Sukses

Wanita Lebih Mungkin Terkena Radang Sendi Dibanding Pria, Ini Alasannya Kata Ahli

Dalam sebuah wawancara dengan Ahli Bedah Ortopedi dan Ketua Rumah Sakit Sancheti Parag Sancheti, dia mengatakan, “Jutaan orang di seluruh dunia menderita radang sendi.

Liputan6.com, Jakarta Arthritis merupakan suatu kondisi kesehatan kronis yang ditandai dengan peradangan sendi. Penyakit ini mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia, namun terbukti bahwa wanita secara tidak proporsional terkena artritis dibandingkan pria. Kesenjangan gender itulah yang akhirnya menimbulkan pertanyaan menarik tentang faktor-faktor mendasar yang berkontribusi pada peningkatan kerentanan perempuan terhadap kondisi yang melemahkan ini.

Dalam sebuah wawancara dengan Ahli Bedah Ortopedi dan Ketua Rumah Sakit Sancheti Parag Sancheti, dia mengatakan, “Jutaan orang di seluruh dunia menderita radang sendi. Ini adalah kelainan yang menyebabkan peradangan sendi, membuat gerakan menjadi menyakitkan, kaku, dan menantang. Meskipun siapa pun dapat terkena radang sendi, penelitian telah menunjukkan bahwa wanita lebih rentan daripada pria untuk melakukannya.”

Dilansir dari Hindustan Times, Kamis (22/6/2023), menurutnya hal itu dikarenakan beberapa faktor, antara lain:

a. Variasi hormon merupakan faktor utama alasan wanita lebih mungkin terkena artritis dibandingkan pria. Kadar estrogen lebih tinggi pada wanita dapat menyebabkan radang sendi. Tulang rawan yang berfungsi sebagai bantalan di antara tulang sendi juga bisa dipecah oleh estrogen. Akibatnya, wanita lebih rentan mengalami nyeri dan kekakuan sendi, yang merupakan tanda khas artritis.

b. Karena anatominya, wanita lebih mungkin terkena radang sendi daripada pria. Sendi wanita lebih kecil daripada pria, yang berarti tulang mereka memiliki lebih sedikit tulang rawan untuk melindunginya. Sendi mereka lebih rentan terhadap kerusakan akibatnya, yang dapat menyebabkan radang sendi. Selain itu, wanita biasanya memiliki panggul yang lebih lebar daripada pria, yang dapat menambah ketegangan pada sendi lutut dan menyebabkan radang sendi.

c. Faktor gaya hidup juga berperan dalam perkembangan artritis pada wanita. Mengenakan sepatu hak tinggi atau membawa tas besar adalah dua perilaku yang cenderung dilakukan wanita yang membuat persendian mereka tegang. Seiring waktu, tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan sendi dan meningkatkan risiko terkena radang sendi.

d. Genetika juga berperan dalam perkembangan artritis pada wanita. Penelitian telah menunjukkan bahwa gen tertentu dapat meningkatkan risiko terkena radang sendi. Wanita yang memiliki riwayat keluarga radang sendi lebih mungkin mengembangkan kondisi itu sendiri.

 

2 dari 2 halaman

Faktor-faktor yang Menyebabkan Radang Sendi Pada Wanita

“Sejumlah faktor berperan mengapa wanita lebih mungkin terkena radang sendi daripada pria. Perkembangan artritis dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk variasi hormonal, anatomi, pilihan gaya hidup, dan keturunan. Dengan menyadari faktor risiko ini, wanita dapat mengambil tindakan pencegahan untuk menurunkan risiko terkena radang sendi, seperti menjaga berat badan yang sehat, berolahraga dengan dampak sedang, dan menggunakan alas kaki yang mendukung,” ungkapnya.

Membawa keahliannya tentang alasan wanita lebih mungkin mengembangkan radang sendi, Ahli Yoga dan Penyembuhan Reiki yang berbasis di Delhi NCR Anchal Rout mengungkapkan, “Salah satu aspek penting yang membedakan wanita adalah profil hormonal mereka yang unik. Hormon, seperti estrogen, terlibat dalam memodulasi sistem kekebalan tubuh dan memengaruhi tingkat peradangan. Fluktuasi kadar hormon sepanjang hidup wanita, termasuk selama menstruasi, kehamilan, dan menopause, berpotensi berkontribusi pada perkembangan atau eksaserbasi artritis. Para peneliti secara aktif menyelidiki hubungan rumit antara hormon dan radang sendi untuk lebih memahami hubungan ini.”

Dia menambahkan, “Faktor genetik memainkan peran penting dalam menentukan kerentanan seseorang terhadap radang sendi. Penelitian telah menunjukkan bahwa variasi dan mutasi genetik tertentu mungkin lebih umum terjadi pada wanita, membuat mereka secara genetik cenderung mengalami radang sendi.”

Namun, gen spesifik yang terlibat dan mekanismenya yang tepat dalam meningkatkan kerentanan masih menjadi penelitian yang sedang berlangsung. Banyak bentuk artritis, seperti artritis reumatoid, diklasifikasikan sebagai penyakit autoimun. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan sehat di dalam tubuh. Sudah mapan bahwa wanita memiliki prevalensi keseluruhan penyakit autoimun yang lebih tinggi dibandingkan pria.