan, yang meliputi ngemil sedang, mengonsumsi sedikit makanan cepat saji, dan makan banyak buah dan sayuran. Dibandingkan orang seusia mereka yang tidak sedang melaksanakan studi atau kuliah, mereka cenderung mengalami kenaikan berat badan berlebih, dikutip dari BBC.
Baca Juga
Sisi positifnya, para mahasiswa minum alkohol lebih sedikit dibandingkan 10 tahun lalu, kata John Holmes, profesor kebijakan alkohol di University of Sheffield di Inggris. Hal ini perlu dikhawatirkan karena kebiasaan minum siswa juga dapat mempengaruhi pola makan mereka yang lebih cenderung makan setelah minum alkohol, dan lebih mungkin makan makanan berkalori tinggi garam dan gula, menurut penelitian.
Advertisement
BBC juga menuliskan, perilaku ini diabadikan oleh keyakinan yang salah bahwa Anda harus makan sesuatu di samping minum alkohol untuk membantu menyerap alkohol, menurut Jessica Kruger, asisten profesor kesehatan masyarakat dan perilaku kesehatan di University at Buffalo di New York.
"Jika seseorang keluar untuk minum, mereka tidak akan mencari pilihan yang sehat. Juga tidak banyak bar atau restoran yang buka hingga larut malam memiliki banyak pilihan sehat, terutama di area mahasiswa." katanya.
Di sisi lain, Kruger juga menambahkan bahwa alkohol yang dapat memicu dehidrasi sehingga tubuh jadi membutuhkan makanan asin untuk membuat Anda minum lebih banyak air.Â
Spekulasi para ahli tentang para mahasiswa yang mungkin tidak makan dengan sehat didasari juga oleh lingkungan, tempat makan di kampus dan perbedaan dari makanan yang disediakan antara beberapa institusi pendidikan di berbagai negara, menurut Giovanni Sogari, asisten profesor perilaku konsumen di Universitas Parma di Italia.
Penelitiannya dari tahun 2018 menemukan bahwa siswa di Italia menghadapi banyak hambatan untuk mengonsumsi makanan yang bervariasi dan seimbang, termasuk ketersediaan makanan sehat dan kurangnya waktu untuk menyiapkan makanan.
Masalah asupan siswa ini penting karena penelitian menunjukkan, siswa yang berfokus pada makan sehat mendedikasikan banyak waktu untuk perencanaan ke depan, menurut Dina Nikolaou, peneliti nutrisi kesehatan masyarakat di University of Greenwich di London, mengutip BBC.
Namun, satu studi tahun lalu menemukan bahwa dari 200 mahasiswa di dua universitas di Inggris, hanya 47% yang memiliki tingkat pengetahuan gizi yang baik bahkan mereka yang tergabung dalam angka tersebut tidak dapat dijamin menerapkan ilmunya secara teratur.
"Saya telah mengajar mahasiswa kedokteran selama 26 tahun. Ketika saya pertama kali mulai, mereka tidak tahu apa-apa tentang nutrisi, dan sekarang mereka jauh lebih paham. Namun, ini tidak berarti itu diterjemahkan ke dalam perilaku mereka; ada kesenjangan antara pengetahuan dan praktik." kata Annie Anderson, profesor kesehatan populasi dan genomik di University of Greenwich di London .
Beberapa siswa mengatakan kurangnya anggaran adalah alasan untuk tidak makan lebih sehat. Sebuah survei baru-baru ini menemukan bahwa hampir setengah dari siswa beralih untuk membeli merek milik supermarket, sementara dua dari lima membeli lebih sedikit makanan untuk dibawa pulang mengingat krisis biaya hidup.
Menurut seorang mahasiswa dietetics di Universitas Newcastle Inggris Jacob Hamilton, kendala anggaran tidak serta merta menghalangi orang untuk mengonsumsi makanan yang memenuhi rekomendasi nutrisi.
"Makan murah dan sehat sebagai pelajar tidaklah mudah, tetapi anggapan bahwa makan sehat terlalu mahal dilebih-lebihkan dan berdampak negatif pada kepercayaan diri dan persepsi orang seputar makan sehat dan memperkuat kebiasaan makan yang tidak sehat," katanya.
Melansir BBC, penelitian menunjukkan bahwa perilaku makan yang tidak sehat meningkat seiring bertambahnya usia dan terkait dengan risiko penyakit tertentu yang lebih tinggi di masa dewasa, termasuk penyakit jantung meski awalnya pola makan seperti mahasiswa ini terlihat tidak terlalu berbahaya dalam jangka pendek.
Walaupun ada hambatan signifikan terkait konsumsi makanan sehat seimbang yang dihadapi oleh kaum mahasiswa, seperti waktu, anggaran, dan pengetahuan kuliner yang terbatas, yang telah berpengaruh pada lebih banyak populasi daripada mahasiswa itu sendiri, nyatanya penelitian menunjukkan bahwa diet sehat dapat dicapai dengan kendala ini.
Ini dapat menjelaskan alasan kacang panggang dengan roti bakar menjadi makanan pokok siswa: sehat, cepat, dan sederhana.