Liputan6.com, Jakarta Mendorong peran dan partisipasi perempuan dalam perdamaian, Wahid Foundation (WF) bersama Japan Tobacco International (JTI) Indonesia meresmikan kerja sama mengembangkan Desa Damai di daerah Banyuwangi, Jawa Timur.
Peresmian program ini turut dihadiri oleh Kanasugi Kenji, Duta Besar Jepang untuk Indonesia. Kedutaan Jepang merupakan salah satu pihak yang turut merancang terbentuknya Desa Damai, sebuah program yang diyakini mampu meningkatkan ketahanan masyarakat dari potensi konflik.
Desa Damai merupakan program WF yang telah dicanangkan sejak 2017 dan diciptakan sebagai upaya untuk meminimalisir konflik masyarakat sosial dan mencegah pengaruh radikalisme, melalui pemberdayaan masyarakat. Program Desa Damai yang didukung oleh JTI Indonesia ini akan ditujukan kepada komunitas di dua desa yang ada di Banyuwangi.
Advertisement
Dalam kesempatan ini, Yenny Wahid, Direktur Wahid Foundation memberikan apresiasi atas dukungan JTI serta Kedutaan Jepang terhadap program Desa Damai. Yenny menyampaikan saat ini program ini telah berhasil diterapkan di 22xx Desa di Indonesia, dan sinergi dari berbagai pihak akan membantu program ini dapat terlaksana di lebih banyak wilayah di Indonesia, khususnya di daerah dengan potensi konflik.
Yenny juga memaparkan bahwa Program Desa Damai di Banyuwangi akan berfokus pada pemberdayaan ekonomi terhadap para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM), khususnya bagi para perempuan yang telah terpukul karena situasi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.
Terkait kontribusinya dalam program ini, Manos Koukourakis, Presiden Direktur JTI Indonesia mengatakan bahwa pihaknya merasa terdorong untuk ikut mengembangkan program Desa Damai karena JTI menyakini bahwa hidup dalam kondisi aman dan damai merupakan hak setiap orang. Untuk itu, ia berharap bahwa kontribusi JTI dapat menyentuh komunitas-komunitas yang saat ini belum sepenuhnya berdaya.
Direktur Eksekutif Wahid Foundation Mujtaba Hamdi memaparkan alasan pemilihan kedua desa di Banyuwangi tersebut. Mujtaba menjelaskan bahwa kedua desa memiliki latar belakang dan potensi konflik masyarakatekonomi, pendidikan dan keragaman sosial yang berbeda, . Kondisi itu pada satu sisi membentuk kerentanan konflik namun di sisi lain menjadi potensi kolaborasi belum mampu membangun untuk ketahanan masyarakat yang baiksosial yang kuat.
Mujtaba menekankan bahwa melalui program Desa Damai, WF bermaksud membina mendukung aktor perempuan menjadi pelopor ketahanan masyarakat, tidak terbatas hanya pembangunan perdamaian atas konflik sosial dan radikalisme, namun juga pada isu-isu lainnya yang terjadi di masyarakat.